Rabu, 27 Agustus 2025

Pilpres 2019

Fahri Curiga ada Peran Kaki Tangan Penguasa dalam Penolakan Prabowo Solat Jumat

Fahri meminta penyelenggara Pemilu cepat menindaklanjui pelarangan tersebut. Sehingga Pemilu benar-benar berlangsung secara adil dan independen.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
Tribunnews.com/Chaerul Umam
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah curiga adanya peran kaki tangan penguasa dalam pelarangan Prabowo Subianto menunaikan ibadah Sholat Jum'at di Masjid Kauman, Semarang, Jawa Tengah. Hanya saja Fahri tidak menyebutkan siapa kaki tangan penguasa yang dimaksud.

"Saya agak curiga bahwa memang kaki tangan kekuasaan itu terlalu jauh itu untuk intervensi hal hal yang sifatnya itu pribadi," ujar Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, (14/2/2019).

Menurut Fahri orang beribadah merupakan hak pribadi dan tidak bisa dilarang oleh siapapun. Sehingga menurutnya pelarangan tersebut sangatlah tidak tepat.

"Orang pergi sholat Jumat kan peribadatan pribadi. Saya memang mendengar ada keluhan dari tim pak Prabowo bahwa mereka dibatasi untuk ketemu masyarakat," katanya.

Fahri meminta penyelenggara Pemilu cepat menindaklanjui pelarangan tersebut. Sehingga Pemilu benar-benar berlangsung secara adil dan independen.

"Saya kira KPU dan Bawaslu itu harus aktif mengadvokasi pemilu yang independen," pungkasnya.

Bahkan menurunnya tidak hanya penyelenggara Pemilu, pemerintah dan aparat turun tangan untuk memberikan himbauan untuk tidak boleh melarang orang beribadah.

Baca: Maman Imanulhaq Sebut Jokowi Tak Sekadar Saleh Tapi Juga Bermanfaat Bagi Sesama

"Harusnya ya harusnya, ini kan tugasnya menteri dalam negeri, Kapolri, harusnya Kapolri atau Menkopolhukam itu bicara dari panggung istana, presiden, presiden ini gak paham yah, harusnya dia ngomong begini eh itu masjid tidak ada larangan. siapapun itu boleh solat dimanapun. Jangan main main ngelarang orang," pungkasnya.

Sebelumnya dilansir dari Tribun Jateng, Ketua Masjid Agung Semarang atau biasa disebut Masjid Kauman, KH Hanief Ismail, menyatakan keberatan adanya rencana Capres 02 Prabowo Subianto jumatan di Masjid Kauman Semarang, Jumat (15/2/2019).

Secara khusus KH Hanief mengontak mantan Komisioner Panwaslu Semarang Mohamad Ichwan menulis keberatannya itu.

Dia juga meminta agar diberitahukan kepada Bawaslu Kota Semarang untuk mengambil tindakan yang diperlukan.

Menurut Kiai Hanief, jumatan yang akan diadakan oleh Prabowo itu perbuatan memolitisasi ibadah shalat jumat sekaligus memakai masjid untuk kepentingan politik.

“Kami para nadlir atau takmir Masjid Kauman merasa keberatan dengan rencana jumatan Prabowo tersebut. Tolong sampaikan ke Bawaslu agar mengambil tindakan yang perlu sesuai aturan hukum," tutur Kiai Hanief yang juga Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang dalam keterangan pers kepada Tribunjateng.com, Kamis (14/2/2019).

Lebih lanjut Kiai Hanief menjelaskan, pihaknya tidak pernah mendapat surat pemberitahuan dari tim kampanye Prabowo-Sandi maupun dari partai pengusung pasangan capres-cawapres tersebut.

Baca: Kiai Maman dan Ustad Yusuf Mansur Tegaskan Jokowi Perjuangkan Islam Dan Pancasila

Maka peristiwa akan digelarnya shalat jumat oleh Prabowo dan pendukungnya di Masjid Kauman tidak melibatkan Nadlir atau Takmir Masjid.Secara resmi maupun secara informal, pihak takmir tidak pernah menyetujui atau memberi izin.

“Kami tidak pernah memperoleh surat apa pun dari pihak Pak Prabowo atau partai pengusungnya
Jadi kami tidak terlibat dengan rencana adanya shalat jumat capres tersebut,” tandasnya.

Kiai Hanief menambahkan, pada prinsipnya Takmir Masjid Kauman mempersilakan siapa pun untuk shalat di masjid tersebut. Pihak takmir membuka lebar-lebar siapa pun muslim untuk beribadah, termasuk shalat jumat.

Namun, pihak takmir keberatan apabila peristiwa shalat itu dipolitisasi. Yakni dijadikan sebagai ajang politik untuk pencitraan sebagai bahan kampanye.

Apalagi dengan mengerahkan massa dan menyebar pamflet ke masyarakat agar ikut jumatan bersama capres Prabowo Subianto. Hal itu menurutnya berpotensi melanggar aturan kampanye dan sangat menodai kesucian masjid sebagai tempat ibadah.

“Kami mempersilakan siapa saja shalat di Masjid Kauman. Setiap muslim boleh shalat jumat di sini, termasuk musafir. Tapi kalau untuk pencitraan kampanye, itu berpotensi melanggar aturan dan menodai kesucian masjid sebagai tempat ibadah,” terangnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan