Teknologi Cerdas Active Prediction di Truk Scania
Produsen truk dan bus Scania, baru-baru ini memperkenalkan teknologi deteksi aktif pada kendaraannya.
Penulis:
Choirul Arifin
Editor:
Ade Mayasanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produsen truk dan bus besar asal Swedia, Scania, baru-baru ini memperkenalkan teknologi deteksi aktif pada kendaraannya. Teknologi ini diklaim mampu memberikan panduan kepada pengemudi tentang kondisi medan jalan yang akan dilalui di depan.
Produsen kendaraan niaga yang kini bernaung di bawah grup Volkswagen ini menyebutkan, teknologi Active Prediction bekerja dengan menggunakan basis global posotioning system (GPS) dan kontrol jelajah (cruise control).
Dengan memanfaatkan kedua teknologi tersebut, truk dan bus Scania bisa memprediksi kondisi medan yang akan dilalui berdasarkan topografi. Selanjutnya, sistem akan mengatur kecepatan kendaraan dan putaran mesin sesuai dengan kondisi jalan.
Ketika menghadapi jalan menurun, mesin secara otomatis akan langsung mengurangi putaran mesin untuk memperlambat lanjut kendaraan. Sebaliknya, ketika menghadapi jalan menanjak, putaran mesin akan bertambah untuk menaikkan tenaga.
Sistem ini juga sangat menguntungkan pada kondisi jalan bergelombang. Putaran mesin bisa naik dan turun pada saat yang pas. Dengan teknologi ini pula konsumsi bahan bakar bisa ditekan, lebih irit 3 persen dibandingkan dengan sistem curise control biasa atau reguler.
Karena teknologi Active Prediction digunakan pada truk bertonase besar, Scania telah menghitung penghematan dan pengurangan emisi CO2 selama setahun bila sistem tersebut digunakan. Untuk traktor trailer dengan bobot 40 ton, setahun harus menempuh jarak 180.000 km, akan menghemat biaya operasional 2.200 euro (Rp 26 juta) dari bahan bakar saja. Sedangkan emisi karbondioksida (CO2), berkurang 4.000 ton.
Scania berencana melengkapi sistem Prediksi Aktif tahun depan pada truk yang dipasarkannya. Ditambahkan, sistem diaktifkan melalui tombol yang berada di setir dan aktif pada kecepatan di atas 60 kpj. Ketika jalan yang dilalui tidak ada ada data topografinya atau sinyal GPS tak tertangkap, sistem akan kembali ke fungsi kontrol jelajah normal.