Mengenal Pakaian Adat Dayak Sanggau
Dia yakin, pakaian adat yang dikreasikan dengan menyesuaikan zaman bisa menjadi trend masa kini.
Editor:
Gusti Sawabi

Selintas, itulah satu di antara gambaran pakaian kreasi Adat Dayak yang digunakan isteri Wabup yang biasa disapa Apolina ini. Dia yakin, pakaian adat yang dikreasikan dengan menyesuaikan zaman bisa menjadi trend masa kini.
Hal ini bukan sekadar basa basi, karena dari pengamatannya, pakaian Adat Dayak yang kini lebih bervariasi dengan motif dan bentuknya tak hanya digunakan di acara-acara pertemuan adat seperti gawai, festival, lomba, dan lainnya. Lebih dari itu, pasangan pengantin dari kalangan muda-mudi Dayak lebih memilih memakai pakaian kreasi Adat Dayak.
"Saya lihat ketika undangan pernikahan, sekitar 60 persen pasangan pengantin itu ketika resepsi mereka menggunakan pakaian kreasi Adat Dayak," tutur Apolina, Senin (20/2/2012) lalu, di rumahnya.
Penasihat Perhimpunan Perempuan Dayak (P2D) Sanggau, ini menilai, ciri khas klasik dari pakaian kreasi Adat Dayak tak akan lekang oleh zaman. Untuk mendapatkan, pakaian-pakaian adat tersebut diungkapkan Apolina memang tak diproduksi banyak. Hal itu perlu terlebih dahulu melakukan pemesanan.
"Untuk harganya memang juga agak tinggi di atas satu atau dua jutaan, itu karena proses pembuatannya yang rumit dan memerlukan ketelitian. Saya pesannya ke pengrajin di kampung-kampung," tukasnya.
Bagi Apolina, menggunakan pakaian adat merupakan suatu kebanggaan yang dapat menumbuhkan rasa kebangsaan.
"Untuk warna saya memang lebih suka yang natural. Karena terasa lebih menyatu dengan alam. Namun, saya lihat untuk Dayak sendiri memang lebih dominan warna merah," ujarnya.
Ke depan, dikatakan Apolina, pengembangan satu di antara aset budaya ini memiliki peluang yang cukup cerah. Namun, ia pun menyadari tantangannya dalam pengembangan tersebut. Seperti tantangan permodalan, promosi, dan pasar.
"Saya kira pengrajin kita banyak di desa-desa atau kampong-kampung dan mereka ini punya keahlian untuk itu. Namun, itu tentunya harus didukung oleh investasi yang besar baik itu modal, promosi dan pasarnya," ujarnya.
Bujang Dayak 2011-2012, Agato Wito menilai, dengan ciri khasnya sendiri, motif-motif Dayak kini sudah mulai dikenal dan memiliki trend yang meningkat. Itu bisa dilihat, dari motif-motif natural seperti daun-daun dan kantong semar sebagai motif resmi Kabupaten Sanggau.
"Saya sendiri sebagai Domamankg juga punya beberapa steel baik itu pakaian Adat Dayak maupun pakaian dengan motif-motif kreasi adat Dayak. Ini tentunya sebuah kebanggaan bagi kita," tuturnya, Rabu (22/2/2012).
Agato tentunya juga mengajak seluruh tokoh pemuda untuk bangga dengan produk budaya sendiri. Kebanggaan itu diungkapkannya bisa satu diantara caranya dengan menggunakan produk budaya sendiri.
"Suatu kebanggaan lah bagi kita ketika kita menggunakan produk budaya sendiri," ucapnya. (har/Tribun Pontianak cetak).