Banjir dan Longsor
Tangis Korban Longsor Pacitan Pecah di Depan Khofifah, Penyesalan Ini Pun Terungkap
Hadi menangis karena teringat ayahnya yang masih terkubur tanah longsor di rumahnya, Dusun Krajan, Desa Melati, Kecamatan Arjosari.
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, PACITAN - Hadi Waluyo (27) tak dapat menahan air matanya saat menerima uang santunan kematian dari Kementerian Sosial yang diserahkan langsung oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, di Pendopo Kabupaten Pacitan, Jumat (1/12/2017) sore.
Ayahnya, Tumadi (75) menjadi korban bencana tanah longsor di Pacitan.
Hadi mewakili keluarganya, menerima bantuan uang santunan kematian sebesar Rp 15 juta dari Kementerian Sosial.
Hadi menangis karena teringat ayahnya yang masih terkubur tanah longsor di rumahnya, Dusun Krajan, Desa Melati, Kecamatan Arjosari, sejak Selasa (28/11/2017) pagi.
Baca: Cerita SBY Jadi Korban Banjir di Pacitan Semasa SMA, Rumahnya Terendam Hingga Sedada
"Saya sedih, ingat ayah saya. Saya belum sempat membahagiakan ayah saya,"kata Hadi dengan berkaca-kaca, saat ditemui Jumat (1/12/2017) sore.
Dia menuturkan, berdasarkan keterangan sejumlah tetangganya, saat itu ayahnya sedang mencangkul, membuang lubang buangan untuk air hujan di depan rumahnya.
Saat itu, kondisi sedang hujan deras. Tiba-tiba lereng di belakang rumahnya longsor dan menimpa rumahnya.
Ayahnya saat itu, tidak sempat melarikan diri dan tertimbun longsoran. Sementara ibunya, Tunji (65) berhasil diselamatkan tetangganya.
Dia mengaku sangat menyesal, karena pada saat kejadian ia tidak berada di rumah.
"Yang saya sesalkan, kenapa sore itu saya berangkat bekerja," kata pria yang bekerja di sebuah pabrik triplek di Pacitan ini.
Hadi berharap petugas Tim SAR Gabungan segera menemukan jasad ayahnya agar bisa dimakamkan dengan layak.
Sementara itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, mengatakan Kementerian Sosial sesuai dengan tugasnya, akan fokus pada pemenuhan logisitik dan dapur rumum.
Khofifah juga menyampaikan bela sungkawa kepada ahli waris sekaligus memberikan santunan kematian.
Khofifah memastikan seluruh ahli waris korban memperoleh santunan kematian. Baik korban meninggal yang telah ditemukan maupun yang masih berstatus hilang.
"Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan menghadapi cobaan dari Allah. Mari bersama-sama kita doakan saudara-saudara kita yang dipanggil Allah saat terjadi bencana, semoga amal ibadah mereka diterima Allah dan segala kekhilafannya diampuni Allah," kata Khofifah saat penyerahan santunan kematian di Pendopo Kabupaten Pacitan.
Kepada ahli waris korban meninggal, lanjut Khofifah, diberikan masing-masing Rp15 juta beserta paket sembako. Sehingga total santunan yang diberikan yaitu Rp 300 juta.
"Karena baru 10 jenazah yang ditemukan, maka santunan kematian baru diberikan kepada 10 orang ahli waris. Sisanya, menyusul setelah jenazah ditemukan," terangnya.
Selain itu, menteri Khofifah juga telah mengomunikasikan dengan bupati, supaya warga yang rumahnya rusak berat agar dapat menerima jadup (jaminan hidup) Rp 900 ribu perjiwa.
Dia berharap, pendataan bisa segera dilakukan di tingkat desa da kelurahan karena dampak dari bencana yang sangat luas.
"Percepatan respon menjadi penting, kalau ada lurah atau kades yang bisa memberikan data lebih cepat dan tervalidasi lebih cepat bisa di-SK oleh bupati sehingga bisa tuntas di tingkat desa atau keluarahaan,"ucapnya
Menurutnya, hal itu menjadi penting supaya proses recovery mulai persiapan hingga ke tahap rekonstruksi bisa disiapkan, tidak langsung seluruh kabupaten tetapi bisa mulai di tingkat desa dan kelurahan.
Kementerian Sosial juga memberikan bantuan logistik sesaat setelah banjir bandang dan tanah longsor senilai Rp132,6 juta. Bantuan tersebut berupa lauk pauk siap saji.
Sementara untuk membantu warga dalam upaya pembersihan sisa banjir, Kemensos memberikan peralatan kebersihan lingkungan senilai lebih dari Rp1,073 miliar. Dengan demikian, total keseluruhan bantuan yang digelontorkan senilai Rp1,356 miliar.