Ibas Pastikan Bakal Kawal Regulasi dan Insentif untuk Penulis
Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menegaskan akan terus mendengar, bekerja
Penulis:
Reza Deni
Editor:
Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menegaskan akan terus mendengar, bekerja, dan mengawal agar negara hadir menciptakan kebijakan dan regulasi yang berpihak pada kesejahteraan dan kemajuan penulis Indonesia.
Dia berpandangan membaca dan menulis adalah bagian dari memajukan Ibu Pertiwi.
Beberapa yang disoroti Ibas di antaranya isu plagiarism, royalti, hingga hibah literasi dan ketersedian ragam buku bacaan.
Hal tersebut disampaikan Ibas dalam Audiensi dengan penulis perempuan muda Indonesia dengan topik “Ibu Punya Mimpi, Perempuan Berkisah: Penulis Indonesia Mendunia Tak Terbatas”.
Baca juga: Penulis Israel: Kami Tak Akan Menang di Gaza Bahkan Jika Kami Menduduki Seluruh Timur Tengah
"Kita harus tahu dalam kehidupan sekarang ini, tidak mudah menjadi penulis. Ada tantangan dan kendala yang dihadapi. Apalagi di era digital saat ini. Pertama, rendahnya tingkat literasi Indonesia. Menurut peringkat UNESCO tahun 2021, Indonesia berada di peringkat 100 dari 208 negara,” papar Ibas dalam keterangannya, Kamis (13/3/2025).
"Ini menunjukan kurangnya minat baca yang berdampak pada lemahnya apresiasi karya tulis. Tidak hanya berbicara yang ada di Jakarta dan di kota-kota besar, tetapi di seluruh pelosok Tanah Air,” ungkap Ibas.
Tak hanya itu, menurut Ibas, teknologi yang dapat mempermudah akses namun juga bisa menjadi distraksi digital media sosial, terkadang menjadi penghambat fokus menulis dan membaca. Belum lagi kendala lainnya, yaitu plagiarisme yang merugikan.
"Plagiarisme, pembajakan buku masih cukup marak. Merugikan penulis yang bergantung pada royalti. Hak cipta kerap diabaikan dan mengancam kesejahteraan para penulis. Akibatnya penulis pemula akan kesulitan mengembangkan keahliannya dalam menulis,” kata Ibas yang disetujui oleh seluruh peserta.
“Jadi tidak hanya di dunia musik, tapi di dunia cipta karya buku ini juga masih perlu kita dengar, kita carikan solusi terbaiknya, dan kita pikirkan bagaimana yang menguntungkan untuk semua pihak,” kata Ibas.
Ibas kemudian memaparkan UU 28 tahun 2014 yang memberikan kepastian hukum. Termasuk insentif pajak final 0.5 persen untuk penghasilan di bawah 500 juta per tahun.
"Kalau pajaknya terlalu tinggi, terlalu mahal, membuat motivasi dari para penulis itu terdegradasi (menurun),” kata Ibas.
Baca juga: Kisah Inspiratif Ayu Aida, Penulis yang Berdedikasi untuk Palestina
Selanjutnya, Ibas juga menyoroti tentang pendanaan dan hibah literasi agar dapat terus meningkat.
"Kami juga berharap negara bisa memperhatikan agar pendanaan dan hibah literasi bisa terus tumbuh dan meningkat, lebih besar. Pendanaan terkait dengan dana Indonesia, terakhir di masa lalu itu sekitar 2T (triliun), itu bisa terus kita lanjutkan atau tingkatkan,” tegasnya.
Ibas juga berharap adanya keberpihakan dalam pendidikan, seperti beasiswa seni budaya yang harus bisa didapatkan oleh mereka yang memiliki keahlian dalam bidang seni dan karya tulis.
Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI ini kemudian membahas salah satu negara maju, Swedia yang melakukan perubahan sistem pendidikan.
"Yang awalnya berbasis online, pendekatan dengan peralatan teknologi, hari ini kembali pada proses konservatif, menggunakan buku, pembelajaran melalui teks book. Artinya Indonesia tidak tertinggal untuk pengembangan dunia pendidikan, dunia baca, tulis, dan lainnya,” papar Ibas.
Sehingga, Ibas mengajak untuk sama-sama memberikan dorongan, dukungan dan memastikan agar kita semua bisa terus mempromosikan buku-buku.
"Melalui pameran buku atau bisa kita lakukan dengan international book fair, kolaborasi serupa di tingkat nasional dan tingkat dunia, memastikan minat baca anak kita semakin meningkat,” katanya.
Ibas mendorong agar jumlah buku yang beredar semakin besar, berkualitas, dan bervariasi.
Baca juga: Penulis Korea Selatan Han Kang Pemenang Nobel Sastra 2024
"Kita dorong agar jumlah buku beredar pun semakin besar. Berkualitas, apalagi buku-bukunya melegakan pikiran, memberikan kreativitas. Bukan buku negatif, yang hoax, yang keluar dari sebuah etika kehidupan bangsa,” tegasnya.
Dia menyampaikan perlunya lebih sering memberikan penghargaan dan apresiasi kepada penulis melalui berbagai event. “Literasi bukan sekedar membaca, tapi juga mengambil makna dari setiap kata.”
Ibas optimis negara ini memiliki kesempatan menciptakan sumber daya yang unggul. “Mengutip yang disampaikan Lewis Carrol dalam buku ‘Alice’s Advantures in Wonderland’: It’s no use going back to yesterday. Because I was a different person then.”
“Setiap perjalanan hidup seperti buku, selalu menghadirkan bab baru dalam kehidupan. Karenanya kita jangan terus terpaku pada masa lalu, tapi kita gapai masa depan penuh tantangan. Setuju ya..?” yang langsung dijawab “Setuju..” oleh seluruh peserta.
Di akhir sambutannya, Ibas mengajak bersama-sama untuk menjaga asa, terus maju, dan berkarya.
"Akhirnya teman-teman yang cerdas dan kreatif. Mari jaga asa kita untuk terus maju, berkarya, demi menjaga warisan intelektual bangsa. Semoga diskusi ini menjadi penyemangat dan sebagai landasan kita semua dalam merancang kebijakan yang lebih progresif, inklusif dan berkelanjutan. “
“Membaca dan menulis bukan hanya ekspresi diri tapi merupakan bagian dari memajukan Ibu Pertiwi. Teruslah membaca dan menulis. Berbagi cerita dan menginspirasi,” pungkasnya.
Baca juga: Penulis Israel: Netanyahu Tak Mau Perang Berakhir, Pembunuhan Pimpinan Hamas-Hizbullah Tak Berguna
Senada dengan yang disampaikan Ibas, Meisya Sallwa, penulis novel sekaligus peserta acara menyampaikan harapannya agar Pemerintah dapat bergerak bersama memberikan efek jera pada tindakan plagiarism.
"Banyak sekali buku di plagiat, tapi tidak ada tindakan yang memberikan efek jera. Sebagai penulis banyak efek buruk, tidak hanya berdampak pada penulis tapi seluruh industri penulisan yang dirugikan. Semoga pemerintah bergerak bersama membuat kebijakan yang memberikan efek jera pada plagiarism. Bisa diberikan langkah konkret untuk disosialisasikan lebih luas lagi,” katanya.
Pada acara ini hadir beberapa peserta yang merupakan penulis perempuan, di antaranya Meisya Sallwa, Grace Reinda, Fayanna Allisha, Nadzira Shafa Askar, Erisca Febriani, dan lain sebagainya.
Hadir pula Anggota FPD DPR RI Sabam Sinaga, Raja Faisal Manganju Sitorus, dan Faujia Helga Br. Tampubolon.
Refleksi Hari Konstitusi: Bangsa yang Besar Berpijak pada Jati Diri dan Landasan Hukum |
![]() |
---|
Ibas: PPHN Jadi Kompas Pembangunan Nasional yang Menjamin Keberlanjutan Lintas Rezim |
![]() |
---|
HUT RI ke-80, Ibas: Mari Tumbuh, Bersatu, dan Berjuang Maju untuk Indonesia Lebih Baik |
![]() |
---|
Waka MPR Edhie Baskoro Dorong UMKM Gula Jawa Pacitan Go Digital |
![]() |
---|
Tanggapi soal Bendera One Piece, IBAS: Merah Putih Tetap Lambang Kebanggaan Kita! |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.