Rp 15 Ribu/Kg, Daun Nilam Mulai Geser Kakao Luwu
Setengah tahun terakhir, biji kakao mulai digusur oleh tumbuhan nilam (pogostemon cablin) di Kecamatan Transmigran Sukamaju, Luwu Utara, Sulsel.
Editor:
Ade Mayasanto
TRIBUNNEWS.COM, MASAMBA - Selama hampir tiga dekade, biji kakao menjadi komoditas unggulan di Kecamatan Transmigran Sukamaju, Luwu Utara, Sulsel. Namun, setengah tahun terakhir, nilai komoditas ekspor ini mulai digusur oleh tumbuhan nilam (pogostemon cablin).
"Sawit dan kakao masih banyak di kebun, tapi daun nilam lebih menguntungkan," kata Haji Abdul Manaf, petani kakao dan sawit di Dusun Waetuo, Desa Tolangi, Kecamatan Sukamaju, Lutra, Sabtu (7/5/2011).
Harga jual daun nilam basah per kilonya Rp 7.500. Jika kering pedagang pengumpul di Masamba berani membayar hingga Rp 15 ribu hingga Rp 17 ribu per kilogramnya. Di Sukamaju, tanaman ini mulai banyak terlihat disebar di sela-sela tanaman, kakao, rambutan, atau durian.
Tribun juga banyak menemukan tanaman yang baru berusia tiga hingga empat bulan di pekarangan samping dan belakang rumah warga di desa Tolangi, Rawamangun, dan beberapa desa di kecamatan transmigrasi di Masamba, Lutra.
Nilam tak manja seperti kakao yang butuh pemeliharaan telaten. "Kami coba-coba dulu pak, kakao ini banyak serangganya, manja dan kami lebih banyak keluarkan uang untuk beli obat (insektisida)" kata Jamari, petani di Waetuo. Rp 220 Ribu Per Liter.
Nilam adalah salah satu tanaman utama penghasil minyak atsiri. Karena mudah menguap dan tak larut dalam air, senyawa minyak atsiri jadi bahan dasar parfum, pewangi, penyedap makanan dan minuman, pengawet, obat-obatan, insektisida, cat, bahkan kini di Eropa jadi bahan pelumas kendaraan ramah lingkungan.
Informasi yang diperoleh Tribun dari situs agribisnis Malaysia,
Nilam mempunyai hasil rendemen minyak atsiri sebesar 3 – 5% dan laku dipasaran seharga Rp. 220.000 – 240.000 per liter.
Daunnya pula berbentuk bujur dan bergigi di tepi serta mempunyai permukaan yang seolah-olah berbulu.
Pusat Sumber Genetik Tumbuhan, Biosains UPM, Tajuddin Abdul Manap, menyebut tumbuhan yang jenis payah berbunga ini mempunyai bau yang tidak digemari oleh serangga perosak untuk tanaman kakao. “Seolah-olah bersifat antiserangga. Beberapa pengamal perobatan herbal, tanaman wangi," katanya