Anies Ingatkan Pendidikan Bukan Semata-mata Alat untuk Mempersiapkan Anak Muda Menjadi Karyawan
Anies Baswedan mengingatkan agar pendidikan tidak hanya sebagai sarana mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, mengingatkan agar pendidikan tidak hanya sebagai sarana mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja.
Hal ini disampaikan Anies dalam forum ASEAN for the Peoples Conference di The Sultan Hotel, Jakarta, Minggu (5/10/2025).
Baca juga: Anies Baswedan: Kita Butuh Orang Cerdas dan Berintegritas di Dunia Politik
"Ya, memang benar. Pasar kerja sedang mengalami transformasi. Kita sudah melihat bahwa AI, otomatisasi, dan ekonomi gig sedang mengubah cara orang mencari nafkah," kata Anies.
Menurut Anies, perubahan besar dalam dunia kerja membuat sejumlah pekerjaan bersifat rutin terancam tergantikan oleh teknologi.
Sebaliknya, keterampilan seperti kreativitas, kemampuan berkolaborasi, dan daya adaptasi justru menjadi semakin penting.
Namun, Anies menilai pendidikan tidak seharusnya dipandang semata-mata sebagai alat untuk memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja.
"Kita tidak boleh melihat pendidikan semata-mata sebagai alat untuk mempersiapkan anak muda menjadi karyawan atau untuk pasar kerja," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa pendidikan harus dimaknai sebagai upaya agar warga negara menjadi individu yang kritis dan bisa menyelesaikan masalah.
Baca juga: Di Munas PKS, Prabowo Mengaku Tak Dendam ke Anies Baswedan
"Kita harus mempersiapkan murid-murid kita, anak-anak muda kita, untuk menjadi warga negara, menjadi individu seutuhnya yang mampu berpikir kritis, terlibat dalam demokrasi, dan memecahkan masalah di komunitasnya," ucap Anies.
Anies juga menyoroti tiga aspek utama yang perlu menjadi fokus dalam sistem pendidikan saat ini, yakni literasi digital, pemecahan masalah, serta empati dan kolaborasi.
Dalam konteks literasi digital, ia menekankan pentingnya kemampuan untuk menggunakan teknologi secara bijak, tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga dalam menciptakan konten yang bermakna.
"Yang kedua adalah pemecahan masalah. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah, belajar bagaimana menemukan solusi untuk tantangan baru, itu bahkan lebih krusial hari ini daripada sebelumnya," tegasnya.
Sementara itu, empati dan kolaborasi dinilai sebagai kunci dalam membentuk generasi yang mampu bekerja lintas budaya dan disiplin.
"Kita telah melihat bahwa pendidikan dalam aspek empati dan kolaborasi telah menghasilkan murid-murid yang mampu bekerja lintas budaya, lintas disiplin, dan tidak hanya mencetak individu yang sukses," ungkap Anies.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.