Minggu, 10 Agustus 2025

Pemilu 2014

4 Anak dan 1 Cucu Qahar Mudzakkar Gagal ke Parlemen

Lima dari tujuh keluarga inti mendiang orang dekat Ir Soekarno, pendiri Republik Indonesia ini, gagal masuk ke perlemen

Editor: Hendra Gunawan
Net
Kahar Muzakkar 

TRIBUNNEWS.COM, LUWU -- Pudarkah nama besar Panglima Darul Islam Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara (alm) Letnan Kolonel Kahar Muzakkar atau Qahhar Mudzakkar (Qamus) di Sulsel, pada pemilu 2014 ini? Faktanya adalah, lima dari tujuh keluarga inti mendiang orang dekat Ir Soekarno, pendiri Republik Indonesia ini, gagal masuk ke perlemen.

Buhari (Sekretaris DPW PAN Sulsel) gagal menembus perlemen pusat (DPR-RI), setelah ditumbangkan incumbent, Amran SE. Buhari, anggota DPRD Sulsel, sementara hanya meraih sekitar 10.000 suara di Luwu Raya, plus Enrekang, Sidrap, dan Toraja, jauh ditinggal oleh Amran.

Dari hasil rapat pleno rekapitulasi KPU Provinsi Sulsel di Grand Clarion Hotel. Jl AP Pettarani, Makassar, Kamis (24/4/2014) tadi malam, Amran meraih 22.585 dari 56.019 total suara PAN dan 8 calegnya di dapil Sulsel III itu. Suara Buhari hanya di urutan kedua.
Ini baru masuk rekap dari Enrekang, Lutim, Pinrang, Sidrap, Tana Toraja, Toraja Utara, dan Palopo. belum termasuk suara dari Lutra dan Luwu, kampung sekaligus basis Qamus yang juga dimana adik Buhari, Andi Mudzakkar tengah menghabiskan periode keduanya sebagai bupati.

Bahkan, istri Muzakkar, Hj Andi Tenri Karta atau anak menantu Qamus, juga terisisih dari dua caleg Golkar kuat lainnya di dapil Luwu Raya, Armin Mustamin Toputiri (13,372 ) dan atau dua kompretitor lainnya

Rahmat masri Bandaso (11,505) dan Marthen Rantetondok (12,522) dari 84,852 total suara partai di dapil XI Sulsel sini.

Padahal, Bupati Muzakkar yang akrab disapa Cakka ini adalah Ketua DPD Golkar Luwu namun hanya bisa "mendapatkan" 7,846  suara untuk istrinya yang pernah menjadi Ketua DPC PBB Kota Palopo.  Suara ini minus Luwu dan Lutra.

Hal yang sama dialami Muslim Qahar yang juga maccaleg untuk parlemen provinsi dari PKS.  Muslim yang juga "kembar lain ibu" Buhari, ini hanya meraih 2.618 suara sementara. Muslim adalah anggota tiga periode DPRD Luwu (1999-2014).

Kemenakan Muslim, atau cucu Qamus, Kahar Agung Khaeruddin yang maccaleg di partai yang dipimpin ibunya, PBB, hanya meraup  2.585 suara sementara dari tiga kabupaten.

Ibu kandung Kahar Agung, Ummu Kalsum, Wakil ketua DPRD Luwu, Ketua DPC PBB Luwu dan ketua ormas Islam di Luwu juga gagal terpilih untuk kali ketiga di kabupaten yang kepala daerahnya adalah adiknya sendiri.

Bupati Luwu, Andi "Cakka"  Mudzakkar, kepada Tribun, kemarin, menolak berkomentar saat dimintai tanggapannya terkait tumbangnya keluarga Kahar Mudzakkar.

"Jangan saya yang berkomentar, tidak enak," ujarnya saat ditemui di rumah jabatan Bupati.

Cakka sempat mengatakan, sejauh ini dia masih menunggu hasil akhir dan penetapan resmi KPU provinsi. "Belum ada data pastinya sama saya siapa - siapa yang lolos" ungkap Cakka.

Buhari dan Aziz yang coba dikonfirmasi terpisah tadi malam juga memilih tak membalas pesan singkat yang dikirim Tribun.
Orang dekat keluarga ini,  Azwar Hasan, peneliti sejarah dan ajaran Qamus di Sulsel serta pengamat komunikasi politik dari Unhas meyakini, bahwa pengaruh Qamus masih kuat di Sulsel dan Sultra.

Mereka yang gagal dari hasil penghitungan sementara ini, bertarung di dapil Luwu Raya, atau yang selama ini disebut sebagai kampung dan basis Qamus.

"Pengaruh Qamus itu bukan hanya di Luwu, tapi Sulsel dan Sultra, tidak berkumpul di Luwu Raya, seperti asumsi politik selama ini. Toh buktinya, Aziz dan anak tertua Qamus, Hasan lolos ke parlemen," katanya kepada Tribun kemarin.

Hal serupa dikemukakan peneliti sejarah DI/TII asal UNI Syarief Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Andi Faizal Bakti. (lihat, ulasan Peneliti DI/TII)

Sementara pengamat politik Dr A Suaedi yang juga Rektor Universitas Cokrominoto Palopo, secara terpisah mengatakan tak kaget dengan hasil ini.

Dia melihat adanya perubahan struktur pemilih secara kultur dan perilaku. "Para pemilih saat ini kebanyakan adalah pemilih cerdas dan tidak lagi melihat janji - janji politik para calon melainkan melihat kedekatan emosional. Mereka juga mau melihat langsung calegnya, bukan hanya gambar atau kartu nama di pinggir jalan," katanya.

Selain itu pada pilcaleg yang lalu nama besar orang tua juga sudah tidak terlalu berpengaruh lagi ke masyarakat, terbukti banyak caleg yang nama orang tuanya dikenal disemua kalangan tapi tetap tidak berhasil meraih simpati pemilih di masyarakat.

Namun berbeda jika orang tua atau suaminya memiliki jabatan yang tinggi atau strategis maka biasanya para pemilih akan lebih cenderung memilih orang tersebut dibanding nama besar orang tua yang tidak memiliki sama sekali jabatan.(sud/edi/yud/ilo)

Sumber: Tribun Timur
Tags
Caleg
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan