Ramai Blockchain, Kripto dan NFT, Pakar Ingatkan Calon Investor Perlu Terapkan Prinsip Kehati-hatian
Miliaran rupiah yang didapatkan oleh Ghozali ini karena ia mengunggah foto selfie miliknya sebagai produk NFT di OpenSea.
Editor:
Malvyandie Haryadi
Selain itu, Hendra Setiawan Boen mengingatkan, perlu juga dipertimbangkan dampak kerusakan lingkungan karena proses komputansi terkait blockchain, kripto dan NFC membutuhkan konsumsi energi yang luar biasa besar.
Analisis Universitas Cambridge menemukan bahwa penambangan bitcoin mengkonsumsi 121,36 terawatt-per jam / tahun. Sebagai ilustrasi, jumlah ini mengalahkan konsumsi kumulatif aktivitas di Facebook, Microsoft, Apple dan Apple.
"Sebagai produk digital, tidak ada batasan untuk menghasilkan kripto dan NFC yang lahir dari teknologi blockchain, namun sumber daya alam bumi untuk terus menerus memproduksi energi sebesar itu sangat terbatas."
Ia mencontohkan, baru-baru ini saja Indonesia sampai harus melarang ekspor produk batubara karena PLN kekurangan pasokan. Larangan ini menyebabkan krisis listrik di berbagai negara lain.
"Jadi para calon investor dan investor perlu secara hati-hati menghitung apakah keuntungan dari blockchain, kripto dan NFC lebih banyak manfaat atau mudharat bagi diri sendiri dan/atau kelanjutan kehidupan manusia di muka bumi," pungkasnya.