Kecanduan, ABG Bisa Puluhan Jam Nge-Game
Mereka rela duduk berjam-jam di depan komputer demi game online yang mengasyikkan bahkan hingga tertidur karena kelelahan
Editor:
Gusti Sawabi
Tribunnews.com - Kegandrungan akan game online telah membuat sebagian Anak Baru Gede (ABG) di Manado ketagihan. Mereka rela duduk berjam-jam di depan komputer demi game online yang mengasyikkan bahkan hingga tertidur karena kelelahan. Warung internet (warnet) merupakan tempat favorit para remaja menghabiskan waktu untuk game online.
Seorang remaja, sebut saja namanya Alfa tertidur pula saat Tribun Manado sambangi warnet Twenty Four Hour Karombasan Manado. "Sudah dari kemarin dia bermain, dia ambil paket 30 jam," kata Acel (19), temannya. Alfa, kata Acel, dia tertidur setelah bermain nonstop selama 30 jam.
Sesuai namanya, warnet itu buka 24 jam. Tarif internet Rp 4 ribu per jam. Selain tarif itu ada juga paket internet untuk permainan online, mulai dari Rp 10 ribu selama 4 jam, sampai Rp 80 ribu untuk 30 jam. "Kalau paket mulai dari 10 ribu 4 jam sampai 80 ribu untuk 60 jam," kata Acel.
Warnet tersebut memiliki 23 unit komputer untuk pengunjung dan satu unit server operator. Senin pagi itu terlihat tujuh pengunjung yang sedang menggunakan komputer, dua di antaranya anak-anak. "Biasanya ramai kalau malam." kata Acel.
Sebagian ABG, remaja bahkan orang dewasa ketagihan game online lantaran permainan itu ada level atau tingkatannya. Lazim dikenal dengan game online Point Blank (PB) yang mempunyai tingkatan seperti pangkat. Untuk mencapai pangkat mayor, misalnya harus melewati 31 tahapan.
"Untuk mencapai Mayor saya sudah main kira-kira 2 tahun," kata Dave (16). Dalam waktu dua tahun itu ia sudah menghabiskan uang Rp 14,4 juta di warnet. "Saya bermain dari jam 9 pagi, paket saya Rp 20 ribu selama 6 jam," tambahnya. Saat ditemui di Warnet Surya Paal Dua, Jumat (18/10), remaja ini ia masih mengenakan seragam putih abu-abu.
Awalnya Dave hanya ikut-ikutan temannya main game. "Dulu saya hanya ikut-ikutan main," tuturnya. Ia mulai serius bermain sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dijelaskannya, PB adalah permainan perang online antara dua tim (bisa se-Indonesia). Pertama adalah polisi dengan lawannya teroris (satu tim 8 orang). Setiap orang mengendalikan satu prajurit atau karakter (char). Cara mainnya, tim polisi harus menggagalkan pemboman oleh tim teroris. "Kalau saya main dari dulu fokus pada satu char pasti saya sudah commander," ujarnya.
Dave mengatakan, jika membunuh musuh atau menggagalkan misi lawan, maka prajurit tersebut mendapatkan experience (XP). Dengan mengumpulkan XP, prajurit itu akan naik pangkat. Untuk pemula pangkat pertama berlogo tengkorak, sedangkan pangkat Dave sekarang sudah mayor biasa. Untuk mecapai mayor, ia harus melawati 31 pangkat, di antarannya satu balak, dua balak, tiga balak, empat balak, ke staf yaitu satu bengkok bintang satu, satu bengkok bintang dua, berubah satu bengkok emas.
Kemudian naik ke dua bengkok bintang satu sampai dua bengkok bintang tiga berikutnya jadi dua bengkok emas, lanjut tiga bengkok bintang satu, sampai tiga bengkok bintang empat dan berubah jadi tiga bengkok emas. Masih harus juga lewat pangkat kapten dari logo diamond bintang satu, terus sama seperti itu sampai tiga diamond emas, kemudian sampai ke mayor bintang satu, itulah pangkat Dave.
Sedangkan dari Mayor ke Commander (batas pangkat tertinggi 5 bintang) masih harus melewati 19 pangkat lagi. "Saya masih brigadir, butuh empat tahun untuk itu. Empat pangkat lagi jadi Commander," tutur Gibe (17), mahasiswa semester I di sebuah universitas di Manado. "Kami bermain ini hanya untuk kesenangan," katanya lagi. "Untuk pangkat Commander jika dijual harganya bisa mencapai puluhan juta," demikian Gibe.
Dave dan Gibe biasa membeli cash (G-Cash) untuk senjata khusus (tembakan lebih keras dari senjata biasa). Provider menjual G-Cash berbentuk voucher seperti voucher pulsa, gosok vouchernya kemudian masukan kode saat bermain. Harga voucher Rp 10 ribu dapat Rp seribu dalam permainan online.
Selain Point Blank (PB), game online yang sedang digandrungi ABG di Manado adalah Dota dan Rohan. Tak heran, Axel, misalnya, seorang siswa SMA rela duduk berjam-jam di depan komputer. Axel mengaku sering kali tidak masuk sekolah karena bangun terlambat gara-gara keasyikan game online. "Saya sudah menegur kesekian kalinya tapi dia tidak mendengarkan, saya takut kesehatan dan prestasinya di sekolah akan terbengkalai," kata Rina, sang ibu yang ditemui, Jumat (18/10).
Rina mengatakan, anak itu doyan game online sejak SMP. "Sejak di sekolah dasar saya belikan dia Playstation dan SMP ia sudah pernah bilang untuk dibelikan laptop dan pasang wifi di rumah, tapi saya tidak mengiyakan kemauannya," katanya.
Menurut Rina, pulang sekolah Axel langsung ke warnet. Pernah ia main sampai larut malam, bahkan tertidur di warnet saat libur sekolah. Kini Rina menuruti kemauan putranya, pasang speedy di rumah sehingga Axel bisa dikontrol. "Saya pasang speedy di rumah agar dia tidak lagi ke warnet. Kalau di rumah bisa dikontrol waktu bermain, makan dan istirahat," ujarnya. (alp/ren/kel/dma)