Selasa, 26 Agustus 2025

Ramadan 2019

Mutiara Ramadan: Memudikkan Kesucian

Ibadah puasa dimaksudkan agar manusia mampu mengangkat harkat kemuliaannya yang azali, primordial, yakni berada dalam kesucian.

Editor: Dewi Agustina
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
MUDIK NAIK KRI - Penumpang saat turun dari KRI Makassar-590 usai sandar di Pelabuhan Gapura Surya, Tanjung Perak, Senin (3/6). KRI Makassar membawa lebih dari 990 penumpang warga Kaltim sebagai peserta mudik gratis dengan rute Balikpapan-Surabaya kerjasama TNI AL dan Departemen Perhubungan. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

Suasana batin yang fitri terus dijaga dan dimanfaatkan secara maksimal, antara lain dengan mentradisikan saling bersilaturahmi dan bermaafan.

Terkait tradisi silaturahmi, muncul gejala sosial yang amat mudah diamati beriringan Hari Raya Idul Fitri, yaitu arus mudik.

Para pemudik tengah menunggu kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (3/6/2019).
Para pemudik tengah menunggu kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (3/6/2019). (Fransiskus Adhiyuda/Tribunnews.com)

Transportasi menjadi masalah utama menjelang dan sesudah hari raya Idul Fitri.

Berkenaan dengan fenomena mudik, sebenarnya untuk kembali menguatkan pertalian tradisional, dengan akar budayanya di kampung.

Prosesi Ritual

Namun faktanya tradisi mudik bukan sekadar pulang kampung.

Lebih dari itu mudik menjadi prosesi ritual yang mencerminkan nilai-nilai fundamental kehidupan yaitu cinta sesama manusia.

Selain itu juga melambangkan suatu sikap dan gaya hidup serta ketertarikan manusia terhadap komunitas dan sejarahnya.

Karena itu, upaya membendung terjadinya luapan arus mudik atau bahkan budaya mudik bukan hal gampang karena hal ini berkaitan dengan dorongan alamiah atau fitri manusia.

Mereka ingin kembali kepada hal-hal berdimensi asal, seperti ingin kembali kepada orang-orang yang paling dekat, ibu-bapak dan saudara.

Para pemudik tengah menunggu kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (3/6/2019).
Para pemudik tengah menunggu kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (3/6/2019). (Fransiskus Adhiyuda/Tribunnews.com)

Dorongan dan kerinduan yang bersifat natural atau fitri itu juga merupakan dorongan yang mengajak orang kembali kepada asalnya, yakni kesucian, ingin meminta maaf kepada mereka.

Idul Fitri sebagai sarana atau medium bermaaf-maafan setelah menjalani tobat dan meminta maaf atau ampunan kepada Allah SWT.

Sebagai sarana meminta maaf, Idul Fitri juga merupakan ajang menjalin silaturahmi, menjalin kasih sayang, dimulai dari meminta maaf kepada orang tua dan sanak saudara.

Hal ini kemudian menjadi sesuatu yang sangat mendasar dalam melaksanakan dan merayakan Idul Fitri.

Artinya, bagi para perantau, merayakan Hari Haya Idul Fitri tanpa mudik nyaris tak bermakna.

MUDIK NAIK KRI - Penumpang saat turun dari KRI Makassar-590 usai sandar di Pelabuhan Gapura Surya, Tanjung Perak, Senin (3/6). KRI Makassar membawa lebih dari 990 penumpang warga Kaltim sebagai peserta mudik gratis dengan rute Balikpapan-Surabaya kerjasama TNI AL dan Departemen Perhubungan. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
MUDIK NAIK KRI - Penumpang saat turun dari KRI Makassar-590 usai sandar di Pelabuhan Gapura Surya, Tanjung Perak, Senin (3/6). KRI Makassar membawa lebih dari 990 penumpang warga Kaltim sebagai peserta mudik gratis dengan rute Balikpapan-Surabaya kerjasama TNI AL dan Departemen Perhubungan. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ (SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)
Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan