Penculikan Balita di Makassar
Ketua KPAI Soroti Kasus Penculikan Bilqis di Makassar: Ruang Aman Anak Masih Minim
KPAI menyoroti kasus penculikan yang dialami Bilqis di Makassar, Sulawesi Selatan yang berujung kasus perdagangan orang.
Ringkasan Berita:
- Ketua KPAI Ai Maryati Solihah menilai kasus penculikan anak Bilqis di Makassar yang berujung pada tindak perdagangan orang menjadi alarm.
- Ai menegaskan pentingnya konsep ruang ramah anak yang benar-benar aman, mencakup pengawasan CCTV, keamanan 24 jam, SDM pengawas bergilir.
- Meski tidak ditemukan kekerasan fisik, KPAI menilai Bilqis berpotensi mengalami trauma psikologis.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah menyatakan, prihatin atas kasus penculikan yang dialami Bilqis di Makassar, Sulawesi Selatan yang berujung kasus perdagangan orang.
Ia menyebut, kasus memilukan ini menjadi alarm, lantaran ruang aman bagi anak masih jauh dari harapan.
Merujuk pada kejadian Bilqis kejadian berlangsung di siang hari dan di tempat yang ramai.
“Ini luar biasa buat kami, alarm yang sangat kerasnya bagi semua bahwa ruang aman anak itu masih jauh dari harapan. Kejadian berlangsung ruang terbuka, siang hari ramai,” tutur dia saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (11//11/2025).
Seringkali ruang aman bagi anak dianggap jika ada permainan yang mudah dijangkau oleh anak dimana orang tua masih bisa langsung mengawasi dalam satu tempat.
“Jangan lupa yang disebut ruang ramah anak itu adalah yang aman bagi anak. Artinya keamanan itu ada CCTV, ada keamanan 24 jam yang memantau. Sifatnya shift-shiftan ataupun ada SDM yang disiapkan,” tutur dia.
Kemudian, persyaratan ruang aman anak lainnya adalah ketika anak-anak bermain di sana, itu dalam pantauan orang tua atau orang dewasa yang anak-anak kenali.
Juga ruang pengaduan dan pelaporan yang memadai.
Bila anak tiba-tiba jatuh misalnya, terluka parah, lebih dekat akses ke tempat pertolongan.
“Hal-hal ini harus dikoordinasikan kepada banyak pihak,” ungkap Ai.
KPAI Fokus Pemulihan Mental Bilqis
Saat ini, KPAI terus memonitoring kondisi mental Bilqis.
Meski tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, pihaknya menyakini mental Bilqis mengalami trauma atas pengalaman buruk berpindah tangan secara paksa oleh orang lain.
“Secara mental anak masih stabil. Ini yang kami tetap minta, ada monitoring mengenai mental health-nya dan trauma healing. Karena anak itu kemungkinan, walaupun hari ini tidak terlihat gejalanya, itu bisa saja tersimpan dalam memori untuk jangka waktu yang tidak bisa ditentukan,” jelasnya.
Sehingga lebih baik jika lebih cepat mendapatkan haknya, maka dia diberikan juga pemulihan rehabilitasi.
Baca juga: Sosok Sri Yuliana, Pelaku Utama Penculikan Bilqis di Makassar, Diduga Kuat Jual Anak Kandung
“Ingatan bertemu orang asing ini tentu sangat memberikan pengaruh negatif pada diri anak dengan situasi yang dia alami,” jelas Ai.
Penculikan Balita di Makassar
| Sosok 4 Pelaku Penculikan Balita Bilqis: Sembilan Kali Transaksi Jual dan Beli Anak |
|---|
| Kata Suku Anak Dalam Tempat Ditemukannya Bilqis, Serahkan Korban saat Tahu Ada Berita Penculikan |
|---|
| Penampakan Rumah Pelaku yang Jual Balita Bilqis di Sukoharjo, Baru Setahun Dibeli, Kini Kosong |
|---|
| Kagetnya Tetangga Adefrianto Penculik Bilqis, Dikira Baik Ternyata Penjahat, Sudah Jual 10 Anak |
|---|
| Warga Suku Anak Dalam Tahunya Bilqis Diserahkan Ibu Kandung, Disertai Surat Bermaterai |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.