Sabtu, 23 Agustus 2025

Pilpres 2019

Pengamat Ungkap Penyebab Naiknya Elektabilitas Prabowo-Sandi Menurut Survei Kompas

Berdasarkan hasir survei Litbang Kompas selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin dengan Prabowo-Sandiaga makin tipis dengan angka 11,8 persen.

Harian Kompas
Hasil survei Litbang Kompas tentang elektabilitas Capres-Cawapres pada Maret 2019 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Litbang Kompas merilis hasil survei terbarunya dengan menempatkan elektabilitas pasangan Jokowi-Maruf 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 37,4 persen.

Meski kalah secara elektabilitas, Prabowo-Sandi justru unggul di kalangan pemilih menengah ke atas.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal Hastiadi memaparkan kecenderungan tersebut disebabkan karena inkonsistensi kebijakan Jokowi.

Kalangan menengah atas pun melihat adanya pembangunan besar-besaran pemerintah yang dibiayai oleh APBN, subsidi, dan obligasi.

Selanjutnya golongan menengah atas cenderung mereview peningkatan tax revenue di kemudian hari lantaran merekalah yang menjadi objek pajak.

"Menengah ke atas dipikir untuk mendapat pajaknya, ini pula yang kemudian membuat kecenderungan orang menengah ke atas untuk menahan investasinya," kata Fithra dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kami (21/3/2019).

Alhasil, ketika melihat kecenderungan ini, mereka cenderung untuk tidak memilih atau bahkan beralih dukungan.

"Belum lagi kalau kita melihat dari fakta obligasi pemerintah, masih dalam 2014-2018 datanya 10 persen jadi kenaikan rata rata 15 persen per tahun itu mengakibatkan swasta kekurangan pembiayaan," katanya.

Sementara terkait pemilih loyal kubu 01 yang berasal dari menengah ke bawah, Fithra menengarai lantaran karena banyaknya sumber pembiayaan APBN yang memang diperuntukkan bagi mereka.

Menurutnya petahana, memiliki sumber daya untuk memanfaatkan posisinya, termasuk menahan penurunan elektabilitas.

"Saya melihat kecenderungan sistematis. Tapi biar bagaimanapun petahana punya resources dan ya sedikit banyak ini yang bisa mereka lakukan untuk menahan penurunan elektabilitas," katanya.

Sementara itu, pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan naiknya elektabilitas Probowo-Sandiaga berdasar hasil survei Litbang Kompas tidak bisa dipisahkan dari masifnya gerakan para pendukungnya.

Menurutnya, militansi pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menjadi faktor utama dalam mendongkrak elektabilitas pasang calon nomor urut 02 jelang pilpres 2019.

Berdasarkan hasir survei Litbang Kompas selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin dengan Prabowo-Sandiaga makin tipis dengan angka 11,8 persen.

"Ini tidak bisa dilepaskan dari gerakan masif para pendukung Prabowo. Militansi pendukung Prabowo untuk memenangkan 02," ujar Hendri satrio kepada Tribunnews.com, Rabu (20/3/2019).

Baca: Sandiaga Uno: Survei Litbang Kompas Jadi Momentum Kami

Pendiri lembaga survei KedaiKOPI ini menangkap ada suara di sebagian masyarakat yang ingin adanya perubahan dalam kepemimpinan nasional.

Memang, menurut dia, kini tekanan berada di Jokowi-Ma'ruf Amin, kala tren menunjukkan penurunan elektabilitas.

"Memang kini tekanan ada di Pak Jokowi-Ma'ruf Amin. Sementara Prabowo-Sandi berada di atas angin. Karena Jokowi-Ma'ruf trennya turun, Prabowo trennya naik," jelasnya.

Baca: Diperlihatkan Foto Artis Indonesia, Bule Jerman: Lucinta Luna Manis Banget, Syahrini Banyak Palsu

Meskipun demikian, kata dia, masih ada waktu bagi Jokowi-Ma'ruf Amin maupun Prabowo-Sandi untuk menggenjot elektabilitasnya menjelang 17 April mendatang.

Survei terbaru yang dilakukan Litbang Kompas pada 22 Februari 2019 - 5 Maret 2019 menunjukkan, jarak elektabilitas antara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, semakin tipis.

Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada di angka 49,7 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen.

Adapun, 13,4 persen responden menyatakan rahasia. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak melalui pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error +/- 2,2 persen.

Peneliti Litbang Kompas, Bambang Setiawan menuliskan, jarak elektabilitas kedua pasangan calon semakin menyempit, 11,8 persen.

Pada survei Litbang Kompas sebelumnya, Oktober 2018, perolehan suara keduanya masih berjarak 19,9 persen dengan keunggulan suara di pihak Jokowi-Ma'ruf.

Saat itu, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 52,6 persen, Prabowo-Sandiaga 32,7 persen, dan 14,7 responden menyatakan rahasia.

"Selama enam bulan, elektabilitas Jokowi-Amin turun 3,4 persen dan Prabowo-Sandi naik 4,7 persen," tulis Bambang.

Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa meski penurunan angka elektabilitas Jokowi-Ma'ruf terlihat sedikit, tetapi memberikan pengaruh signifikan pada jarak keterpilihan.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan