Senin, 10 November 2025

Dinkes Dairi Kehabisan Stok Vaksin Antirabies untuk Manusia

Ini disebabkan pasokan vaksin dari Dinkes Provinsi Sumut selalu tidak sesuai jumlah permintaan

Editor: Eko Sutriyanto
Tribun Bali/Dwi
Ilustrasi rabies 

Laporan Wartawan Tribun Medan Dohu Lase

TRIBUNNEWS.COM, DAIRI - Setiap 2017, kasus gigitan rabies di Kabupaten Dairi berjumlah telah menjangkiti 633 warga, sementara pada tahun 2018, sebanyak 507 warga.

Seluruh korban terpapar rabies pada tahun 2017 dan 2018 itu cepat menerima suntikan vaksin antirabies, sehingga tidak ada yang berakhir dengan meninggal dunia.

Sementara, untuk tahun ini, terlaporkan sudah ada 96 kasus gigitan, satu di antaranya meninggal dunia.

"Tiap tahun di Dairi ada kasus gigitan rabies. Di Sumut, Dairi masuk ke dalam 10 besar daerah terbanyak kasus gigitan rabies, karena memang populasi anjing di sini banyak," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Dairi dr Nitawati Sitohang didampingi sekretarisnya, Friss Turnip, saat ditemui, Jumat (22/3/2019).

Satu orang yang meninggal dunia pada tahun 2019 tersebut menolak divaksinasi dan memilih berobat secara tradisional.

Nitawati menjelaskan, anjing adalah satwa utama penular wabah rabies di Kabupaten Dairi.

Anjing yang telah terinfeksi rabies umumnya berperilaku agresif.

Penularan terhadap manusia terjadi ketika anjing terinfeksi rabies menggigit dan air liurnya merasuk ke jaringan kulit yang luka akibat digigit.

Baca: Nyawa I Nengah Negeng Tak Tertolong Dua Bulan Setelah Digigit Anjing Rabies

"Bila seekor anjing suka menyerang orang, bahkan menyerang tuannya sendiri, maka besar kemungkinan anjing itu sedang terganggu kesehatannya. Di Sumut, kita menyebutnya Anjing Gila. Untuk itu, sebaiknya anjing dengan perilaku itu kita jauhi," tuturnya.

Dinkes Dairi saat ini tengah kehabisan stok vaksin antirabies untuk manusia karena pasokan vaksin dari Dinkes Provinsi Sumut selalu tidak sesuai jumlah permintaan pihaknya.

"Alasan Dinkes Sumut, jumlah vaksin yang mereka terima dari Kemenkes juga terbatas, sehingga mesti dijatah per kabupaten/kota. Padahal, jumlah kasus di daerah kita tinggi," beber Nita.

"Bukan juga kita enggak mau buat pengadaan, tetapi vaksin antirabies untuk manusia enggak tersedia di e-catalog," sambungnya.

Lebih jauh, dikatakan Nita, tanggung jawab penanggulangan rabies ini sebenarnya ada pada Dinas Pertanian dan Peternakan.

"Kalau di kami, tanggung jawab penanggulangan ketika wabah rabies menyerang orang. Namun, untuk masalah anjing pembawa virus rabies, itu tanggung jawab Distanak," katanya. (cr16/tribun-medan.com)

Sudah Gencar Sosialisasi

Kepala Dinkes Dairi dr Nitawati Sitohang mengaku, pihaknya selama ini telah gencar menyosialisasikan informasi perihal rabies beserta cara mencegah penularannya.

Alhasil, sebagian masyarakat Dairi pasti akan langsung melapor apabila tergigit anjing gila. Sayangnya, masih banyak di antaranya yang belum memahami secara utuh perihal rabies ini.

"Seperti hari ini, ada ibu-ibu datang ke kita melapor bahwa jari jempol kakinya tergigit anjing dan minta segera divaksin. Kebetulan vaksin kosong, sehingga tidak kita beri. Kemudian, kita jelaskan bahwa rabies menjangkiti manusia tergantung lokasi gigitan dan anjing yang menggigit," ujar Nita.

Nitawati menguraikan, ujung jari tangan, leher, kepala, dan alat kelamin adalah bagian tubuh paling berisiko tinggi apabila tergigit anjing gila. Pasalnya, virus rabies dapat dengan cepat menjalar ke otak dan menginfeksi otak.

"Kalau di jari kaki digigit, bisa sampai setahun pun gejala klinis terinfeksi rabies tak muncul," ucap Nita.

Selanjutnya, korban gigitan harus mengawasi anjing gila yang menggigitnya selama 14 hari. Apabila anjing yang menggigit mati, maka anjing itu positif mengidap rabies, sehingga manusia yang menjadi korban gigitan harus segera mendapat pertolongan medis.

"Gejala klinis awal apabila terinfeksi rabies adalah demam, pusing, lalu badan kejang-kejang," pungkas Nita.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved