Kurikulum Merdeka
Kunci Jawaban PAI Kelas 6 Kurikulum Merdeka Unjuk Kerja Halaman 57 Bab 3 Pengalaman Meminta Maaf
Berikut Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka: Unjuk Kerja halaman 57 Bab 3 Hidup Damai dengan Saling Memaafkan.
Penulis:
Nina Yuniar
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Simak kunci jawaban Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti untuk siswa Kelas 6 SD/MI Kurikulum Merdeka berikut ini.
Kunci jawaban PAI Kelas 6 SD yang akan dibahas adalah Unjuk Kerja halaman 57 Bab 3 Hidup Damai dengan Saling Memaafkan pada buku karangan Nazirwan dan Kholili Abdullah, terbitan Kemendikbud tahun 2022.
Dalam bab ini, siswa Kelas 6 SD diharapkan mampu menyebutkan arti menyatakan penyesalan dan memaafkan, serta ciri-ciri orang yang pemaaf.
Selain itu, siswa juga diharapkan mampu menjelaskan pentingnya adab menyesal dan memaafkan beserta hikmahnya.
Kunci jawaban PAI ini bisa dimanfaatkan siswa sebagai bahan belajar di rumah agar pemahaman siswa tentang materi tersebut semakin meningkat.
Berikut ini merupakan kunci jawaban PAI Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka bagian Unjuk Kerja Bab 3 halaman 57:
Baca juga: Kunci Jawaban PAI Kelas 6 Kurikulum Merdeka Aktivitasku Halaman 53 Bab 3
Kunci Jawaban PAI Kelas 6 SD:
Unjuk Kerja
Buatlah cerita singkat pada buku tulis tentang pengalaman kalian menyatakan penyesalan dan meminta maaf saat terjadi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari!
Jawaban:
- Contoh 1: Meminta maaf kepada teman
Pada suatu hari, aku mengalami kejadian yang membuatku merasa sangat menyesal kepada temanku.
Saat itu, aku dan temanku, Sinta (nama samaran) sedang belajar bersama di kelas. Kami duduk bersebelahan.
Di meja kami ada banyak buku, termasuk buku pelajaran Sinta yang sedang ia gunakan untuk mencatat.
Tanpa sengaja, aku menumpahkan botol minumku sehingga airnya mengenai buku Sinta.
Halaman buku Sinta menjadi basah dan beberapa tulisannya pudar, tinta pena yang luntur juga mengotori bukunya.
Sinta terlihat kesal karena buku tersebut sangat penting untuk belajarnya.
Aku merasa sangat bersalah karena kecerobohanku membuat temanku dirugikan.
Semula aku bingung harus berkata apa, namun akhirnya aku memberanikan diri untuk meminta maaf kepada Sinta.
Aku berkata dengan jujur bahwa itu murni kesalahanku dan aku menyesalinya.
Selain itu, aku juga berjanji akan mengganti buku itu dengan yang baru agar Sinta dapat tetap belajar dengan nyaman.
Meski sempat merasa kecewa, Sinta mau menerima permohonan maafku dan memaafkanku. Aku merasa sangat lega.
Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa kita harus berani mengakui kesalahan, menyampaikan penyesalan atau permintaan maaf, dan bertanggung jawab.
Tak hanya itu, aku juga belajar untuk lebih hati-hati dalam bertindak agar perbuatanku tidak merugikan orang lain.
- Contoh 2: Meminta maaf kepada guru
Pada hari Selasa kemarin, aku diminta mengumpulkan pekerjaan rumah (PR) Matematika dari Bu Guru.
Tetapi, malam sebelum tugas dikumpulkan, aku terlalu asyik bermain sehingga lupa mengerjakan PR.
Esok paginya ketika pelajaran dimulai, Bu Guru memeriksa PR kami satu per satu.
Saat tiba giliranku, aku hanya terdiam karena tidak ada PR di mejaku. Bu Guru pun terlihat kecewa kemudian menegurku.
Setelah pelajaran selesai, aku memberanikan diri menemui Bu Guru di ruang guru. Aku mengaku lupa mengerjakan PR karena terlalu banyak bermain.
Dengan tulus aku menyampaikan penyesalan dan meminta maaf kepada Bu Guru.
Bu Guru mendengarkan dan menasihatiku agar lebih bertanggung jawab terhadap tugas.
Beliau memaafkanku dengan syarat aku harus mengerjakan PR itu di rumah dan mengumpulkannya esok hari.
Aku merasa lega setelah meminta maaf.
Dari pengalaman ini aku belajar bahwa lupa mengerjakan PR adalah bentuk kelalaian, dan aku harus lebih disiplin dalam mengatur waktu belajar agar tidak mengecewakan guru lagi.
- Contoh 3: Meminta maaf pada keluarga
Pada suatu sore, ibu memintaku untuk membantu menyapu rumah karena banyak debu di ruang tamu.
Tetapi, saat itu aku justru memilih bermain dengan teman-teman di luar rumah. Aku mengabaikan permintaan ibu.
Saat aku pulang, aku melihat ibu sudah menyapu rumah sendiri dan tampak sangat kelelahan.
Aku menjadi merasa bersalah karena seharusnya aku bisa membantu ibu.
Malam harinya, aku memberanikan diri untuk meminta maaf kepada ibu. Aku mengaku menyesal sudah lebih mementingkan bermain daripada menolong.
Awalnya Ibu merasa kecewa, namun kemudian memaafkanku. Beliau juga menasihatiku bahwa membantu orangtua adalah kewajiban seorang anak.
Sejak saat itu, aku berusaha untuk lebih rajin membantu ibu di rumah.
Dari pengalaman ini, aku belajar untuk tidak egois dan selalu mengutamakan keluarga sebelum bermain dengan teman-teman.
*) Disclaimer:
- Artikel ini hanya ditujukan kepada orang tua untuk memandu proses belajar anak.
- Soal ini berupa pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.
- Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu mengerjakannya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi.
(Tribunnews.com/Nina Yuniar)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.