Kisah Pedagang Pasar Terapung, Berangkat Malam Hingga Tidur Dibawah Guyuran Hujan
Tidur di ‘Hotel Baambun’ versi Iyam dan kawan-kawan adalah tidur di perahu-perahu mereka atau di dermaga mulai tengah malam hingga subuh.
Editor:
Wahid Nurdin
Laporan wartawan Banjarmasin Post, Umi Sriwahyuni
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Di balik keramaian obyek wisata Pasar Terapung Siring kawasan Jalan Tendean Banjarmasin, ada cerita suka duka para pedagang yang hampir seluruhnya perempuan baya.
“Senangnya kalau hari Minggu udara cerah, pengunjung sangat ramai, kami tak henti melayani pembeli,” ujar Iyam, perempuan baya yang berjualan makanan khas Banjar, lontong segitiga lancip.
Kalau sudah laris manis seperti hari Minggu (4/10/2015) ini, dia lupa segala lelehan yang dimulai mempersiapkan dagangan sampai perjalanan menuju lokasi obyek wisata ini dengan start awal selepas waktu salat Isya, Sabtu malam.
Selain senang karena dagangan habis, di waktu-waktu musim panas seperti ini mereka juga tak terlalu kesulitan menghabiskan Sabtu malam di pinggir Sungai Martapura ini menunggu Minggu pagi, saat obyek wisata ini mulai diserbu pengunjung.
“Walau tetap tidur berselimut embun, tetapi masih tidak terlalu dingin,” ujarnya.
Akan berbeda bila musim hujan tiba, apalagi hujan berkempangan hingga Minggu pagi dan sepanjang siangnya.
Itulah cerita sedih yang dibagikan Iyam dan kawan-kwannya.
“Kalau musim hujan itu selain dagangan sulit laku, kami juga terpaksa tidur di perahu kehujanan, walaupun berteduh di pinggir juga tetap kehujanan,” cerita mereka.
“Kami sudah biasa tidur di hotel baambun ini setiap akhir pekan,” ujar Iyam yang disambut tawa rekan seprofesinya.
Tidur di ‘Hotel Baambun’ versi Iyam dan kawan-kawan adalah tidur di perahu-perahu mereka atau di dermaga mulai tengah malam hingga subuh.
Sebab, memang harus demikian agar tidak tertinggal Minggu pagi.