Kamis, 2 Oktober 2025

Grace, Sosialita Tenun Ikat NTT di Jakarta

NAMANYA sudah tak asing lagi. Publik pun tahu. Ia tampil pada acara Pelestarian Keroncong dan Masa Depan Anak NTT.

Editor: Paulus Burin
zoom-inlihat foto Grace, Sosialita Tenun Ikat NTT di Jakarta
Pos Kupang, Paul Burin
Grace Yapola

Laporan Wartawan Pos Kupang, Paul Burin

TRIBUNNEWS.COM- NAMANYA sudah tak asing lagi. Publik pun tahu. Pada acara Pelestarian Keroncong dan Masa Depan Anak NTT di Hotel Mulia Jakarta, Sabtu (13/8/2011) malam, Grace Yapola  tampil  ke atas pentas publik. Acara ini memang dikemas menarik, apalagi  dipandu oleh Master of Ceremony (MC) Koes Hendratmo.

Dengan tema Melestarikan  Lagu-lagu Keroncong dan Tenun Ikat NTT, suasana terasa ke-NTT-an.  Grand Ballroom  Hotel  Mulia Jakarta, yang menampung  tak kurang 1000 orang itu "berwarna" NTT.

Sebagian besar  undangan mengenakan pakaian tenun dari daerah ini. Mereka bukan orang NTT, tapi mencintai  tenunan dari NTT. Betapa tenun ikat malam itu "berbicara" di aras nasional. Sebuah kebanggaan tentunya.

Seorang perempuan berkulit putih. Cantik. Luwes. Mengenakan  pakaian khas tenun ikat sabu  berjalan di atas pentas. Semua hadirin bertepuk tangan. Memberi aplaus kepadanya.  
Dialah  satu-satunya  perempuan  NTT bersama para perempuan  lain yang didaulat untuk tampil dengan tenunan khas karya perancang terkenal Agnes Budhisurya dan Taruna Kusmayadi.

Pada momentum pentas ini Grace  bangga. Grace bukan saja puas dengan  predikat finalis Putri Citra NTT Tahun 1988. Di Jakarta, Grace kelahiran Kupang 11 Februari 1971 ini, selain bersama sang suami Windiono Tirto memiliki usaha garmen, ia juga pelestari tenunan NTT.  

Ia sangat bangga karena  tenun ikat NTT ini perlahan tapi pasti mulai merambah ke berbagai level strata. Dan, di sanalah Grace terus  bahkan tak pernah lelah memperkenalkannya.
Di Jakarta, dalam beberapa waktu terakhir, ibu  dari  Jeremy Tirto (12)  dan Benedik Brandan (6), ini menjadi salah satu  sosialita. "Tugas sosialita adalah melakukan sosialisasi tentang tenun ikat NTT kapan dan di mana saja," jelas Grace di sela-sela acara yang dihadiri para Dubes dan beberapa mantan pejabat di era orde baru ini.

Grace mengatakan, sebagai  orang NTT memiliki kewajiban moral dalam hal memperkenalkan bahkan terus memperkenalkan  tenunan ini.  Promosi tak boleh selesai. Harus kontinyu agar kehadirannya meluas.

Grace tak peduli dengan berbagai penilaian tentang NTT. Daerah gersang, tandus bahkan miskin. Tiap tahun hanya menuai  persoalan yang merupakan pengulangan-pengulangan. Seakan menjadi sebuah siklus tanpa ada pembenahan, tanpa penanganan.  

Busung lapar, kelaparan, muntaber  dan masih banyak predikat lain yang melengkapi keterpurukan NTT. Tetapi, sebenarnya daerah ini punya banyak kelebihan, salah satunya adalah tenun ikat dengan motif-motif menarik bahkan terkesan sakral ini.
Grace memetik hal positif yang dimiliki NTT.

Grace pun berjanji kelak akan kembali  ke NTT. Tetapi bagi dia, membangun NTT tak harus tinggal di NTT. Kapan dan di mana saja setiap orang berkesempatan  melakukan itu.
Yang jelas, dana kegiatan ini akan disumbangkan bagi anak- anak dan kaum ibu di Kabupaten Belu, NTT.  Dana ini akan dibuatkan sebuah rumah yang disebut Rumah Kreatif. 

Rumah yang sudah disiapkan  warga Belu, ini akan diisi dengan bahan bacaan,   komputer untuk anak-anak dan  perangkat keterampilan bagi kaum ibu  di daerah yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste ini.

Grace  dan beberapa panitia menurut rencana akan turun langsung ke Atambua untuk menyerahkan kepada warga yang membutuhkan.
 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved