Jumat, 29 Agustus 2025

Pileg 2019

Faktor Naiknya Elektabilitas PDI Perjuangan dan Gerindra

Faktor Naiknya Elektabilitas PDI Perjuangan dan Gerindra. Menurut hasil survei

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-inlihat foto Faktor Naiknya Elektabilitas PDI Perjuangan dan Gerindra
TRIBUNNEWS.COM
PDI Perjuangan dan Gerindra

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR-Survei internal dan analisia dari beberapa lembaga survei baru-baru ini menunjukkan posisi PDI Perjuangan yang sangat kuat sebagai satu-satunya partai pewaris pemikiran Bung Karno.

Baca: Maruf Amin Berikan Ijazah kepada Ribuan Santri Ponpes Miftahul Huda

Persepsi ini merata di seluruh Indonesia dan menjadi magnet yang menyedot Banteng Nasionalis-Soekarnois kembali berlabuh di kandang banteng.

Demikian disampaikan Deddy Yevri Sitorus dari Badan Pemenangan Pemilu DPP PDI Perjuangan, dalam pemaparan acara Rakerda DPD PDI Perjuangan Bali, Minggu (21/10/2018)kemarin.

"Dalam pemilu-pemilu sebelumnya, di era reformasi, masih diikuti begitu banyak Partai Soekarnois seperti PDP, PNI Marhaenisme, PNBK, Partai Pelopor dan lainnya. Namun Pemilu 2019 tinggal terkonsolidir satu kekuatan Banteng-Soekarnois yakni PDI Perjuangan," ujarnya.

Baca: Presiden Jokowi: Tantangan Parpol ke Depan Semakin Berat

"Tingginya elektabilitas partai merupakan perpaduan kolektif kerja kader partai, efek rembesan elektoral Jokowi dan kepeloporan partai melalui sekolah partai, penegakkan sanksi tegas berupa pemecatan bagi para koruptor. Ada satu faktor  yang kurang mendapat perhatian, yaitu banyaknya kader Soekarnois yang pulang kandang," kata Deddy.

Menurut Caleg DPR RI nomor urut 1 dari Daerah Pemilihan Kalimantan Utara ini, survei itu juga menunjukkan bahwa posisi PDI Perjuangan masih tetap teratas dengan elektabilitas di kisaran 24,6% diikuti oleh Partai Gerindra dan Partai Golkar.

Temuan lain yang cukup signifikan menurut Deddy Sitorus adalah migrasi pemilih dan coat-tail effect dari capres terhadap partai-partai.

Survei menunjukkan bahwa Gerindra mendapatkan keuntungan terbesar dari coat-tail effect itu, sementara partai-partai koalisinya sama sekali tidak mendapatkan dampak yang signifikan dari efek capres.

Bahkan, lanjut Deddy, terlihat bahwa Gerindra mampu menggerogoti Demokrat dan menarik dukungan dari Golkar mengingat kentalnya Prabowo dengan Orde Baru.

Di kubu koalisi Jokowi-Kiai Ma’ruf, PDI Perjuangan memang paling mendapatkan persepsi positif dari Jokowi mengingat kepemimpinan Jokowi sejak Wali Kota Surakarta, Gubernur DKI Jakarta, dan kini Presiden Indonesia teridentifikasi dengan PDI Perjuangan.

Tetapi, PDI Perjuangan tidak menggerus suara partai-partai dalam koalisi sebagaimana terjadi di koalisi pendungung Capres Prabowo.

"PDI Perjuangan menurut hasil survei lebih diuntungkan oleh merapatnya kembali pemilih Soekarno dan tambahan dukungan dari kelompok pemilih pemula atau yang sering disebut dengan kaum milenial dengan angka sekitar 34,8%," terang Deddy.

Hal lain yang menjadi temuan survei internal tersebut adalah migrasi pemilih PKS ke PAN dan tidak signifikannya partai-partai Cendana dalam merebut kursi karena kalah efektif dengan Gerindra yang dinilai hadir sebagai Neo-OrdeBaru.

Dalam presentasi pemenangan pemilu di Rakorda DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali tersebut, Deddy juga menegaskan bahwa elektabilitas pasangan Jokowi-Kiai Ma’ruf semakin jauh meninggalkan pasangan Prabowo-Sandi.

Survei yang diselenggarakan pasca heboh kasus hoax Ratna Sarumpaet tersebut, kata Deddy, ternyata juga menyumbang sulitnya elektabilitas koalisi Gerindra untuk mengejar ketertinggalan.

"Masyarakat juga mulai jenuh dengan metode kampanye negatif yang dilancarkan oleh kubu Prabowo - Sandi," ungkap Deddy.

Menurut survei, lanjut Deddy, tidak terlihat peningkatan dukungan kelompok pemilih baru pada koalisi Prabowo - Sandi.

Sebaliknya, hal itu membuat para pemilih milenial berpaling mendukung Jokowi-KH Ma'ruf, meskipun lebih berpotensi memperbesar suara golput.

Oleh karena itu, Deddy berpesan agar jajaran partai dan caleg PDI Perjuangan di Provinsi Bali untuk terus disiplin dengan positive campaign

Menjelaskan lebih detail tentang Nawacita 2 yang lebih fokus kepada pengembangan sumber daya manusia serta isu-isu kesejahteraan setelah Jokowi berhasil membangun sektor infrsatruktur secara massif selama empat tahun terakhir.

Pria yang juga menjabat Deputy Direktur TKN Jokowi - KMA dan Kepala Kantor Rumah Aspirasi Rakyat #01 ini menambahkan kembali, upaya meluruskan informasi sesat yang sepertinya terus menerus diproduksi oleh pihak-pihak tertentu.

"Klaim-klaim palsu itu harus disikapi dengan menyampaikan informasi yang benar, langsung kepada rakyat, dari pintu ke pintu," tutupnya.

Ketika dikonfirmasi terkait hasil survei Demokrat dan Golkar yang suaranya digerus Partai Gerindra, Deddy menjawab bahwa dari variabel-variabel yang muncul memang ada kaitan kuat bahwa ketika Gerindra naik maka Demokrat dan Golkar menurun.

"Sebaliknya, kalau suara Gerindra turun, maka Golkar dan Demokrat yang naik. Dalam konteks ceruk suara yang diperebutkan, memang basisnya sama. Maka kalau Golkar dan Demokrat mau naik, kuncinya adalah bagaimana menurunkan elektabilitas Gerindra," kata Deddy.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan