Pengamat Sebut Pencegahan Banjir Bukan Hanya Tugas Pemerintah, Warga Bisa Lakukan Hal Ini
Dosen Fakultas Teknik Arsitektur UNS Solo Kusumaningdyah Nurul Handayani mengatakan pencegahan banjir bukan hanya tugas pemerintah semata.
Penulis:
Endra Kurniawan
Editor:
Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Dosen Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Kusumaningdyah Nurul Handayani mengatakan pencegahan banjir bukan hanya tugas pemerintah semata.
Kebijakan pemerintah yang ditelurkan untuk mengatasi banjir tidak akan maksimal untuk mengatasi masalah kompleks banjir.
Masyarakat juga harus didorong melakukan aksi membantu tugas pemerintah tersebut.
"Mengandalkan pemerintah menjadi sangat tidak ideal. Masyarakat bisa di encourage untuk melakukan aksi aksi kecil terhadap tindakan pencegahan banjir," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com Jumat (3/1/2020) lalu.
Kusuman juga memberikan tips yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengatasi banjir, berikut uraian lengkapnya.
Baca: Ada yang Menimbulkan Kontroversi, Berikut 5 Pernyataan Gubernur Anies soal Banjir di Jakarta
Membuat resapan biopori

Menurut kepala Urban-Rural Design and Conservation Laboratorium (URDCLabo) ini langkah pertama cara mengatasi banjir versi masyarakat dengan membuat resapan air biopori dalam skala lingkungan sekitar.
Dengan harapan, cara ini menjadi bagian sinergi dari bottom up kebijakan pemerintah yang ada.
Berikut cara mudah membuat resapan biopori dirangkum Tribunnews.com dari pusdiklatmigas.esdm.go.id:
1. Memilih lokasi yang sesuai untuk penempatan lubang biopori
2. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Peralatan yang dibutuhkan hanya sekop dan bor tanah.
3. Buat lubang silindris ke dalam tanah menggunakan bor dengan diameter 10- 30 cm, kedalaman sekitar 100cm atau disarankan tidak melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang telah dibuat. Jarak antar lubang dapat dibuat 50-100cm.
4. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 cm, setebal 2 cm disekeliling mulut lubang atau bisa ditutup dengan ring dari baja.
5. Segera isi lubang LRB dengan sampah organik yang yang telah disiapkan yang berasal dari sisa tanaman yang dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput atau sampah dapur.
6. Sampah organik harus selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang atau menyusut karena proses penguraian sampah oleh organisme.
7. Kompos yang dihasilkan dalam lubang biopori dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.
Baca: Senada dengan Anies, Gubernur Ridwan Kamil juga Tak Ingin Mencari Kambing Hitam soal Banjir
Pengelolaan sampah yang baik

Kusuma menjelaskan, pengelolaan sampah tidak terbatas sekedar membuang sampah pada tempatnya, tapi lebih dari itu.
"Melakukan proses reduce, reuse, recycle atau konsep ekstrim mengurangi sampah dari awal," tandasnya.
Baca: Ingin Membantu? Ini Info Donasi Korban Banjir di Jakarta dan Sekitarnya, dari LAZISNU hingga ACT
Pengelolaan bisnis masyarakat kelas menengah atas

Menurut Kusuma ketika ada proyek pengembang perumahan oleh pihak swasta, terkadang mengembangkan bisnisnya dengan mengorbankan jalur-jalur zona hijau
"Efeknya belakangan akan terjadi banjir di kelak kemudian hari," ujar Kusuma.
Kusuma meninali perlunya ada sinergi pengembang pihak swasta dengan pemerintah
"Pemerintah memang perlu ditelaah kembali. Peraturan yang dibuat juga perlu ditegakkan," tegasnya.
(*)
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)