Bentrok Antardesa di Lampung Selatan
Made Kance Hanya Ingin Hidup Rukun dan Damai di Lampung
Made Kance (33) hanyalah seorang petani di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan.

TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG SELATAN - Made Kance (33) hanyalah seorang petani di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan. Dia tidak tahu banyak peristiwa bentrokan yang melibatkan warga desanya dengan massa dari Desa Agom, Kecamatan Kalianda.
Bersama istrinya Nengah Mariati (30), dan dua anaknya Made Ardi Sutarena (9), dan Komang Erna Kirana (1), Made Kance kini mengungsi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling, Bandar Lampung, Selasa (30/10/2012).
Made Kance berharap konflik di desanya segera berakhir dan warga kembali hidup rukun dan damai. "Harapan kami, bisa kembali ke rumah dan bekerja seperti biasa lagi serta tidak ada lagi konflik sehingga bisa hidup damai dan rukun," ujar Made Kance kepada Tribun.
Made Kance dan keluarganya bersama 2.053 jiwa warga Desa Balinuraga dan Dusun Sidereno mengungsi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling. Para pengungsi menempati tiga tempat yaitu Aula Anton Sujarwo, Subarkah dan Rukan II SPN. Para pengungsi datang sejak Senin (29/10) hingga Selasa (30/10).
Para pengungsi diangkut menggunakan bus dan truk Polda Lampung, Korem 043 Gatam dan Marinir.
Pengungsi ini sebagian terlihat tiduran di lantai menggunakan alas tikar dan sebagian tidak beralas. Sementara sebagian lagi terlihat duduk di sekitar aula. Di antara para pengungsi terdapat lansia, ibu-ibu, anak-anak, dan balita. Mereka ini tidak banyak tahu tentang konflik yang telah merenggut 14 korban jiwa.
Bentrok warga dari Desa Agom dan Balinuraga bukan hanya membuat ribuan jiwa mengungsi. Perekonomian warga juga mulai terganggu. Para pedagang Pasar Patok yang berada pada jalur menuju Desa Balinuraga kini menutup toko dan kiosnya.
Siwo, seorang pedagang mengakui bentrok yang terjadi dua hari membuat omset penjualannya turun. Sehari Siwo bisa maraup Rp 4 juta. "Selama tiga hari tutup omset penjualan saya berkurang Rp 12 juta," ujarnya.
Senada dengan Made Kance, pria ini pun berharap peristiwa bentrok segera berakhir. Sehingga para pedagang bisa kembali beraktivitas seperti biasa di Pasar Patok Kecamatan Sidomulyo. (Tribunlampung.co.id/hnf/ded)