Tolak Bala, Sang Hyang Janger Mebor-bor Menari di Atas Bara Api
Disambut dengan teriakan-teriakan sejumlah pemangku dan penari janger yang kesurupan, mereka menari, menerjang, menendang, menginjak bara
Editor:
Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.DENPASAR – Api menyala membara, asapnya membumbung tinggi menjulang, sementara penabuh tetap melantunkan tetabuhannya.
Para penari kecak dengan semangat mengeraskan suaranya menyanyikan sejumlah nyanyian khas janger.
Aura magis pun sangat terasa.
Itulah pementasan Sang Hyang Janger Mebor-bor oleh Sekaa Janger Subak Abian Merta Sari Suka Jiwa, Banjar Yangapi, Tembuku, Kabupaten Bangli, pada ajang Bali Mandara Mahalango 2015 di depan Gedung Kriya, Art Centre Denpasar, Bali, Minggu (26/7/2015) malam.
Seiring serabut kelapa yang terbakar menjadi bara, penabuh pun semakin meninggikan dan mempercepat temponya.
Disambut dengan teriakan-teriakan sejumlah pemangku dan penari janger yang kesurupan, mereka menari, menerjang, menendang, menginjak bara, hingga berserak kemana-mana.
Bahkan ada dari mereka yang memakan serabut kelapa lengkap dengan bara apinya.
Salah satunya ialah Wayan Widana yang saat itu mengenakan pakaian adat Bali.
Ia melangkah pelan sembari menginjakkan kakinya di atas bara hingga padam.
Ia berjalan melingkari panggung pementasan, tak ayal karena tak sadarkan diri, beberapa kali dirinya saling membentur dengan yang lain.
“Sesuwunan-lah yang memutuskan siapa yang akan kesurupan, seperti saya ini. Tadi itu saya tidak merasakan apa-apa, kadang-kadang ingat, kadang-kadang tidak, saya tidak merasakan apa-apa,” jelasnya kepada Tribun Bali selesai pementasan.
Benar saja saat Tribun Bali memeriksa kaki dan tangannya, tidak ada bekas terbakar pada lapisan kulitnya.
Bahkan ia dengan senang hati memperlihatkan kaki dan tangannya tersebut.
Ia mengakui setiap pementasan Sang Hyang Janger, dirinya selalu kesurupan.
Jro Bendesa Desa Adat Metro, I Nyoman Rendah Setiawan, menjelaskan sebelum pementasan tari Janger terlebih dahulu dipentaskan tari Barong, Rangda, dan Hanoman yang juga dihiasi oleh kesurupan beberapa pemangku.
Menurutnya tarian awalan ini merupakan tarian untuk membersihkan area pementasan sebelum mementaskan tari Janger Mebor-bor tersebut.
“Tarian pertama itu adalah untuk membersihkan dan mensucikan panggung yang dipergunakan sebagai area pementasan. Setelah itu baru dilaksanakan tari Janger sakral itu,” jelasnya.
Selain itu fungsi dari tarian sakral ini juga sebagai tarian penolak bala.
Hingga saat ini tarian tersebut dapat dipentaskan oleh seseorang yang meminta untuk pentas di tempatnya.
Jika ada sanak keluarga yang sakit dan tarian ini dipentaskan, maka penyakitnya akan musnah dan hilang.
“Biasanya kita pentaskan pada piodalan-piodalan di pura, selain itu ada juga pementasan untuk menolak bala” ungkap Rendah Setiawan.