PASCAMERAPI MELETUS
Loh... Kok Sultan Tak Habiskan Nasi Kenduri
Sri Sultan Hamengku Buwono X hanya makan sekitar 10 sendok saja dan tidak menghabiskan nasi tumpeng di besek itu
Editor:
Iswidodo

TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Mengenakan kaos berkerah warna abu-abu bertuliskan “Ayo ke Jogja”, Sri Sultan Hamengku Buwono X hadir pada acara Kenduri Jogja, Minggu (5/12/2010). Bersama ribuan warga, Gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) itu ikut menikmati nasi tumpeng. Entah karena lagi banyak pikiran atau karena apa, ia memilih tak menghabiskan nasi kenduri bagiannya.
Ketika duduk di bawah tenda khusus pejabat berukuran sekitar 4 x 5 meter, dahi orang nomor satu di Jogja ini terlihat berkeringat. Sesekali Sultan mengelapnya dengan tisu yang ada di meja. Meski jarum jam baru menunjukkan angka 08.00, pagi itu matahari bersinar terik.
Pagi itu Raja Keraton Yogyakarta baru saja memimpin deklarasi "Jogja Nyaman untuk Dikunjungi” di titik Kilometer Nol, tepatnya di simpang empat Kantor Pos Besar Jogja.
Di panggung tak beratap yang ada di tengah-tengah simpang empat itu, Sultan mengumumkan pada masyarakat, bahwa Jogja sudah aman untuk dikunjungi karena erupsi Merapi sudah berakhir. Status Awas sudah diturunkan menjadi Siaga.
Beberapa menit duduk, Sultan dan tamu kehormatan lain pun kebagian nasi tumpeng. Saat itu, ratusan tumpeng yang dipersembahkan pada genduri boleh dipotong dan dimakan. Semua tamu makan dengan cara yang sama, yakni nasi diletakkan di atas daun pisang dengan tatakan piring dari besek bambu.
Lauk nasi tumpeng itu adalah gudangan sayur kacang panjang, jipang dan setengah butir telur rebus. Dengan perlahan Sultan memakan nasi itu sambil sesekali mengobrol dengan Kolonel Sumedi, Danrem 072 Pamungkas DIY yang ada di kanannya. Sendok bebek plastik warna biru muda itupun berkali-kali mondar-mandir dari besek ke mulut Sultan.
Setelah sekitar sepuluhan sendok, Sultan berhenti makan. Entah apa yang membuatnya berhenti, padahal nasi yang ada di besek itu masih beberapa sendok. Oleh Sultan, besek itu pun digeletakkan di meja, lalu menyalakan sebatang rokok dan dihisapnya sambil terus mengobrol dengan orang-orang disampingnya.
Wajah Sultan yang tadinya sering tersenyum karena menyapa orang-orang di sekitarnya, sontak berubah drastis saat puluhan wartawan yang mengerumuninya bertanya tentang RUUK. Wajah Sultan yang tadinya ceria menjadi muram. “Saya tidak mau berkomentar tentang RUUK,” jawab Sultan singkat. (*)