Pascaerupsi Merapi
Kasihan...Ijazah Korban Merapi 'Dijual'
Ada ijazah yang terbakar di antara souvenir Erupsi Merapi yang dijual Sumiyati agar bangkit. Dijualkah ijazah anaknya itu?
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - SUMIYATI (46), warga Pangukrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman tampak setia menunggu lapak yang dibangun didepan rumahnya yang sudah hancur. Bangkai mobil APV yang terbakar oleh panasnya wedus gembel juga masih teronggok didepan rumahnya.
Dengan lapak yang menyediakan souvenir Erupsi Merapi, Sumiyati dan keluarganya berusaha untuk bangkit. Di situ terdapat juga ijazah anaknya. Dijualkah?
Dalam lapak tersebut, Sumiyati menjual kaos bergambar Mbah Maridjan, VCD dan juga foto-foto Erupsi Merapi. Dia berharap lapak yang dibangun tersebut bisa menjadi awal kebangkitan menata kembali hidupanya.
“Dulu saya memiliki kios kelontong, kami juga sudah mampu membeli mobil. Namun semuanya hangus dan nyaris tidak ada yang tersisa lagi,” kata Sumiyati.
Sumiyati kini tidak lagi hidup didalam rumahnya. Segala aktivitas keluarga dilakukan di lapak yang sekaligus digunakan untuk usaha berjualan souvenir.
“Kami awali semuanya dari lapak ini. Kami harus bangkit dari bencana ini,” kata Sumiyati.
Diantara deretan souvenir yang dijajakan di lapak tersebut, tampak sebuah kertas dengan hiasan plastik berwarna merah terbungkus dengan rapi. Warnanya yang merah menyala membuat benda tersebut mencolok diantara barang-barang lainnya di lapak tersebut.
"Itu adalah ijazah anak saya yang masih bisa saya temukan setelah kami pulang dari pengungsian,” kata Sumiyati lirih.
Ketika ditanya apakah barang tersebut termasuk barang yang dijual sebagai souvenir, Sumiyati hanya terdiam. Namun dia mengaku tidak begitu peduli dengan ijazah milik anaknya tersebut.
Tidak hanya Sumiyati, anaknya yang memiliki ijazah tersebut juga tidak mempedulikan ijazah tersebut. “Anak saya semuanya sudah berkeluarga. Mungkin ijazah ini sudah tidak ada artinya lagi bagi kami,” kata Sumiyati.
Yang sekarang dicari Sumiyati adalah surat-surat lain seperti BPKB, sertifikat tanah, dan beberapa surat penting lain. Surat-surat yang tidak sempat terbawa ketika akan mengungsi ini diduga telah hangus terbakar bersama rumah dan mobil APV miliknya.
“Saat ini yang kami miliki hanyalah KTP dan beberapa surat lainnya yang melekat didompet. Selain itu semuanya hangus bersama rumah kami,” imbuh ibu tiga anak ini.
Terkait dengan surat-surat yang hilang ini, hanya pasrah. Dia mengaku tidak tahu harus mengawalinya dari mana. Ia menyerahkan semuanya pada Ketua RT yang sudah melakukan pendataan.
Meskipun sangat membutuhkan surat-suratnya kembali, namun dia tidak begitu ngotot memaksa masalahnya segera tuntas. Sebab dia memahami bahwa bahwa RT maupun dukuhnya juga mengalami permasalahan yang sama.