Rumah Anak SIGAP
Sosok Sayoko, Lurah Bandarharjo Semarang, Sulap Rumah Dinas jadi Ruang Tumbuh Anak Usia 0-3 Tahun
Inilah sosok Sayoko, lurah Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, Semarang yang mendukung pengasuhan anak usia dini lewat Rumah Anak SIGAP.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sri Juliati dan Facundo Chrysnha P
TRIBUNNEWS.COM - Di antara gang-gang sempit dan rumah-rumah rapat di pesisir Kota Semarang, berdiri sebuah bangunan yang kini dipenuhi suara anak-anak. Bangunan berkelir hijau itu adalah Rumah Anak SIGAP, sebuah ruang tumbuh bagi anak-anak usia 0–3 tahun di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara.
Rumah Anak SIGAP merupakan bagian dari program SIGAP (Siapkan Generasi Anak Berprestasi) yang didirikan oleh organisasi filantropi independen Tanoto Foundation, bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Semarang, pada 8 Agustus 2023.
Program ini ditujukan untuk memastikan anak-anak usia dini usia 0 hingga 3 tahun mendapatkan perkembangan sesuai tahapan usia melalui peningkatan keterampilan orang tua dan pengasuh dalam praktik pengasuhan berbasis pemenuhan hak anak.
Selama dua tahun berjalan, kegiatan di bangunan kecil itu tidak bisa dilepaskan dari peran Lurah Sayoko. Bagi warga Bandarharjo, Sayoko bukan hanya pemimpin kelurahan, tetapi juga pendukung bagi ratusan anak dan keluarga penerima manfaat Rumah Anak SIGAP.
Keterlibatan itu ia tunjukkan melalui kehadiran langsung: menyapa anak-anak, mendengarkan para orang tua, hingga membantu menyelesaikan persoalan sosial di sekitar.
Bahkan bangunan yang digunakan sebagai lokasi kegiatan Rumah Anak SIGAP adalah rumah dinasnya sendiri, yang direlakan untuk diubah menjadi ruang aman bagi tumbuh kembang anak usia dini.
Lantas, seperti apa sosok Sayoko dan bagaimana kiprahnya dalam membangun generasi anak berprestasi di Kelurahan Bandarharjo? Simak kisahnya di bawah ini.
Sosok Sayoko
Sayoko, lahir di Semarang pada 27 Agustus 1975. Saat ini, pria berusia 50 tahun ini tinggal di Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.
Ayah empat anak itu menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Negeri Semarang (Unnes) jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Ia sempat mengajar di beberapa sekolah dan madrasah di Kota Semarang.
Hingga akhirnya, pada Januari 2009, Sayoko resmi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pendidikan Kota Semarang. Ia ditempatkan di Bidang Pendidikan Nonformal (PNF), sebuah unit yang berfokus pada layanan pendidikan di luar jalur sekolah formal.
Baca juga: FOTO Secercah Harapan dari Rumah Anak SIGAP Sokawera Banyumas
"Saya mengurusi bagian Pendidikan Kesetaraan seperti Kejar Paket dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)," ujarnya saat ditemui Tribunnews.com, Rabu (12/11/2025).
Setelah bertahun-tahun menangani pendidikan nonformal, pada tahun 2017 Sayoko diminta untuk membantu pengelolaan Pendidikan Menengah, khususnya sekolah-sekolah tingkat SMP.
Empat tahun setelahnya, tahun 2021, ia ditugaskan ke Kelurahan Bandarharjo sebagai sekretaris Lurah atau carik. Tak lama kemudian, ia dipromosikan sebagai lurah dan harus berpindah tugas ke wilayah Semarang Tengah.
"Barulah pada November 2023, saya kembali ke Bandarharjo sebagai lurah," katanya.
Kepedulian Terhadap Anak-anak
Selama ini, Sayoko turut dikenal sebagai sosok yang peduli dan menyukai dunia anak-anak. Sejak masa kuliah, ia sudah akrab dengan dunia anak saat menjadi tenaga pengajar.
Berbekal dari pengalamannya tersebut, ia mendapat pemahaman dasar tentang bagaimana memperlakukan anak dengan penuh empati. Misalnya dengan berjongkok atau duduk ketika berbicara, agar mata orang dewasa sejajar dengan anak.
"Kalau kita berdiri, anak itu merasa kita raksasa, mereka takut," ujarnya seraya menambahkan, kedekatan itu terbawa hingga kini.
Di beberapa kesempatan, ia tak segan menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak yang baru pertama kali ditemuinya. Pernah suatu ketika, ia melihat beberapa anak dengan rambut berantakan di sebuah masjid. Sayoko pun menghampiri dan mengajak mereka pergi ke salon untuk merapikan rambut.
Ketika ditanya mengapa ia begitu dekat dengan anak-anak, Sayoko hampir tak mampu menjawab. "Kalau sudah urusan bocah, saya susah berkata-kata. Apalagi nanti, 20 tahun ke depan, kita menuju Indonesia Emas. (Anak-anak) iki iso dadi emas tenan pora (anak-anak ini bisa jadi emas beneran atau tidak)?" ujarnya dengan suara tercekat.
Sayoko pun kerap teringat pada kasus-kasus pada anak-anak yang dilihatnya melalui media sosial. Ada satu video yang menggetarkan hatinya, yaitu kisah anak enam tahun yang ketahuan mencuri untuk makan adiknya.
"Kalau saya tahu lokasinya, yang dicuri berapa, tak ganti. Kalau nonton yang kayak gini, ya Allah, rasanya miris sekali," katanya, menahan emosi.
Menurutnya, anak-anak sekarang hidup di tengah lingkungan yang tidak selalu memberikan rasa aman. Mereka sangat rentan.
Bahkan terkadang orang-orang yang tampaknya bisa dipercaya justru menjadi sumber masalah. Karena itu, bagi Sayoko, memberikan perhatian sekecil apa pun kepada anak-anak adalah hal yang tidak bisa ditawar.
"Apalagi anak-anak ini kan generasi penerus. Jadi yang perlu dipersiapkan tidak hanya fisik, kesehatan, dan kecerdasan, tetapi juga mental," tuturnya.
Nah, menurutnya, kehadiran Rumah Anak SIGAP di tempatnya mengabdi, bisa membantu mempersiapkan hal tersebut. Pasalnya, ruang ini tidak hanya menyediakan pendampingan belajar, tetapi juga memberi lingkungan yang aman dan hangat bagi anak-anak untuk tumbuh serta berkembang.
Di Rumah Anak SIGAP, anak-anak dari Bandarharjo serta kelurahan di sekitarnya bisa bermain, belajar berinteraksi, serta menumbuhkan rasa percaya diri tanpa takut dihakimi atau dimarahi. Bagi Sayoko, Rumah Anak SIGAP menjadi penopang penting agar anak-anak tumbuh dengan mental kuat dan karakter yang baik.
"Saya tidak ingin jadi pemimpin yang hanya dikenal karena jabatan. Saya ingin dikenang sebagai orang yang hadir, membantu, dan ikut merawat masa depan," tambahnya.
Dukungan pada Rumah Anak SIGAP Bandarharjo
Aktivitas Rumah Anak SIGAP Bandarharjo selama dua tahun terakhir tak lepas dari peran serta Sayoko. Terlebih saat ini, Rumah Anak SIGAP Bandarharjo telah berstatus mandiri dan diserahkan sebagai salah satu aset kelurahan.
Maka demi menjaga keberlangsungan ruang tumbuh tersebut, Sayoko mengerahkan segala daya dan upaya secara maksimal. Satu di antaranya dengan menyediakan sarana prasarana yang memadai seperti air dan listrik.
"Kami di kelurahan punya anggaran untuk melakukan maintenance. Jadi, jika ada kerusakan, bisa langsung ditangani. Misal, lampu mati atau eternit bolong," tutur Sayoko.
Sementara itu, untuk operasional koordinator dan fasilitator sebagai pelaksana Rumah Anak SIGAP, lanjut Sayoko, kini telah diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang. "Ya, sejak dilepas oleh Tanoto Foundation, yang artinya kita tidak mendapatkan bantuan pendanaan lagi, kini Rumah Anak SIGAP Bandarharjo berada di bawah binaan Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Meski demikian, dalam beberapa kesempatan, Sayoko tetap meminta agar para pelaksana kegiatan, yang berjumlah lima orang, agar mendapatkan berbagai pelatihan tambahan. Tujuannya, agar mereka dapat terus menambah dan memperbarui pengetahuan dalam mendampingi anak-anak di Bandarharjo.
Selama ini, koordinator dan fasilitator telah mendapatkan sejumlah pelatihan dari Tanoto Foundation. Namun, mengingat perkembangan pendidikan anak usia dini yang dinamis dan terus berubah, Sayoko menilai peningkatan kapasitas tetap sangat diperlukan.
"Kalau dari Dinas Kesehatan, bisa dari sisi masalah kesehatan. Misal bagaimana cara merawat anak usia sekian sampai sekian. Sementara untuk pelatihan pola asuh atau pendidikan anak usia dini bisa didapat dari Dinas Pendidikan bidang PNF," jelasnya.
Dengan segala dukungan ini, Sayoko pun berharap Rumah Anak SIGAP mampu menghasilkan dan membekali anak-anak Bandarharjo dengan fondasi yang kuat, baik dari sisi pengetahuan, kesehatan, maupun karakter.
Ia membayangkan, 20 tahun mendatang atau tepatnya pada tahun 2045, anak-anak yang kini bermain dan belajar di ruang sederhana itu tumbuh menjadi generasi yang luar biasa dan siap menempati berbagai posisi penting di berbagai bidang.
"Sekarang ini, Pak Lurahnya memang masih di atas tanah, tapi kan nggak tahu di tahun 2045 nanti. Semoga saja ada generasi penerus, terutama dari Kelurahan Bandarharjo, yang siap mengisi Indonesia Emas di tahun 2045,” ujarnya.
Bagi Sayoko, impian itu bukan sesuatu yang berlebihan. Ia percaya, jika sejak dini anak-anak diberikan ruang aman untuk tumbuh, diasah potensinya, dan didampingi dengan penuh kasih, maka bukan mustahil mereka kelak menjadi sosok-sosok yang membawa perubahan bagi lingkungan dan bangsanya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Lurah-Bandarharjo-Sayoko.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.