Kamis, 11 September 2025

Diskusi Fire and Rescue

Perahu 40 Knot dan Penjinak Bom

Balikpapan rupanya sudah memiliki jaringan utuk atasi bencana.

Penulis: Achmad Subechi

DIAM-DIAM Satpolairud Polda Kaltim punya perahu-perahu canggih berkecepatan tinggi sampai 40 knot, dan satu unit helikopter, semua stand by dan siap operasi. Sedangkan untuk kebakaran, PT Total E&P Indonesie memiliki perangkat-perangkat canggih. Malahan telah menyiapkan hot line untuk tanggap darurat 0542‑533180.

Bripka Dasuki (Ditpolairud Polda Kaltim)

Kami menjalankan tupoksi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Jadi kami siap membantu masyarakat Kalimantan Timur, untuk penanggulangan bencana. Untuk mendukung operasi itu, kami memiliki juga peralatan khusus, perahu karet dua unit yang ready, perahu untuk patroli untuk kawasan luar.

Untuk di Balikpapan, kami punya dua speedboat bantuan dari Amerika kecepatan 40 knot, khusus untuk SAR jenis LCT pengangkut satu unit, untuk peralatan selam juga kami punya, jadi untuk wilayah utara di Tarakan dan Nunukan.

Kami juga punya pangkalan kapal cepat juga punya tiga unit kapal juga bantuan dari Amerika, masing‑masing kapal memiliki kecepatan 40 knot. Masing‑masing wilayah tingkat dua punya pos, dan memiliki pos.

Kami biasanya melaksanakan tugas untuk menanggulangi kecelakaan di laut, misalnya kapal tenggelam atau orang tenggelam dan kordinasi dengan instansi terkait yakni Syahbandar, TNI AL, Brimob dan instansi lainnya. Untuk di darat, kami bertugas untuk membantu penanganan korban bencana banjir, kita turunkan perahu karet sesuai kondisi besaran banjirnya.

Untuk posisi pasukan, mulai dari utara Tarakan, Nunukan, Sangkulirang, Kutai Timur, Anggana, terus Balikpapan, Paser, Penajam Paser Utara (PPU). Untuk respon bencana, jadi dari pihak kami unit SAR, anggota yang ditunjuk surat pelaksanaan melaparkan kepada pimpinan, dan pimpinan memberikan komando dan respon untuk mempersiapkan peralatan dan perlengkapan.

Mardi Kasdi: Kalau di Nunukan dan Tarakan kalau kapalnya cuma 40 knot harusnya ditambah 60 knot, karena kewalahan kalau menangkap kapal Filipina apalagi untuk menangkap perompak. Jadi perahu Bapak masih kurang cepat. Markas Bapak di Somber itu ya? Nah pengalaman saya dulu saat Pak Pardan jadi Kepala KP3, teman‑teman di Polair tidak bisa nyelam, bahkan tidak bisa berenang. Jadi musti dilatih dulu.

Ini benaran Pak! Itu zaman dulu. Oleh karena itu, yang bertugas di Polair minimal harus bisa berenang. Sekarang saya tanya di udara, apakah di udara ada safety‑nya, misalnya kedatangan luar negeri, bahkan unit helikopternya ada tidak? Kalau di Kodam itu ada satu unit dipajang di makodam. Lalu soal tugas jangan nunggu izin atasan, jangan sampai bencana sudah lewat tapi surat tugasnya belum jadi. Tapi sekarang personel Polair sudah bisa berenang dan saya salut atas perannya.

Bripka Dasuki: Kita lihat situasi Pak! Kalau memang emergency surat tugas itu menyusul, namun yang paling diprioritaskan bencana dulu. Untuk pelindung udara ada satu unit helikopter bermarkas di bandara, jadi tiap dua bulan kru pilot diganti. Tapi pengendali operasi langsung dari Kapolda. Itulah tugas dari Polair semoga tugas‑tugas bisa membantu masyarakat. Kami punya 40 personel latihan tiap tiga bulan di SPN. Sedangkan seluruh personel sebanyak 325 orang. Di Somber itu sekitar seratusan personel.

                                                         ***

Yoseph Adhityawan (Fire and Rescue Total E&P Indonesie)

Mohon maaf ya Pak, sebenarnya bukan tanggungjawab saya presentasi di diskusi ini. Bahkan saat ini di Total masih sedang melaksanakan kegiatan internal, kita punya tujuh site dan memiliki high risk (risiko tinggi). Jadi dalam kesempatan itu kami menyediakan beberapa tim, kalau di Total Emergency Team itu masing‑masing site 20 personel, ada juga back active personel dari dari karyawan kemudian di‑drill (dilatih), semacam training. Ada lagi tim fire and rescue team, tim ini orang‑orangysang sudah dilatih dan dididik sekitar 3 bulan untuk menghadapi challenge seperti ini.

Total sudah ikut sejak tahun 2.000 lomba melaksanakan tanggap bencana. Dari kegiatan tim ini, kita punya program eksternal, komite sendiri dan ada prosedurnya dan dilengkapi peralatan lengkap. Contoh kegiatan yang terakhir adalah kita bantu kasus kebakaran di Kilang Cilacap. Kami juga menurunkan tim fire and rescue untuk korban Merapi dan lainnya. Total siap membantu, tadi malam juga ada perlombaan antar-karyawan, untuk menenutkan player terbaik dan kita ikutkan dalam lomba tanggap darurat.

Moderator: Bagamainan jika terjadi kebakaran di rig?

Yoseph: Mohon maaf ya Pak, saya bukan expert di bidang teknologi, tapi di Total sendiri kita sudah punya sistem sendiri, teknologi rig emergency management, jadi setiap ada sesuatu bencana sudah ada teknologi safety-nya, misalnya sebantar lagi, maka secara otomatis sistem teknologi itu akan berbunyai dan berfungsi. Jadi kegiatan emergency seperti itu sudah ditangani oleh equipment yang ada. Ada juga boat fire fighting yang stand by. Sebanyak 50 persen wilayah kami di air, karena eksplorasi kita di air. Ada banyak equipment safety di Total. Misalnya fire fighting boat dan fire fighting self. Kami juga ada hotline 0542‑533180.

                                             ***

Kompol Bambang WA (Kasubden I Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Kaltim)

Saya baru dua tahun di Kaltim. Jadi belum terlalu lama, kalau bilang lama takutnya nanti diserang oleh Bapak YLKI Mardi Kasdi nih (disambut tertawa peserta). Kebetulan pangkat saya kompol. Saya setuju sekali kepada Bapak key note speaker, bahwa ada komitmen dan militansi terhadap kepedulian bencana.

Saya juga pernah sekolah SAR di Singapura. Gegana apa sih itu gegana? Fungsi utama fungsi kepolisian kamtibmas dan lainnya, tapi sebagai spesifikasi kami sebagai unit penjinak bom jadi istilah kami bukan jihandak lagi, karena bahan peledak tidak perlu dijinakkan, tapi yang perlu dijinakkan itu bom. Jadi kami adalah 'jibom' (penjinak bom), fungsi counter teroris. Sekarang ini tren bom sekarang sudah makin berkembang. Cuma kecil aja sudah bisa bikin bom (sambil menggambarkan bahwa sudah ada bom kurang dari kelingking jari dimasukkan dalam perut dan kemudian bisa diledakkan dimana pun dan kapanpun). Jadi saya mohon izin Pak, di Kaltim belum ada alat penjinak seperti itu. Jadi Pak YLKI jangan nyerang dulu (kembali peserta tertawa).

Kenapa belum ada, karena dari negara belum ada anggarannya kesitu. Untuk rescue, pada dasarnya bukan tugas pokok, tapi kaitannya cukup banyak. Jujur prajurit kami dan petugas teman‑teman yang peduli bencana ini adalah pejuang. Kenapa? Karena kegiatan ini tidak ada untungnya, tapi risiko malah tinggi. Bahkan masyarakat mencaci maki, saat kita mencoba memadamkan api. Makanya ini kegiatan mulia.

Kami pernah ikut semacam simulasi antar-negara Asia, dan di sana memang kelihatan sekali, Indonesia terlihat sekali minim sekali peralatannya, nah apakah kita seperti itu. Makanya tolong Balikpapan jangan seperti itu.

Kita juga punya risk mapping untuk Kaltim, tapi itu masih versi kami, mungkin nanti kita bisa sharing sejauh mana lebih teknis dalam rapat lebih teknis lagi nanti. Di Kaltim banyak potensi wisata, tapi berdekatan dengan laut dan rawan akan bencana tapi fasilitas pendukung untuk mencegah itu kelihatannya sangat minim.

Anggota kami ada 78 personel Pak. Insya Allah bisa berenang semua Pak (tertawa semua)! Fokus terbesar di bawah detasemen, di Tarakan, dua speed dan perahu karet, di Samarinda juga ada perahu karet, kalau di Balikpapan cuma ada perahu karet tiga unit.(Feri Mei/bersambung)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan