Jumat, 10 Oktober 2025

Jejak Misterius di Yogya

Biarkan Crop Circle Berbah Tetap Jadi Misteri

Dosen antropologi visual UGM Yogya, M Zamzam Fauzanafi berharap agar crop circle Berbah tetap menjadi misteri.

Editor: OMDSMY Novemy Leo
zoom-inlihat foto Biarkan Crop Circle Berbah Tetap Jadi Misteri
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI
Sejumlah warga melihat pola aneh yang muncul di areal persawahan di Dusun Wonojoyo Kidul, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (25/1/2011).
Laporan Wartawan Tribun Jogja.com, Hendi Kurniawan

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN --- Dosen antropologi visual UGM Yogya, M Zamzam Fauzanafi MA berharap agar crop circle Berbah tetap menjadi misteri sehingga orang akan terus memersepsikan maknanya.

Fauzanafi menilai fenomena crop circle di Berbah menjadi cermin kehidupan manusia saat ini. "Orang zaman sekarang selalu mencari tontonan yang baru. Crop circle di Berbah, merupakan suatu hal yang baru bagi orang Yogya, bahkan orang Indonesia," kata Zamzam, ditemui di rumahnya, di Krapyak, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Rabu (26/1/2011).

Menurutnya, simbol yang terbentuk di crop circle Berbah, tidak bisa dimaknai. "Simbol hanya bermakna ketika dikaitkan dengan konteks. Sedangkan kita tidak bisa menemukan konteks pada simbol ini (crop circle Berbah)," tambahnya.

Zamzam berpesan, biarkan ini menjadi misteri. Karena dengan misteri orang akan terus memersepsikan maknanya. Semua pemaknaan sah-sah saja hukumnya. Karena ini adalah pesan, yang bebas diartikan semua orang.

"Orang akan mencari bentuk tontonan baru, tatkala sudah mulai bosan dengan crop circle Berbah. Itu lah karakter manusia sekarang," ucapnya.

Bagi Zamzam, fenomena kemunculan pola aneh di Berbah adalah manifestasi karakter manusia saat ini, yaitu eksistensi. Terlepas dari perdebatan siapa yang membuat pola itu, orang yang menonton dan pembuat pola berebut untuk diakui eksistensinya.

"Jika kita asumsikan crop circle Berbah dibuat manusia, orang itu ingin menunjukkan eksistensi melalui karya. Begitu juga orang yang menonton. Mereka berlomba ingin menyaksikan secara langsung fenomena tersebut," jelasnya.

Masyarakat seakan tidak mau ketinggalan informasi. "Seakan-akan ada rasa ketinggalan informasi jika tidak menonton dari tempat kejadian. Kalau kata anak sekarang, ya, ngeksis," imbuh Zamzam.

Fenomena crop circle Berbah, telah merebut atensi semua kalangan. Ini memberikan keuntungan ekonomi, bagi media massa maupun masyarakat sekitar.

"Saat ini adalah era ekonomi atensi. Siapa yang bisa merebut perhatian khalayak dengan cepat, itulah yang memperoleh benefit dan eksis," kata Zamzam sembari tertawa.

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved