Kesulitan Air Pabrik Bata di Beureun Banyak yang Tutup
kesulitan memperoleh air akibat kekeringan, banyak pabrik batu bata di Bireuen yang ditutup
Editor:
Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.BIREUEN - Karena kesulitan memperoleh air akibat kekeringan, banyak pabrik batu bata di Bireuen yang ditutup. Hanya sebagian pengusaha yang bertahan, walau mereka harus menambah biaya produksi untuk membeli atau memasok air.
Pabrik batu bata itu antara lain berada di Desa Blang Tingkeum dan Blang Reuling (Kota Juang), Cot Buket (Peusangan), serta Juli Uruek Anoe, Juli Paseh, dan Juli Payaru (Juli).
“Sejak sebulan terakhir kami kesulitan memperoleh air membuat batu bata. Untuk menghidupkan pabrik batu bata, kami harus menyedot air irigasi dengan mesin. Hal ini membuat biaya produksi bertambah,” kata Harizal, pemilik pabrik batu bata di Juli.
Untuk memproduksi 1.000 batu bata, sebutnya, butuh air 200 liter. Sehingga menambah biaya Rp 20 per batu bata serta biaya bahan bakar minyak untuk mesin sedot dan selang. “Banyak usaha batu bata di desa kami yang tutup, apalagi harga jual batu bata saat ini lebih rendah dari biaya produksi,” ungkapnya.
Hal senada juga diakui Abdullah, pemilik pabrik batu batu di Desa Blang Tingkuem dan Mukhtar di Cot Buket. Untuk diketahui, sejak musim kemarau melanda kawasan tersebut, air makin sulit diperoleh. Sehingga untuk menghidupkan pabrik batu bata, pemiliknya harus membeli air menggunakan mobil tangki.(c38)