Kamis, 13 November 2025

Gelar Pahlawan Nasional

Sosok Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyyah, Kibarkan Merah Putih Pertama di Sumatra Barat

Rahmah berperan besar dalam mengibarkan bendera Merah Putih untuk pertama kalinya di Sumatra Barat.

TRIBUNNEWS/Reza Arief Dharmawan
GELAR PAHLAWAN NASIONAL - Cicit dari Pahlawan Nasional Hajjah Rahmah El Yunusiyyah, Fauziah Fauzan El Muhammady usai podcast bersama Tribun Network di Studio Tribunnews, Jakarta, Senin (10/11/2025). Keluarga besar merasa bersyukur atas penobatan Hajjah Rahmah el Yunusiyyah sebagai pahlawan nasional dan akhirnya Negara mengakui tentang perjuangan Rahmah di masa lalu. TRIBUNNEWS/REZA ARIEF DHARMAWAN 

Tanya: Saat penjajahan Jepang membebaskan rakyat Sumatra Barat yang dibawa untuk jadi pekerja seks.

Jawab: Bunda Rahmah waktu itu berangkat ke Medan, sebab banyak perempuan Minang diculik untuk menjadi pekerja seks. Sampailah di sana, beliau berhasil membawa pulang kembali perempuan-perempuan dari kampungnya itu.

Tanya: Beliau datang dengan beberapa orang?

Jawab: Ya, beberapa orang. Padahal pendamping beliau itu memang juga ahli-ahli yang dalam wiladah (kebidanan). Dibawa ke sana dan akhirnya negosiasinya berhasil. Saya nggak ngerti kok sampai bisa bertemu dengan istri jenderal Jepang. Terus tukeran. 

Kata jenderal Jepang ini, "Nyonya Rahmah, istri saya nggak bersalah, tolong serahkan." Lalu kata beliau, "Orang kampung saya juga nggak bersalah, tolong juga ambil kembali." Akhirnya, tukeran dan dibawa pulang kembali ke kampung halaman. Ini luar biasa perjuangan beliau.

Tanya: Bu Rahmah menikah di usia 16 tahun?

Jawab: Jadi, menikah kan sebetulnya perlu mendapatkan kesempatan. Awal setiap kita akan menikah, nah, Gender Masdiri (mungkin maksudnya: konsep diri perempuan) itu mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa perempuan itu boleh menjadi siapapun dengan syarat tiga hal. 

Satu, apapun yang dilakukan dalam perjuangan karirnya, tidak bertentangan dengan akidah dan sunah. Yang kedua, kalau bersuami, harus dapatkan izin dari suami.

Dan yang ketiga, itu harus punya kemampuan yang sesuai. Sebab Rasulullah mengajarkan, kalau menyerahkan urusan kepada yang bukan ahlinya, timbullah kehancuran. Nah, ini yang beliau ajarkan.

Jadi, pada prinsipnya, dalam perjuangan beliau ini beliau mendapatkan dukungan dari suaminya.

Tanya: Oke. Jadi, yang bisa dipetik adalah, jika kita ingin terus bertumbuh setelah menikah, pilihlah suami yang mendukung kita juga ya, Bu. Dan itu dibicarakan sebelum pernikahan.

Jawab: Kesepakatan itu dari awal dibicarakan di situ. Betul-betul.

Tanya: Berarti, kalau misalnya di zaman sekarang, bisa perjanjian pranikah, ya Bu?

Jawab: Nah, itu dia.

Tanya: Dan itu sudah dilaksanakan pada zaman Ibu Rahmah ya, Bu?

Jawab: Ya, detail itu.

Tanya: Wah, penting ya. Apa-apa yang kita sebut inovasi saat ini atau yang baru dilakukan saat ini, ternyata sudah ada pada zaman dahulu.

Jawab: Itulah pentingnya belajar sejarah.

Tanya: Nah, Ibu, kemudian, Ibu Rahmah ini memiliki kemampuan sebagai bidan. Berarti beliau belajarnya itu berapa lama, Bu?

Jawab: Saya kurang tahu persis durasinya, tapi mungkin sekitar 1-2 tahun beliau belajar. Dan itu setelah belajar agama.

Tanya: Jadi, belajar agama dulu? Basisnya sudah kuat, baru ambil kebidanan?

Jawab: Jadi, saya pikir mirip juga dengan Ibnu Sina. Jadi, paham dulu akidah, baru ambil kedokteran. Karena itu adalah basisnya. (Tribun Network/Yuda)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved