Rabu, 12 November 2025

Megathrust

Mengenal Gempa Megathrust, Bisakah Diprediksi? Ketahui Zona, Tanda-Tanda, Dampak dan Upaya Mitigasi

Mengenal gempa megathrust, zona subduksi di Indonesia, mengapa perlu waspada? apa saja tanda-tandanya? apa dampaknya jika terjadi dan upaya mitigasi.

Tribun Jabar/Gani Kurniawan
MENGENAL GEMPA MEGATHRUST - Seorang ibu membawa anaknya yang baru diperiksa kesehatan melintas di samping salah satu bangunan yang hancur akibat gempa bumi di Puskesmas Kertasari, Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/9/2024). Mengenal gempa megathrust, zona subduksi di Indonesia, mengapa perlu waspada? apa saja tanda-tandanya? apa dampaknya jika terjadi dan upaya mitigasi. 

TRIBUNNEWS.COM - Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi di zona subduksi, yaitu wilayah pertemuan antara dua lempeng tektonik di mana satu lempeng menunjam ke bawah lempeng lainnya. 

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) proses terjadinya gempa subduksi ini dapat menyembabkan penumpukan energi besar yang dapat terlepas secara tiba-tiba dalam bentuk gempa besar.

Di Indonesia, zona megathrust membentang luas dari barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga utara Papua. 

Terjadinya gempa megathrust memiliki potensi magnitudo sangat besar, bahkan bisa mencapai di atas 8,5 M, dan hampir selalu disertai dengan tsunami. 

Karena itu, BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara aktif menyerukan kesiapsiagaan masyarakat tanpa kepanikan, terutama di wilayah yang berada dekat dengan zona megathrust.

Mengapa kita perlu waspada? Karena gempa megathrust bukan sekadar guncangan biasa. 

Megathrust mampu memicu gelombang tsunami dalam waktu singkat, merusak infrastruktur vital, dan menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar. 

BMKG menyebut bahwa potensi gempa megathrust di selatan Jawa bisa mencapai magnitudo 8,7 dan berisiko menimbulkan tsunami setinggi 20 meter di pesisir tertentu.

Meski belum dapat diprediksi kapan akan terjadi, potensi ini nyata dan harus diantisipasi dengan pendekatan ilmiah dan edukatif.

Tanda-tanda gempa megathrust tidak selalu bisa dirasakan sebelumnya. 

Namun, beberapa indikator geologis seperti deformasi dasar laut, peningkatan aktivitas seismik di zona subduksi, dan perubahan tekanan lempeng dapat terdeteksi melalui sistem monitoring BMKG. 

Baca juga: Badan Geologi AS: Rentetan Gempa Bumi Landa Pantai Indonesia dalam 24 Jam Terakhir, Apa Artinya?

Oleh karena itu, masyarakat perlu memahami bahwa gempa besar bisa terjadi tanpa peringatan dini yang cukup, sehingga kesiapsiagaan harus menjadi budaya, bukan reaksi sesaat.

Zona Gempa Megathrust di Indonesia

Mengutip BPBD Yogyakarta, zona megathrust adalah zona pertemuan lempeng di mana terjadi subduksi, yaitu proses ketika lempeng samudra bergerak dan tersubduksi ke bawah lempeng benua. 

Wilayah ini memiliki potensi gempa dengan magnitudo tinggi karena akumulasi energi yang sangat besar dalam jangka waktu yang panjang. 

Di Indonesia, beberapa zona megathrust terletak di sepanjang pantai barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Maluku. 

Sejarah mencatat beberapa gempa dan tsunami besar yang disebabkan oleh aktivitas di zona megathrust, seperti gempa dan tsunami Aceh pada tahun 2004 yang menewaskan ratusan ribu orang.

Diketahui dari data BMKG, berikut zona dan potensi magnitudo gempa megathrust di wilayah Indonesia:

  1. Megathrust Aceh-Andaman 
        Magnitudo: 9.2
  2. Megathrust Nias-Simeulue 
        Magnitudo: 8.7
  3. Megathrust Batu 
        Magnitudo: 7.8
  4. Megathrust Mentawai-Siberut
        Magnitudo: 8.9
  5. Megathrust Mentawai-Pagai
        Magnitudo: 8.9
  6. Megathrust Enggano 
        Magnitudo: 8.4
  7. Megathrust Selat Sunda 
        Magnitudo: 8.7
  8. Megathrust West-Central Java 
        Magnitudo: 8.7
  9. Megathrust East Java
        Magnitudo: 8.7 
  10. Megathrust Sumba
          Magnitudo: 8.5 
  11. Megathrust North Sulawesi 
          Magnitudo: 8.5
  12. Megathrust Philippine 
          Magnitudo: 8.2
  13. Megathrust Papua 
          Magnitudo: 8.7

Mengapa Perlu Waspada Gempa Megathrust?

Dari catatan BMKG, diketahui segmen megathrust di Selat Sunda terakhir kali melepaskan gempa besar pada tahun 1757. 

Sementara itu, segmen Mentawai-Siberut belum aktif sejak gempa tahun 1797.

Kondisi tersebut dikenal sebagai Seismic Gap, yaitu wilayah yang secara geologis menyimpan potensi besar karena lama tidak melepaskan energi. 

Jadi, meskipun belum terjadi, potensi gempa megathrust itu nyata dan harus kita waspadai.

Sebab hingga kini, tidak ada teknologi yang bisa memprediksi waktu, lokasi, dan kekuatan gempa secara pasti.

BMKG mengingatkan sejumlah wilayah yang termasuk zona megathrust agar lebih waspada, sebab menyimpan potensi besar karena sudah lama tidak melepaskan energi.

Namun, bukan berarti gempa akan terjadi dalam waktu dekat.

Apa Tanda-Tanda Terjadi Gempa Megathrust dan Tsunami?

Baca juga: Gempa 6,3 SR Guncang Mazar-i-Sharif Afghanistan, 20 Tewas, 300 Lebih Terluka, Masjid Biru Rusak

1. Terjadinya Gempa Bumi Kuat di Wilayah Pesisir atau Bawah Laut 

Salah satu indikator utama potensi tsunami akibat gempa megathrust adalah terjadinya gempa bumi dengan magnitudo besar, umumnya di atas 6,5 skala Richter. 

Jika pusat gempa berada di bawah laut dengan kedalaman kurang dari 30 kilometer, dan guncangannya terasa kuat di wilayah pesisir, maka hal ini patut diwaspadai sebagai pemicu tsunami. 

Masyarakat yang merasakan gempa kuat selama lebih dari 30 detik di dekat pantai sebaiknya segera menjauh ke tempat yang lebih tinggi tanpa menunggu peringatan resmi.

2. Perilaku Aneh pada Hewan Laut dan Darat 

Beberapa hewan memiliki kepekaan terhadap perubahan geofisika yang tidak disadari manusia. Sebelum terjadi tsunami, hewan-hewan seperti burung, anjing, atau ikan sering menunjukkan perilaku tidak biasa. 

Misalnya melarikan diri dari pantai, berkumpul di tempat tinggi, atau berenang ke arah daratan. 

Perubahan perilaku fauna ini bisa menjadi sinyal alami bahwa ada gangguan besar di bawah permukaan bumi atau laut.

3. Air Laut Mendadak Surut Secara Ekstrem 

Fenomena surutnya air laut secara tiba-tiba dan tidak biasa merupakan salah satu tanda paling khas sebelum tsunami. 

Jika garis pantai tiba-tiba mundur jauh ke tengah laut dan dasar laut terlihat jelas, ini menandakan bahwa air sedang “tertarik” oleh gelombang tsunami yang akan segera datang. 

Dalam situasi seperti ini, waktu evakuasi sangat terbatas dan masyarakat harus segera menjauh dari pantai.

4. Munculnya Gelombang Air yang Cepat, Kuat, dan Berturut-turut 

Tsunami tidak selalu datang sebagai satu gelombang besar. 

Ia bisa hadir dalam bentuk beberapa gelombang yang datang beruntun, dengan jeda waktu beberapa menit hingga jam. 

Gelombang-gelombang ini bergerak sangat cepat dan membawa energi destruktif yang besar. Bahkan gelombang kedua atau ketiga bisa lebih besar dari yang pertama. 

Oleh karena itu, penting untuk tidak kembali ke pantai sebelum ada pengumuman resmi bahwa situasi benar-benar aman.

5. Terdengar Suara Gemuruh dari Arah Laut 

Beberapa saksi mata tsunami melaporkan bahwa sebelum gelombang besar datang, terdengar suara gemuruh keras seperti deru pesawat atau ledakan dari arah laut. 

Suara ini berasal dari pergerakan cepat air laut dan tekanan besar yang dihasilkan oleh pergeseran lempeng di dasar laut. 

Jika suara ini terdengar, itu bisa menjadi peringatan alami bahwa tsunami sedang mendekat.

Apa Saja Dampak Jika Terjadi Gempa Megathrust

1. Tsunami Dahsyat yang Mengancam Wilayah Pesisir 

Gempa megathrust yang terjadi di bawah laut berpotensi memicu pergerakan dasar laut secara tiba-tiba, menghasilkan gelombang tsunami besar yang dapat mencapai daratan dalam waktu singkat. 

Gelombang ini bisa mencapai ketinggian puluhan meter dan menyapu kawasan pesisir, menghancurkan pemukiman, infrastruktur, serta menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar. 

Sejarah mencatat tragedi tsunami Aceh 2004 sebagai contoh nyata dampak dahsyat gempa megathrust. Wilayah seperti Sumatra Barat, Lampung, Banten, hingga Bali berada dalam zona risiko tinggi dan perlu meningkatkan kesiapsiagaan.

2. Kerusakan Infrastruktur Skala Besar 

Gempa megathrust dengan magnitudo tinggi dapat merusak berbagai infrastruktur vital di daratan. 

GEMPA BENGKULU - Suasana penanganan pascagempa magnitude 6,0 Bengkulu oleh tim gabungan BPBD, TNI, Polri di lokasi terdampak, serta pemberian bantuan untuk warga terdampa bencana gempa bumi, Sabtu (24/5/2025).
GEMPA BENGKULU - Suasana penanganan pascagempa magnitude 6,0 Bengkulu oleh tim gabungan BPBD, TNI, Polri di lokasi terdampak, serta pemberian bantuan untuk warga terdampa bencana gempa bumi, Sabtu (24/5/2025). (TRIBUNNEWS/)

Gedung-gedung bertingkat, jembatan, rumah sakit, sekolah, dan fasilitas publik lainnya berisiko runtuh jika tidak dibangun dengan standar tahan gempa

Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta bisa mengalami gangguan serius pada sistem transportasi, energi, air bersih, dan telekomunikasi, yang akan memperlambat proses evakuasi dan pemulihan pascabencana.

3. Tingginya Korban Jiwa dan Cedera 

Dampak paling mengerikan dari gempa megathrust adalah potensi kehilangan nyawa dalam jumlah besar. 

Ribuan hingga ratusan ribu orang bisa menjadi korban, baik akibat bangunan runtuh maupun terjangan tsunami. 

Selain korban meninggal, banyak yang akan mengalami luka berat dan trauma fisik. 

Situasi darurat yang kacau dapat menghambat proses evakuasi dan penanganan medis, memperburuk kondisi para korban di lapangan.

4. Krisis Kemanusiaan yang Meluas 

Bencana megathrust dapat memicu krisis kemanusiaan berskala besar. 

Jutaan orang mungkin harus mengungsi dari rumah mereka yang hancur, dan kebutuhan akan tempat tinggal sementara, makanan, air bersih, serta layanan kesehatan akan meningkat drastis. 

Di daerah terpencil atau sulit dijangkau, keterbatasan logistik dapat menyebabkan kelaparan, penyakit menular, dan kondisi kesehatan yang memburuk, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

5. Dampak Ekonomi yang Mengguncang 

Aktivitas ekonomi di wilayah terdampak akan terhenti, dan pemerintah harus mengalokasikan anggaran besar untuk pemulihan infrastruktur dan kehidupan masyarakat. 

Sektor pariwisata, perdagangan, pertanian, dan industri akan mengalami kerugian besar, terutama jika kawasan wisata seperti Bali dan Lombok terkena dampak tsunami. 

Kerusakan pada pelabuhan, jalur distribusi, dan fasilitas energi juga akan mengganggu rantai pasok nasional dan regional.

6. Kerusakan Ekosistem dan Lingkungan 

Tsunami dan gempa megathrust dapat merusak ekosistem pesisir seperti terumbu karang, mangrove, dan hutan bakau yang berfungsi sebagai benteng alami terhadap bencana. 

Selain itu, gelombang tsunami dapat membawa limbah dan bahan kimia berbahaya ke daratan, mencemari lahan pertanian, perairan tawar, dan laut. 

Perubahan topografi seperti naik atau turunnya permukaan tanah juga dapat mengubah garis pantai dan memengaruhi keseimbangan ekologi lokal.

7. Trauma Psikologis dan Dampak Mental 

Korban bencana megathrust tidak hanya mengalami kerugian fisik, tetapi juga trauma psikologis yang mendalam. 

Kehilangan keluarga, rumah, dan mata pencaharian dapat memicu gangguan stres pascatrauma (PTSD), kecemasan, dan depresi. 

Dukungan psikososial jangka panjang sangat dibutuhkan untuk membantu pemulihan mental masyarakat terdampak, terutama anak-anak dan penyintas yang mengalami pengalaman traumatis.

8. Perubahan Kebijakan dan Penataan Pembangunan 

Bencana megathrust akan mendorong pemerintah dan masyarakat untuk meninjau ulang kebijakan pembangunan, terutama di wilayah rawan gempa dan tsunami. 

Penataan ruang, standar bangunan, dan sistem mitigasi bencana perlu diperketat. 

Pemerintah juga harus memperkuat sistem peringatan dini, memperluas edukasi kebencanaan, dan memastikan bahwa masyarakat memiliki akses terhadap informasi dan pelatihan kesiapsiagaan.

Bagaimana Upaya Mitigasi Bencana Megathrust

BMKG menghimbau masyarakat tetap tenang namun fokus pada kewaspadaan dan kesipasiagaan (mitigasi) gempa bumi dan tsunami.

Tetap lakukan aktivitas secara normal seperi melaut, berdagang dan berwisata ke pantai.

Sejumlah pelajar mengikuti kegiatan Sosialisasi dan Simulasi Tanggap Bencana Gempa Bumi di SMPN 1 Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/8/2025).
Sejumlah pelajar mengikuti kegiatan Sosialisasi dan Simulasi Tanggap Bencana Gempa Bumi di SMPN 1 Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/8/2025). (/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Akan tetapi masyarakat diminta memperhatikan langkah penting untuk meningkatkan kesiapsiagapan menghadapi gempa megathrust dan tsunami, yakni:

1. Memahami Sistem Peringatan Dini Tsunami 

Salah satu langkah awal dalam mitigasi bencana adalah memahami cara kerja sistem peringatan dini tsunami. 
Di Indonesia, BMKG telah mengembangkan jaringan alat pendeteksi gempa dan tsunami yang terintegrasi. 

Informasi dari sistem ini disebarkan melalui berbagai saluran seperti radio, televisi, dan aplikasi resmi. 

Masyarakat perlu membiasakan diri untuk segera merespons peringatan tersebut dengan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi, tanpa menunggu instruksi lanjutan.

2. Mengenali Tanda-Tanda Alam Secara Mandiri 

Selain mengandalkan sistem resmi, masyarakat juga perlu peka terhadap sinyal alam yang sering mendahului tsunami. 

Misalnya, jika terjadi gempa kuat di wilayah pesisir dan air laut tiba-tiba surut secara ekstrem, itu bisa menjadi pertanda tsunami akan datang. 

Dalam situasi seperti ini, evakuasi mandiri ke tempat yang lebih tinggi harus dilakukan secepat mungkin, bahkan sebelum peringatan resmi dikeluarkan.

Baca juga: BMKG Kembali Ingatkan Potensi Megathrust di Selatan Pulau Jawa: Ini Nyata, Warga Harus Siaga

3. Mengetahui dan Melatih Rute Evakuasi 

Warga yang tinggal di daerah pesisir wajib mengetahui jalur evakuasi yang aman dan cepat menuju lokasi yang lebih tinggi. 

Pemerintah daerah perlu memasang rambu-rambu evakuasi yang jelas dan mudah diakses. 

Latihan evakuasi secara berkala sangat penting agar masyarakat terbiasa dan tidak panik saat menghadapi situasi darurat.

4. Menyiapkan Tas Siaga Bencana di Rumah 

Setiap keluarga dianjurkan untuk memiliki tas siaga bencana yang berisi perlengkapan darurat seperti air minum, makanan ringan, obat-obatan, senter, baterai cadangan, dan dokumen penting. 

Tas ini harus disimpan di tempat yang mudah dijangkau dan siap dibawa kapan saja saat evakuasi diperlukan.

5. Edukasi dan Simulasi Secara Berkala 

Pemerintah dan lembaga kebencanaan perlu terus melakukan edukasi kepada masyarakat tentang potensi gempa dan tsunami serta langkah-langkah mitigasi yang tepat. 

Simulasi bencana secara berkala akan membantu masyarakat memahami prosedur evakuasi dan meningkatkan ketenangan saat menghadapi situasi nyata.

6. Kolaborasi Antarlembaga dan Masyarakat 

Kesiapsiagaan menghadapi gempa megathrust memerlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait. 

Pemerintah bertanggung jawab membangun sistem peringatan dini, menyusun peta risiko, dan memperkuat regulasi bangunan tahan gempa

Sementara itu, masyarakat perlu aktif dalam menjaga kesadaran, mengikuti pelatihan, dan menyebarkan informasi mitigasi secara kolektif.

7. Membangun Infrastruktur Tahan Gempa dan Ramah Lingkungan 

Karena gempa bumi tidak dapat diprediksi, pembangunan di daerah rawan gempa harus memperhatikan standar bangunan tahan gempa
Bangunan ideal memiliki ruang terbuka di setiap sisi dan menggunakan bahan ringan seperti kayu atau papan. 

Rumah panggung tradisional bisa menjadi contoh konstruksi yang lebih aman. 

Di pesisir, penanaman mangrove dan pembangunan pemecah gelombang (breakwater) dapat membantu meredam dampak tsunami.

8. Tindakan Saat Guncangan Terjadi 

Sejumlah pelajar mengikuti kegiatan Sosialisasi dan Simulasi Tanggap Bencana Gempa Bumi di SMPN 1 Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/8/2025).
Sejumlah pelajar mengikuti kegiatan Sosialisasi dan Simulasi Tanggap Bencana Gempa Bumi di SMPN 1 Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/8/2025). (/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Ketika gempa terjadi, masyarakat harus segera berlindung di bawah meja, menjauhi jendela, atau berdiri di dekat kolom bangunan yang kuat. 

Setelah guncangan mereda, segera keluar menuju tempat terbuka dan hindari bangunan tinggi serta tiang listrik. 

Jika berada di pantai dan merasakan guncangan lama disertai surutnya air laut, segera lari ke tempat tinggi karena tsunami bisa datang dalam hitungan menit.

9. Waspadai Dampak Tambahan Seperti Longsor dan Kebakaran 

Gempa megathrust tidak hanya memicu tsunami, tetapi juga dapat menyebabkan tanah longsor, terutama di daerah perbukitan. 

Selain itu, kebakaran bisa terjadi akibat kepanikan yang membuat orang lupa mematikan api atau listrik. 
Jalanan retak dan infrastruktur rusak juga bisa menghambat evakuasi dan distribusi bantuan.

(Tribunnews.com/M Alvian Fakka)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved