Minggu, 21 September 2025

Mengenalkan Manusia Purba Sangiran di Mal

SOSOK manusia purba pasti sudah banyak yang tahu meski hanya melihat melalui buku,

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Mengenalkan Manusia Purba Sangiran di Mal
net
Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribun Jabar,  Siti Fatimah

TRIBUNNEWS.COM -- SOSOK manusia purba pasti sudah banyak yang tahu meski hanya melihat melalui buku, televisi, atau internet. Bagi warga Bandung khususnya dan Jawa Barat umumnya, cukup jauh bila ingin melihat sosok manusia purba yang terdapat di Museum Manusia Purba Sangiran di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Namun kini, warga bisa dengan mudah melihat langsung bagaimana sosok manusia purba serta sejarah kehidupannya melalui pameran keliling Museum Manusia Purba Sangiran. Di Kota Bandung, pameran ini digelar di Paris Van Java Mall pada 22-25 November 2012.

Bukan hanya manusia purba Sangiran, pengunjung juga bisa melihat fosil buaya purba dan yang terbaru adalah fosil gajah purba (stegodon). Menurut Kepala Balai Pelestarian Sangiran Hari Widianto, pada pameran ini ditampilkan 30 dari 17.000 item milik museum. Dengan pameran keliling ini, selain masyarakat bisa melihat lebih dekat sosok manusia purba, pelajar khususnya bisa menambah pengetahuan tentang sejarah purba serta kehidupannya.

"Situs Sangiran telah masuk ke dalam warisan dunia, dihormati dunia dan diakui UNESCO. Ini harus diketahui juga oleh masyarakat luas bahwa kita bangsa Indonesia punya situs yang diakui dunia. Hal ini mendorong kami melakukan sosialisasi dan publikasi dengan pameran keliling ini," katanya di sela-sela acara pembukaan pameran, Kamis (22/11/2012).

Pada pameran kali ini, kata Hari, pengunjung bisa melihat fosil manusia purba Sangiran, yakni Arkaik, Tipikal dan Progresif. Homo Erectus Arkaik ini merupakan tipe yang paling tua, ditemukan pada lapisan lempung hitam formasi pucangan dan grenzbank di Sangiran, serta pasir vulkanik di utara Perning, Mojokerto. Tipe ini menunjukkan tipe yang paling arkaik dan kekar dengan volume otak sekitar 870 cc.

Tipe manusia purba Tipikal adalah manusia purba yang lebih maju daripada Arkaik serta bagian terbanyak dari homo erectus. Tipe ini banyak ditemukan di Sangiran, tapi ada juga temuan di Trinil (Ngawi), Kedungbrubus (Madiun), Patiayam (Kediri), dan yang paling baru tahun 2011 ditemukan di Semedo (Tegal).

Secara fisik manusia purba ini tulangnya lebih ramping meskipun dahi masih landai dan agak tonggos. Kapasitas otaknya 1.000 cc.

Dari semua tipe, ujarnya, tipe manusia purba Progresif paling maju dengan kapasitas otak 1.100 cc. Fisik tengkorak kepala juga lebih tinggi dan bundar. Tipe ini ditemukan di endapan aluvial di Ngandong (Blora), Selopuro (Ngawi), dan pada endapan vulkanik di Sambung Macan (Sragen).

Tapi di antara fosil tengkorak yang tergolong besar, terselip tengkorak yang kecil. Itulah tengkorak manusia Liang Bua, Flores. Fosil bersejarah ini sempat  menggemparkan dunia ilmu pengetahuan.

Selain fisiknya yang mini, yakni dengan tinggi hanya 106 cm, fosil berusia 18.000 tahun ini volume otaknya hanya 380 cc. Uniknya lagi, fosil yang ditemukan pada kedalaman 5,9 meter ini memiliki gigi geligi menyerupai manusia modern. Fosil lain yang dipamerkan adalah rahang atas buaya purba besar (Crocodylus) dan kecil (Gavialus) serta kerang mutiara raksasa (Tridacna gigas) dan penyu berusia 900 tahun yang juga ditemukan di Sangiran.

Namun menurut Hari, master piece dari pameran ini adalah fosil gajah purba (Stegodon). Museum Sangiran membawa fosil rahang bawah gajah purba ini serta gerahamnya dan tulang paha. Di Sangiran sendiri, ditemukan tiga jenis gajah, yakni Mostodon, Stegodon, dan Elephas. Yang membedakan dengan gajah purba lain yang ditemukan, gajah purba Sangiran ini memiliki ciri khusus dengan tipe gigi dan bentuk gadingnya.

Pada pameran ini juga, pengunjung bisa berfoto dengan replika manusia purba utuh laki-laki dan perempuan dewasa serta anak-anak. Karena sebagian besar fosil ini asli, pengunjung tidak diperkenankan menyentuhnya untuk menjaga fosil dari kerusakan.

"Pameran ini juga diharapkan semakin menambah minat masyarakat untuk berkunjung ke museum. Kami melakukan data statistik pengunjung, ironisnya pengunjung pelajar sedikit. Kalaupun ada, karena diminta sekolah, bukan karena keinginan sendiri untuk ke museum. Pengunjung terbanyak justru dari umum. Mari galakkan kembali berkunjung ke museum untuk pendidikan dan pengetahuan," katanya.

Meisya, salah seorang pengunjung pameran dari SMA Pasundan Bandung, juga mengakui bahwa ia dan teman-temannya jarang sekali ke museum. Ia pun mengaku baru satu kali berkunjung ke Museum Geologi, itu pun saat masih duduk di SD. "Suka museum sih, tapi gak tahu kalau sendiri ke museum gimana gitu," katanya. (*)

Koran Futuristik dan Elegan
Klik Tribun Jakarta Digital Newspaper
 
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan