Sabtu, 23 Agustus 2025

Erupsi Gunung Agung

Kunjungan Wisatawan Menurun Drastis Meski Hotel di Ubud Turunkan Tarif hingga 30 Persen

Erupsi Gunung Agung yang menyebabkan kunjungan wisatawan ke Bali menurun drastis, betul-betul memukul insan dan industri pariwisata Bali.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Bali/Widyartha Suryawan
Beberapa longchair di Pantai Geger tampak kosong, payung dan bed-nya dikemas lebih awal dari hari-hari biasanya karena kunjungan wisatawan yang sangat sepi, Senin (4/12/2017). TRIBUN BALI/WIDYARTHA SURYAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Erupsi Gunung Agung yang menyebabkan kunjungan wisatawan ke Bali menurun drastis, betul-betul memukul insan dan industri pariwisata Bali.

Hotel-hotel di Ubud bahkan terpaksa menurunkan tarifnya hingga 30 persen, mulai dari hotel berbintang maupun non bintang, untuk menyiasati situasi sulit ini.

Ketua Ubud Hotels Association (UHA), Adit Pande, Rabu (6/12/2017) mengatakan, semua hotel di Ubud sudah melakukan penurunan tarif mencapai 30 persen.

Mulai dari hotel bintang V, IV, hingga kelas melati.

Meskipun harga diturunkan, kata dia, tetap tidak mendongkrak okupansi (tingkat keterisian) hotel. Sebab sejumlah negara telah melakukan larangan kepada warganya berkunjung ke Bali.

"Semua (tarif) hotel sudah turun sekitar 30 persen. Tapi tidak begitu signifikan menaikkan okupansi. Karena, contohnya, tamu China, Pemerintah China sudah membuatkan larangan travel agent-nya menjual tiket ke Bali, sampai Januari," ujar Adit.

Baca: Pengacara Tetap Yakin Setya Novanto Menang Praperadilan Jilid II

Menanggapi penurunan tarif ini, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, mengaku sangat sedih dan prihatin.

Ia berharap hotel-hotel tidak melakukan banting harga seperti ini.

"Penurunan tarif ini terjadi secara parsial. Kasus per kasus, sebab menjadi kebijakan masing-masing perusahaan. Tapi kami PHRI sebenarnya tidak berharap banting harga seperti ini, karena nanti akan sulit untuk menaikkannya lagi," katanya kepada Tribun Bali, Rabu kemarin.

Baginya, persoalan utama pariwisata Bali saat ini bukan karena harga kamar yang mahal.

"Tetapi karena tidak ada tamu, sehingga kebijakan saling banting harga hanya memindahkan tamu dari satu hotel ke hotel lainnya, dan tidak mengubah volume," jelas tokoh pariwisata yang juga pemilik hotel di Ubud ini.

Namun ia tak memungkiri, kemampuan masing-masing perusahaan dalam menghadapi kondisi ini juga beraneka ragam sehingga pihaknya tidak bisa mengintervensi.

Sementara Ketua Bali Hotels Association (BHA), Ricky Putra, memberikan jawaban diplomatis terkait hal ini.

Baca: Tentara Korut Diduga Curi 50 Barang di Pulau Matsumaekojima Jepang

Ia pun tak mengungkapkan apakah hotel-hotel di wilayah Bali lainnya juga sudah ada yang melakukan kebijakan penurunan tarif seperti di Ubud.

"Kami sangat berempati kepada seluruh saudara yang terdampak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam situasi erupsi Gunung Agung ini. Juga kepada tamu yang belum bisa datang dalam beberapa minggu ini," katanya, tadi malam.

Pihaknya mengatakan, dari sekitar 160 hotel member di bawah BHA kini memikirkan recovery plan yang terbaik untuk jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang bersama Bali Tourism Board (BTB), PHRI Bali, pemerintah, dan stakeholder lainnya.

"Kita harus berusaha pelan-pelan memikirkan bagaimana jalan ke depannya, tanpa mengurangi semangat kebersamaan dengan semua insan pariwisata di Bali baik swasta maupun pemerintah. Kemudian mencari solusi atau may out sesuatu yang positif. Semoga challenging moment ini bisa dilalui bersama dengan baik," harapnya.

Turis Privat
Sejak Gunung Agung mengalami erupsi 23 November lalu, kemudian naik status Awas (Level IV) dan disusul penutupan Bandara Internasional Gusti Ngurah Rai selama dua hari (27-28 November), kunjungan wisatawan ke Bali menurun tajam.

Tempat-tempat wisata seperti Pantai Kuta, Tanah Lot, Ubud, dan lainnya jadi sepi.

Saat ini kondisi Gunung Agung sudah tenang kembali, namun masih status Awas.

Sejumlah wisatawan pun sudah mulai berdatangan kembali namun dengan jumlah yang sangat kecil.

Kepala Dinas Pariwisata Gianyar, Anak Agung Ari Brahmanta, mengatakan sejak Gunung Agung tak lagi erupsi serta dibukanya Bandara Ngurah Rai, turis Eropa dan Amerika sudah tampak berdatangan ke Ubud.

Namun jumlahnya relatif kecil sehingga tidak mengubah persentase tingkat penurunan wisatawan ke Ubud yang mencapai 70 persen.

Selain itu, sebagian besar turis yang datang ini, kata dia, merupakan turis privat yang sudah memiliki rumah dan keluarga di Bali.

Karenanya kedatangan mereka tidak memberikan dampak terhadap pemasukan di bidang akomodasi pariwisata.

Baca: Novanto Tidak Berdaya, Berkas Perkara Satu Troli Dilimpahkan ke Pengadilan

Sebab turis-turis dalam kategori ini, gaya hidupnya sama dengan masyarakat lokal.

Jika makan malam di luar rumah, mereka cenderung memilih warung lalapan di pinggir jalan, yang harganya relatif terjangkau.

"Turis privat tidak memberikan dampak karena mereka memiliki rumah atau keluarga di sini," ujarnya.

Berdasarkan informasi yang diterimanya dari Australia, Jetstar Airways atau maskapai penerbangan di Australia sudah melakukan penerbagan ke Bali.

Namun pihaknya belum mengatahui apakah maskapai tersebut membawa wisatawan atau tidak.

"Mudah-mudahan benar, katanya Jetstar sudah melakukan penerbangan, tapi apakah membawa wisatawan atau tidak, itu yang belum jelas," ujar birokrat yang juga pengusaha akomodasi pariwisata itu.

Ditambahkan Adit Pande, hotel-hotel di Ubud saat ini berharap banyak pada wisatawan Australia dan domestik.

Menurut Adit, kepercayaan warga Australia terhadap keamanan Bali masih relatif tinggi.

"Jadi, sekarang market yang bisa kita tuju, domestik dan Australia," tambahnya.

Sementara Wakil Ketua Umum 1 DPP Indonesian Hotels General Manager Association (IHGMA), I Made Ramia Adnyana, memilih pasar Asia.

Gunung Agung pada Senin (4/12/2017) pagi
Gunung Agung pada Senin (4/12/2017) pagi (Istimewa)

"Kami akan mengincar market domestik dan Asia. Seperti Korea yang masih terbang ke Bali," katanya, kemarin.

Ramia mengakui terjadinya penurunan okupansi yang cukup tajam sejak bandara ditutup dan beberapa airlines tidak terbang ke Bali.

Termasuk penerbangan dari Cina yang belum mau terbang ke Bali.

Pria yang juga GM sebuah hotel di wilayah Kuta ini, mengatakan hotelnya masih terisi 79 persen, dan kemarin hampir 90 persen.

"Sebenarnya kebetulan saja, ada grup yang menginap di hotel kami, sehingga okupansi masih lumayan. Tetapi teman-teman kami di wilayah selatan okupansinya masih di bawah 40 persen," katanya.

Pihaknya akan terus membuat promo bersama IHGMA dan stakeholder pariwisata lainnya untuk kembali mendongkrak kunjungan wisatawan.

Event berupa promo akhir tahun atau spesial rate bagi tamu yang datang ke Bali.

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan