Selasa, 30 September 2025

Penerimaan Mahasiswa Baru

Literasi di UTBK: Membangkitkan Minat pada Mata Pelajaran IPA

Penambahan 5 soal literasi Bahasa Indonesia disertai dengan variasi soal yang mengandung konten ilmu dasar dalam UTBK menjadi sorotan utama. 

|
Editor: Sri Juliati
ISTIMEWA/GANESHA OPERATION
LITERASI DI UTBK - Penambahan lima soal literasi Bahasa Indonesia disertai dengan variasi soal yang mengandung konten ilmu dasar (IPA dan IPS) pada UTBK 2025 menjadi sorotan utama. 

oleh: Prof. Muchtaridi (Pengajar Kimia GO)

TRIBUNNEWS.COM - UTBK atau Ujian Tulis Berbasis Komputer memang telah berakhir, namun pengumuman kelulusan dari SNBT melalui UTBK masih menjadi topik hangat di kalangan calon mahasiswa. 

Banyak keluhan bermunculan mengenai hasil yang diterima. Salah satu keluhan yang sering terdengar adalah, "Mengapa nilai saya lebih tinggi dari teman saya, tetapi dia diterima di prodi yang sama, sedangkan saya tidak?"

Setiap tahun, UTBK selalu menghadirkan dinamika yang berbeda. Pada tahun ini, panitia menyusun 23 paket soal UTBK dengan jumlah soal yang bertambah lima butir per sesi, namun durasi waktu tetap sama. 

Artinya, waktu pengerjaan rata-rata per soal berkurang dari 1,26 menit menjadi 1,22 menit. Hal ini menuntut calon mahasiswa untuk bekerja lebih cepat dan akurat.

Tahun ini, terdapat perubahan yang cukup mencolok pada bagian Literasi, baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. 

Penambahan lima soal literasi Bahasa Indonesia disertai dengan variasi soal yang mengandung konten ilmu dasar (IPA dan IPS) menjadi sorotan utama. 

Perubahan ini tentu memiliki dampak besar dan menyiratkan misi khusus dari panitia seleksi. Apa hikmah yang dapat diambil dari perubahan tersebut?

Buruknya Literasi Pelajar Indonesia

Data dari Kemendikbudristek tahun 2023 menunjukkan bahwa Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) nasional masih rendah, yakni sebesar 37,32. 

Rata-rata waktu membaca remaja Indonesia hanya sekitar 30 menit per hari. Selain itu, data menunjukkan bahwa 70 persen remaja lebih sering bermain gawai, sedangkan hanya 15 persen yang rutin membaca buku fisik. 

Lebih miris lagi, remaja Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 81 negara dalam pemahaman bacaan, yang berarti berada di kuartil terbawah.

Baca juga: Membedah Literasi Bahasa Indonesia dan Literasi dalam Bahasa Indonesia di UTBK-SNBT

Kondisi ini bertolak belakang dengan visi Indonesia Emas 2045 yang menuntut sumber daya manusia yang kritis, kreatif, inovatif, produktif, kompetitif, dan mandiri. 

Inilah yang kemungkinan menjadi dasar panitia memasukkan bidang uji Literasi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam seleksi masuk perguruan tinggi.

Buruknya literasi calon mahasiswa juga terlihat dari penurunan skor UTBK, terutama pada sesi-sesi akhir. Panitia menduga bahwa siswa lebih banyak membaca soal-soal "bocoran" daripada benar-benar mengasah kemampuan skolarnya.

Penurunan Minat terhadap Mata Pelajaran IPA dan IPS

Kurikulum Merdeka Belajar bertujuan menciptakan ruang belajar yang lebih positif dan selaras dengan minat serta bakat siswa. 

Sekolah diarahkan untuk menyusun paket mata pelajaran sesuai kluster minat siswa. 

Misalnya, siswa dengan minat di bidang kesehatan mempelajari Biologi, tetapi tidak Kimia atau Fisika. Kluster keteknikan menyediakan Fisika dan Matematika Tingkat Lanjut.

Meskipun ide ini baik karena mengarahkan siswa sejak dini pada program studi masa depan, muncul dampak negatif berupa penurunan minat pada mata pelajaran yang tidak diajarkan. 

Misalnya, siswa di kluster kesehatan cenderung mengabaikan pelajaran Kimia dan Fisika, padahal kedua mata pelajaran tersebut sangat penting di jenjang pendidikan tinggi untuk program studi Kedokteran, Farmasi, dan sejenisnya.

Muatan Literasi dengan Konten IPA dalam UTBK

Langkah panitia memasukkan konten IPA ke dalam soal literasi patut diapresiasi. 

Meski soal literasi Bahasa Indonesia bertambah lima butir, konten yang diujikan tetap relevan dan mendasar. 

Misalnya, soal literasi Kimia menanyakan perbedaan antara susu hewani dan susu nabati. 

Pemahaman bahwa susu nabati tidak mengandung laktosa merupakan bentuk integrasi antara literasi dan pengetahuan dasar. 

Begitu pula pada soal literasi Fisika yang meminta siswa menurunkan rumus berdasarkan grafik dan teks.

Artinya, siswa tidak hanya dituntut membaca, tetapi juga memahami, menganalisis, dan mengaitkan bacaan dengan pengetahuan ilmiah yang dimiliki.

Hikmah Soal Literasi bagi Sekolah dan Guru

Soal-soal literasi UTBK 2025 seharusnya menjadi pemantik semangat bagi guru untuk menumbuhkan kembali minat siswa terhadap pelajaran IPA dan IPS

Pertama, sekolah perlu meninjau kembali kesesuaian paket peminatan dengan kebutuhan Prodi di PTN. 

Contohnya, jika siswa memilih kluster kesehatan tetapi tidak belajar Kimia, padahal Prodi seperti Kedokteran dan Farmasi membutuhkan dasar Kimia yang kuat, maka kebijakan pembelajaran harus dievaluasi.

Kedua, sekolah harus merancang strategi peningkatan literasi membaca secara rutin dan berjenjang di tiap jenjang kelas (X, XI, dan XII).

Kompetensi Literasi dan Strategi Pengerjaan Soal

Kompetensi literasi mencakup kemampuan memahami, menganalisis, serta menggunakan teks secara efektif. 

Literasi tidak sekadar bisa membaca, tetapi memahami makna, berpikir kritis, dan mengaitkan isi bacaan dengan konteks kehidupan.

Siswa harus mampu menemukan informasi tersurat (eksplisit), mengidentifikasi tokoh, latar, ide pokok, dan menyusun urutan peristiwa. 

Dalam hal interpretasi, siswa harus mampu menghubungkan isi bacaan dengan pengetahuan ilmiah untuk menyampaikan pendapat dan menarik simpulan.

Strategi membaca juga penting, yakni skimming (membaca cepat untuk memperoleh gambaran umum) dan scanning (mencari informasi spesifik). 

Menurut Fitzsimmons et al. (2020) dalam jurnal PLOS ONE, kedua metode ini perlu dilatih secara rutin agar siswa cepat memahami teks.

Dalam konteks UTBK yang waktunya terbatas, strategi mengerjakan soal menjadi penting. 

Salah satu strategi yang disarankan penulis adalah membaca pertanyaan terlebih dahulu untuk menemukan kata kunci, kemudian melakukan scanning pada teks untuk mencocokkan informasi yang relevan.

Dengan strategi ini, siswa dapat menghemat waktu dan menjawab soal dengan lebih efisien dan akurat. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan