Minggu, 28 September 2025

Dalam Melakukan Aksinya Bayi Pengemis Dicekoki Obat Tidur

Sejumlah pengemis di Palembang mengaku biasa memberikan obat tidur kepada bayi yang digendong saat meminta-minta.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Dalam Melakukan Aksinya Bayi Pengemis Dicekoki Obat Tidur
Reuters
IUSTRASI : Pengemis

TRIBUNNEWS.COM. PALEMBANG, - Sejumlah pengemis di Palembang mengaku biasa memberikan obat tidur kepada bayi yang digendong saat meminta-minta. Tujuannya jelas, yakni agar bayi tersebut tidak rewel saat
diajak mengemis meski di tengah cuaca panas bahkan dalam kondisihujan.

Tidak sulit menemukan para pengemis di Palembang. Di beberapa perempatan, lampu merah, terutama di Simpang Charitas, para pengemis masih banyak berkeliaran. Termasuk ibu-ibu atau remaja perempuan yang menggendong bayi.

Ada yang meminta belas kasihan dengan langsung menadahkan tangan kepada para pengendara atau
pejalan kaki, ada pula yang mencoba mengamen dengan alat musik seadanya.

Meski cukup mudah ditemui, para pengemis ini sangat sulit diajak berkomunikasi. Mereka cenderung tertutup dengan orang tak dikenal, apa lagi banyak bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan rutinitas mereka.

Beruntung Sripo bertemu dengan WN, salah seorang pengemis yang biasa beroperasi di sekitar lampu merah Simpang Charitas. Saat itu dia tengah duduk di kaki lima persis di seberang Rumah Makan Pagi Sore.

Mengenakan baju coklat agak lusuh, dipadu celana hijau selutut. Sambil menggendong anaknya yang lelap tertidur, WN menyandarkan punggungnya ke pintu ruko di belakangnya.

Tidak jauh dari tempat ia duduk nampak semacam kantung plastik yang biasa digunakannya untuk menampung receh pemberian orang yang iba kepadanya.

WN mengaku sudah tujuh tahun mengemis di sana. Awalnya hanya seorang diri, namun dua tahun terakhir ia bersama seorang anak yang usianya tidak lebih dari dua tahun.

"Sebenarnya tidak tega, tapi daripada ditinggal sendirian di  rumah, mendingan diajak saja," katanya.

WN tidak mau menyebutkan dari mana dia berasal. "Nggak penting,"katanya.

Ia mengatakan, pada dasarnya tidak mudah mengajak anak, apalagi yang masih bayi mengemis di jalan. Ada kalanya ia rewel dan menangis. Namun ternyata, keberadaan bayi dalam gendongannya dirasa sangat membantu meringankan pekerjaannya.

"Yang suka ngasih itu karena melihat bayi saya. Ada yang kasihan ya ngasih. Tapi banyak juga yang nggak," ujarnya.

Menurut pengakuannya, awalnya ia sering kesal dan memarahi anaknya yang tiba-tiba menangis saat meminta-minta. Namun belakangan tidak lagi, karena ada cara jitu untuk mengatasinya.

Ia memberikan CTM berisi Chlorpheniramin maleat. Masyarakat mengenal obat ini sebagai obat alergi yang memiliki efek kantuk dan membuat pengonsumsinya dapat beristirahat tenang.

"Tapi tidak semuanya dikasihkan. Pilnya dibagi empat. Jadi bisa buat empat hari," katanya.

Rupanya tidak cuma WN yang melakukan tindakan berisiko itu. Beberapa pengemis lain yang melibatkan bayi dalam meminta belas kasihan juga kerap melakukan hal sama. "Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi," kata perempuan yang mengaku bernama Ina saat ditemui di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang, sedang duduk sambil memegang plastik dan payung.

Kuat dugaan perempuan paruh baya ini tidak menyebutkan namanya yang asli. Sebab saat ditanya, ia sepertinya ragu dan sempat berpikir ingin menyebutkan nama apa. Namun terlepas dari itu, menurut pengemis ini, CTM biasa diberikan  kepada bayi yang masih berusia di bawah satu setengah tahun. Karena di usia itu, bayi masih sangat rewel.

"Kalau saya tidak lagi. Gak tau kalau orang (pengemis) lain,"  katanya sambil terus berusaha menghindar.

Memang dari beberapa pengemis yang ditemui, tidak semuanya terpancing dengan pertanyaan-pertanyaan wartawan. Kebanyakan mereka berdalih mengemis karena terpaksa. Seperti diungkapkan RT, yang mengaku berasal dari Kenten.

Ia mengemis sejak suaminya meninggal dua tahun lalu. Berbeda dengan WN dan Ina, perempuan ini lebih memilih mendatangi rumah-rumah penduduk untuk sekadar  meminta sedekah.

"Saya ini cuma tamat SD. Badan saya tidak sehat kalau mau kerja berat. Makanya terpaksa begini (ngemis)," katanya.

Dia juga punya bayi yang masih berusia 1,5 tahun. Namun bayi tersebut jarang diajak. "Saya tinggal di rumah. Kasian diajak panas-panas," katanya.

Membawa bayi saat mengemis atau mengamen memang terlihat tidak mudah. Ada seorang remaja perempuan yang mengamen sambil menggendong bayi. Mira namanya, ia mengamen untuk membantu keuangan keluarga.

Beberapa kali ia berupaya malakukan sesuatu agar adiknya tidak mengganggu aktivitasnya. Ibunya sendiri mencari uang dengan meminta-minta, sementara ayahnya kerja kuli bangunan.

Demi mengamen, Mira tak sempat mengenyam pendidikan formal di sekolah dan masih harus menjaga adik bungsunya yang setiap kali mengamen selalu digendong Mira.

"Kalau sekarang pendapatan semakin sedikit karena petugas kian sering patroli. Jadi, mengamenya kucing-kucingan dengan petugas,"mkata Mira. (mg2/cw6)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan