Jumat, 14 November 2025

Gelar Pahlawan Nasional

Rahmah El Yunusiyyah Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Fahira Idris: Sosok Reformator Pendidikan Islam

Sebagai pemerhati pendidikan, Fahira menilai filosofi Rahmah berakar pada nilai kasih sayang, keadilan sosial, dan kemandirian.

Handout/IST
PAHLAWAN NASIONAL- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil DKI Jakarta, Fahira Idris. Fahira Idris menyambut dengan rasa bangga keputusan Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Rahmah El Yunusiyyah, tokoh perempuan dan pendidik asal Minangkabau.  
Ringkasan Berita:
  • Rahmah El Yunusiyah bukan sekadar pendidik. Ia reformator pendidikan Islam, pejuang kemerdekaan, sekaligus simbol emansipasi perempuan
  • Rahmah membangun lembaga pendidikan yang tidak bergantung pada kekuasaan kolonial dan merancang kurikulum yang menekankan keterampilan hidup 
  • Fahira Idris menilai nilai-nilai pendidikan yang dirintis Rahmah tetap relevan untuk menjawab tantangan karakter dan moral generasi muda saat ini.

 

Hasiolan EP/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM - Anggota DPD RI asal DKI Jakarta Fahira Idris menyambut dengan rasa bangga keputusan Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Rahmah El Yunusiyyah, tokoh perempuan dan pendidik asal Minangkabau. 

Menurut Fahira, penghargaan ini bukan sekadar pengakuan terhadap sosok luar biasa dalam sejarah bangsa, tetapi juga pengingat bahwa nilai-nilai pendidikan yang dirintis Rahmah tetap relevan untuk menjawab tantangan karakter dan moral generasi muda saat ini.

Baca juga: Tidak Ada Perwakilan Keluarga Gus Dur saat Fraksi PKB Syukuran Gelar Pahlawan, Tak Diundang?

“Rahmah El Yunusiyyah bukan sekadar pendidik. Ia reformator pendidikan Islam, pejuang kemerdekaan, sekaligus simbol emansipasi perempuan Indonesia,” ujar Fahira dikutip (12/11/2025).

“Model pendidikan yang beliau rintis masih sangat sesuai untuk membentuk generasi berkarakter, berempati, dan mandiri.”

Baca juga: Gelar Pahlawan Nasional Disebut Pemutihan Dosa-dosa Besar Soeharto

Sebagai pemerhati pendidikan, Fahira menilai filosofi Rahmah berakar pada nilai kasih sayang, keadilan sosial, dan kemandirian.

Bagi Rahmah, katanya, seorang guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga penuntun jiwa.

Pendidikan, menurutnya, harus berlandaskan rahmah—kasih sayang dan keteladanan—karena dari sanalah lahir manusia berempati, bukan sekadar cerdas secara kognitif. 

Dalam konteks kesetaraan, Rahmah menolak diskriminasi terhadap perempuan dan meyakini bahwa menuntut ilmu merupakan hak dan kewajiban bagi semua, tanpa memandang gender.

Kemandirian menjadi prinsip lain yang ia junjung tinggi.

Rahmah membangun lembaga pendidikan yang tidak bergantung pada kekuasaan kolonial dan merancang kurikulum yang menekankan keterampilan hidup agar peserta didik mampu menghadapi dunia nyata. 

Visi tersebut, kata Fahira, sangat maju untuk zamannya—menjadikan pendidikan sebagai sarana membentuk manusia yang tangguh dan berdaya.

“Bagi Rahmah, mendidik perempuan berarti mendidik sebuah bangsa. Pendidikan bukan hanya soal pengetahuan, tetapi tentang pembentukan karakter, kemandirian, dan akhlak mulia,” kata Fahira yang juga Wakil Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang (IKM) Departemen Bundo Kanduang.

Perjuangan Rahmah tidak berhenti di dunia pendidikan. Pada masa revolusi, ia turut mendirikan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan ikut bergerilya membantu perjuangan rakyat di Padang Panjang. Dedikasinya bahkan diakui dunia internasional.

Pada 1957, Rahmah diundang ke Universitas Al-Azhar Kairo dan menjadi perempuan pertama di dunia yang menerima gelar kehormatan “Syaikhah.”

Dari peristiwa bersejarah itu, Al-Azhar terinspirasi membuka fakultas khusus perempuan, Kulliyyat Al-Banat Al-Islamiyyah, yang menjadi tonggak penting pendidikan Islam global.

Fahira menilai, semangat Rahmah El Yunusiyah patut dihidupkan kembali dalam sistem pendidikan nasional.

“Konsep pendidikan berbasis kasih sayang, akhlak, kemandirian, dan kesetaraan dapat menjadi fondasi bagi generasi emas Indonesia 2045—generasi yang berdaya saing global namun tetap berpijak pada nilai-nilai luhur bangsa,” katanya.

Baca juga: Sosok Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyyah, Kibarkan Merah Putih Pertama di Sumatra Barat

Profil Rahma El Yunusiyyah

Hajjah Rahma El Yunusiyyah ditetapkan sebagai salah satu penerima gelar Pahlawan Nasional tahun 2025.

Ia dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah pendidikan perempuan di Indonesia, terutama melalui pendirian Perguruan Diniyah Puteri di Sumatera Barat.

Rahma El Yunusiyyah lahir di Bukittinggi pada 29 Desember 1900 dari keluarga ulama Minangkabau.

Tumbuh dalam lingkungan surau dan tradisi belajar agama yang kuat, Rahma menyadari bahwa pendidikan perempuan masih jauh tertinggal. 

Saat itu, akses belajar agama maupun pengetahuan umum bagi perempuan sangat terbatas.

Atas keresahan tersebut, pada tahun 1923 Rahma mendirikan Diniyah Puteri Padang Panjang.

Diniyah Puteri merupakan lembaga pendidikan khusus perempuan yang memadukan pelajaran agama, pengetahuan umum, kepemimpinan, keterampilan hidup, dan kemandirian. 

Lembaga ini kemudian berkembang menjadi pelopor sistem pendidikan perempuan berbasis pesantren di Nusantara.

Di tangan Rahma, Diniyah Puteri menjadi pusat pembinaan perempuan modern.

Banyak alumninya yang kelak berperan sebagai guru, mubaligah, organisatoris perempuan, hingga tokoh masyarakat di berbagai daerah.

Rahma juga aktif dalam gerakan sosial dan pemberdayaan perempuan di Minangkabau, termasuk mendukung keterlibatan perempuan dalam ranah publik dan organisasi Islam pada masa pergerakan nasional. 

Ia kerap mengampanyekan pesan bahwa perempuan harus memiliki ilmu, akhlak, dan kemampuan memimpin.

Atas dedikasinya, Rahma El Yunusiyyah mendapat pengakuan luas, termasuk dari tokoh-tokoh pembaruan Islam di dunia Melayu. Ia wafat pada 26 Februari 1969 dan dimakamkan di Padang Panjang.

10 Orang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional 

Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional tahun 2025 kepada 10 tokoh. Penganugerahan tersebut dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).

Penganugerahan ini dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

"Marilah kita sejenak mengenang arwah dan jasa-jasa para pahlawan yang telah berkorban untuk kemerdekaan kedaulatan dan kehormatan bangsa Indonesia yang telah memberi segala-galanya agar kita bisa hidup merdeka dan kita bisa hidup dalam alam yang sejahtera," ujar Presiden saat mengheningkan cipta.

Ke-10 tokoh yang diberikan gelar pahlawan nasional dalam rangka Hari Pahlawan Tahun 2025 tersebut adalah:

  1. Abdurachman Wahid (Jawa Timur)
  2. Jenderal Besar TNI Soeharto (Jawa Tengah)
  3. Marsinah (Jawa Timur)
  4. Mochtar Kusumaatmaja (Jawa Barat)
  5. Hajjah Rahma El Yunusiyyah (Sumatera Barat)
  6. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Jawa Tengah)
  7. Sultan Muhammad Salahuddin (NTB)
  8. Syaikhona Muhammad Kholil (Jawa Timur) 
  9. Tuan Rondahaim Saragih (Sumatera Utara)
  10. Zainal Abisin Syah (Maluku Utara).
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved