Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Total 57 Tenaga Medis di RSUP Dr Kariadi Semarang Terkena Virus Corona, Dirut Ungkap Faktor Penyebab

Direktur Utama RSUP Dr Karyadi Semarang dr Agus Suryanto mengatakan ada sejumlah 57 tenaga medis yang terpapar virus corona. Ini faktor penyebabnya.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Ifa Nabila
Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Tim medis mengevakuasi pasien menuju Ruang Isolasi Khusus Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi saat simulasi penanganan wabah Virus Corona (nCoV) di Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/1/2020). Berbagai simulasi penanganan yang dilakukan oleh RSUP Kariadi bersama Dinas Kesehatan Pemprov Jateng dan sejumlah rumah sakit di Kota Semarang tersebut sebagai antisipasi kesiapsiagaan perangkat medis dalam penanganan wabah Virus Corona tersebut. Tribun Jateng/Hermawan Handaka 

TRIBUNNEWS.COM - Direktur Utama RSUP Dr Karyadi Semarang dr Agus Suryanto mengatakan ada 57 tenaga medis yang positif terinfeksi virus corona.

Angka tersebut merupakan angka kumulatif dari para tenaga medis yang terpapar sejak Februari lalu.

Yang terbaru dan menjadi viral, ada 34 tenaga medis yang terkena corona secara bersamaan.

"Kami perlu koreksi dari jumlah."

"Data berdasarkan hasil PCR 14 April yang diambil pada 8 April, terdapat 34 pegawai yang positif," ujar Agus, mengutip dari Youtube tvOne, Jumat (17/4/2020).

Agus menjelaskan 34 pasien yang positif corona terdiri dari beberapa jabatan di rumah sakit tersebut.

"Di antaranya terdiri dari 6 dokter spesialis, 24 peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), 2 fisioterapis, 1 petugas administrasi, dan 1 orang perawat," jelasnya.

Sehingga, Agus menerangkan ada sekitar 57 tenaga medis dari RSUP Dr Karyadi Semarang yang positif corona.

"Jadi totalnya seluruh pegawai secara kumulatif sejak bulan Februari itu ada 57 pegawai yang positif," ungkapnya.

Agus menuturkan, kejadian melonjaknya tenaga medis yang terpapar corona memang mengejutkan.

Ia pun menjelaskan ada beberapa spot esktrem di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang menjadi penyebab terpaparnya para tenaga medis.

Tim medis melakukan penanganan darurat pasien yang diindikasi terjangkit Virus Corona di Ruang Isolasi Khusus Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi saat simulasi penanganan wabah Virus Corona (nCoV) di Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/1/2020). Berbagai simulasi penanganan yang dilakukan oleh RSUP Kariadi bersama Dinas Kesehatan Pemprov Jateng dan sejumlah rumah sakit di Kota Semarang tersebut sebagai antisipasi kesiapsiagaan perangkat medis dalam penanganan wabah Virus Corona tersebut. Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Tim medis melakukan penanganan darurat pasien yang diindikasi terjangkit Virus Corona di Ruang Isolasi Khusus Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi saat simulasi penanganan wabah Virus Corona (nCoV) di Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/1/2020). Berbagai simulasi penanganan yang dilakukan oleh RSUP Kariadi bersama Dinas Kesehatan Pemprov Jateng dan sejumlah rumah sakit di Kota Semarang tersebut sebagai antisipasi kesiapsiagaan perangkat medis dalam penanganan wabah Virus Corona tersebut. Tribun Jateng/Hermawan Handaka (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)

Baca: Kondisi 46 Tenaga Medis Positif Corona di Semarang, Ganjar: Mereka Semangat, Seperti Tak Sakit

"Setidaknya di RSUP Dr. Kariadi Semarang ada 3 spot yang ekstrem."

"Kami selaku manajemen rumah sakit akan melakukan pengkajian terkait penyebab dan potensi para dokter ini bisa terpapar," tuturnya.

Selain itu, pihak rumah sakit sudah mengindentifikasi beberapa potensi penyebab meningkatnya tenaga medis yang terkena corona.

Menurut Agus, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab.

Di antaranya identifikasi pasien, kejujuran pasien, faktor screening, dan faktor tenaga medis itu sendiri.

Ruang Isolasi RSUP dr Kariadi Semarang
Ruang Isolasi RSUP dr Kariadi Semarang (TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV)

Baca: Cerita Mahasiswa Papua di Semarang Kaget Didatangi Ganjar, Kurang dari 1 Jam Sembako Tiba di Asrama

"Kita kalau mencari penyebab pengkajiannya harus secara dalam dari epidemologis."

"Namun kita sudah mengidentifikasi beberapa potensi yang bisa terjadi," tuturnya.

Faktor pertama yang disebut Agus tentang mengidentifikasi pasien.

Karena gejala pasien Covid-19 mirip dengan penyakit lain, lanjut Agus, maka bisa saja pasien tersebut lolos menjalani perawatan yang non Covid-19.

Faktor kedua dan yang menjadi viral adalah soal kejujuran pasien.

Agus membenarkan bila ada pasien yang tidak berterus terang mengenai gejala klinis dan riwayat perjalanannya.

"Ada beberapa pasien yang tidak berterus terang menyampaikan gejala klinis dan riwayat perjalanannya."

"Ada pasien yang di daerah lain sudah di tes positif, tapi tidak berterus terang," katanya.

Tim medis mengevakuasi pasien menuju Ruang Isolasi Khusus Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi saat simulasi penanganan wabah Virus Corona (nCoV) di Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/1/2020). Berbagai simulasi penanganan yang dilakukan oleh RSUP Kariadi bersama Dinas Kesehatan Pemprov Jateng dan sejumlah rumah sakit di Kota Semarang tersebut sebagai antisipasi kesiapsiagaan perangkat medis dalam penanganan wabah Virus Corona tersebut. Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Tim medis mengevakuasi pasien menuju Ruang Isolasi Khusus Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi saat simulasi penanganan wabah Virus Corona (nCoV) di Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/1/2020). Berbagai simulasi penanganan yang dilakukan oleh RSUP Kariadi bersama Dinas Kesehatan Pemprov Jateng dan sejumlah rumah sakit di Kota Semarang tersebut sebagai antisipasi kesiapsiagaan perangkat medis dalam penanganan wabah Virus Corona tersebut. Tribun Jateng/Hermawan Handaka (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)

Lebih lanjut Agus juga menuturkan adanya faktor screening yang sudah dilakukan secara ketat, tetapi bisa saja lolos.

Terakhir, Agus menuturkan faktor yang menjadi penyebab adalah dari para tenaga medis itu sendiri.

Terkait dugaan kekurangan APD, Agus mengaku APD sudah digunakan dengan tepat sesuai dengan kebutuhannya.

"Kita ingin meluruskan di bebrbagai media menyebut kekurangan APD menyebabkan tertular, padahal APD itu digunakan pada tempat yang ditentukan."

"Untuk zona merah itu tidak mungkin kita memberikan APD dibawah standar," tegas Agus.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved