Tanggul Rawan Jebol, Korban Lumpur Lapindo Tetap Bertahan
Meski kondisi tanggul lumpur semakin kritis , namun korban lumpur yang menduduki tanggul enggan pindah.
Editor:
Yulis Sulistyawan

TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Meski kondisi tanggul lumpur semakin kritis hingga mengancam Jl Raya Porong dan rel Kereta Api (KA), namun korban lumpur yang menduduki tanggul enggan pindah. Mereka akan tetap tinggal di atas tanggul selama pembayaran ganti rugi aset belum diselesaikan PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ).
Koordinator korban lumpur Pitanto, menerangkan mereka tidak peduli dengan kondisi apapun mengenai status tanggul. Apakah itu waspada atau bahkan kritis. Bahkan warga tidak mau turun atau membuka blokade tanggul, karena mereka masih mempunyai hak atas tanah di tanggul itu.
“Kami bersama warga tidak peduli status lumpur. Tujuan kami di sini untuk memprotes, kapan jual beli aset dibayar karena sampai sekarang belum tuntas,” tandas Pitanto, Rabu (7/11/2012).
Ketua Paguyuban Warga Renokenongo Menolak Kontrak (Pagerekontrak), H Sunarto mengatakan, korban lumpur yang menduduki tanggul adalah sebagai bentuk protes. Karena selama enam tahun, rumah dan hartanya tenggelam tetapi tidak ada perhatian sama sekali. “Orang Porong ini masih sabar. Kami sudah bosan untuk minta fasilitas mulai kepolisian, DPRD atau yang lain tapi tidak ada tanggapan sama sekali,” jelasnya.
Pemblokadean ini sebagai upaya terakhir untuk memperjuangkan hak-haknya. Pasalnya, selama ini korban lumpur hidupnya sudah tidak karuan sehingga butuh perhatian. “Kami ini butuh perlindungan dan pertanggungjawaban, sampai kapan kami semua hidup seperti ini,” tandas Sunarto.
Badan Penanggungalan Bencana Daerah menyiapkan 13 shelter, untuk mengevakuasi warga yang masih tinggal di sekitar lokasi. Shelter itu, didirikan di beberapa desa yang jaraknya sekitar 300 meter - 1 km dari areal tanggul penahan lumpur.
Di Kecamatan Tanggulangin, shelter,didirikan di empat desa. Yakni dua lapangan sepak bola di Desa Ngaban, Kecamatan Tanggulangin, yang mampu menampung 3.000 jiwa. Di tanah kosong Desa Gempolsari 1.000 jiwa, lapangan Desa Sentul 3.000 jiwa dan tanah kosong di Desa Glagaharum 3.000 jiwa.
Di Kecamatan Jabon, shelter didirikan di atas lahan kosong yang bisa menampung 1.600 jiwa, bekas jalan tol Surabaya-Malang 10.000 jiwa, dan lahan kosong di Desa Kedung Cangkring 1.000 jiwa.
Di Kecamatan Porong, disiapkan di lapangan perumahan Desa Gedang menampung 10.000 jiwa dan di sebuah lapangan voli 800 jiwa, tanah kosong milik Pertamina di Kelurahan Jatirejo 10.000 jiwa, lapangan Desa Pamotan 2.000 jiwa, serta lapangan sepak bola di Desa Kalisampurno 2.000 jiwa.
Kepala BPBD Sidoarjo, Drs Ahmad Zaini, menjelaskan warga untuk menuju shelter dipandu oleh 75 relawan dari Tagana, Satgana, SAR NU, PMI, serta aparat kepolisian dan Kodim 0816 Sidoarjo.
Sementara, jumlah warga yang masih tinggal di sekitar kawasan tanggul lumpur ada sekitar 250.461 jiwa. Dan yang terancam apabila tanggul jebol ada sekitar 64.575 jiwa. “Kami juga menyiapkan tenda sekaligus dapur umum di sana. Relawan selalu siap untuk membantu warga,” ungkapnya.