Jumat, 8 Agustus 2025

Puluhan Orangtua Siswa TK di Madiun Tolak PIN

Setelah adanya seorang meninggal dunia karena dinyatakan positif menderita difteri yang kondisinya akut.

TRIBUNNEWS.COM,MADIUN- Sebanyak 40 orangtua dan wali murid siswi dan siswa Taman Kanak-Kanak (TK) Al Islam Banjarejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun menolak program Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Difteri Nasional yang digelar Dinas Kesehatan Pemkot Madiun sejak tanggal 1 hingga 24 Nopember 2012.

Kondisi ini memicu program nasional itu, bakal mengalami kegagalan di Kota Madiun. Apalagi, Kota Madiun ditetapkan sebagai salah satu dari 37 kabupaten dan kota di wilayah Jatim yang ditetapkan sebagai daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri.

Setelah adanya seorang meninggal dunia karena dinyatakan positif menderita difteri yang kondisinya akut.

Apalagi, penularan difteri cukup muda satu satu orang yang terjangkiti menular ke orang di sekitarnya termasuk keluarga dan rekan-rekannya.

Koordinator program Sub PIN Difteri Puskesmas Banjarejo, dr Ulfa Kusuma Dewi mengatakan di wilayah tugasnya ada sebanyak 9.500 sasaran program PIN Difteri dari sebanyak 35.000 warga Kota Madiun yang wajib PIN Difteri dari usia 2 bulan hingga 15 tahun.
Menurutnya, selain kendala banyaknya siswa SMP yang ketakutan untuk disuntik PIN Difteri, juga ada salah satu TK Al Islam Banjarejo yang beralamat di JL Sedoro, Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun yang menolak program ini.

Menurutnya, jika pihak sekolah mempersilahkan program dilaksanakan penyuntikan bagi sebanyak 40 siswa dan siswi di TK ini, akan tetapi orangtua dan wali murid sekolah ini justru menolaknya.

"Kalau sekolahnya tak masalah, cuman orangtua dan wali murid yang tidak mau anak-anaknya disuntik PIN Difteri yang terdiri dari Tetanis Disteri (TD)," terangnya kepada Surya, Senin (5/11/2012).

Oleh karena orangtuanya tidak berkenan, maka pihaknya meminta jika sebagian orangtuanya masih berharap anaknya disuntik TD, maka menyerahkannya ke pihak posyandu terdekat dan meninggalkan lokasi sekolah itu.

Pasalnya, sampai saat ini program itu suntik TD itu sudah dijadwalkan dan mencakup sebanyak 35 lembaga sekolah dari setingkat TK, SD, dan SMP yang berada di wilayah tugas Puskesmas Banjarejo.

"Karena anak-anak TK itu sebagian usianya masih dibawa 5 tahun bisa suntik TD ini ke posyandu terdekat di rumahnya masing-masing," tegasnya.

Sedangkan dalam pelaksanaan, program PIN Difteri di SMP Negeri 14 Kota Madiun di JL Pesanggrahan, Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Taman, masih banyak siswa dan siswi yang ketakutan dan menangis untuk disuntik. Namun, pihaknya dan tim medis lainnya terus mengupaya maksimal untuk merayu para pelajar ini agar tetap mau disuntik.

"Kalau di SMP siswa kelas 7, 8, dan kelas 9 yang usia kelahirannya di atas Nopember 1997 diwajibkan mengikuti program ini, Di SD - SD mala makin tertib siswa dan siswinya mau baris antre.

Di SMP ini mala kewalahan meminta mereka mau disuntik. Sampai ada petugas yang mengawasi dan berjaga di pintu ruangan agar mereka (siswa) yang wajib tidak lari atau meloloskan diri," paparnya.

Sedangkan salah seorang siswi yang ketakutan mengaku sudah trauma dan merasa kesakitan jika disuntik. Oleh karenanya, dia berusaha keluar ruangan agar lolos dari program suntik difteri itu.

"Sudahlah Bu, saya tidak mau disuntik saya trauma dengan rasa sakit disuntik," kata siswa berbadan bongsor ini.

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan