Senin, 8 September 2025

Nasib WNI di Kapal Asing

Nekat Terjun Dari Kapal China yang Menyiksanya, 2 ABK Masih di Kepri, Berikut Pengakuan Orang Tuanya

Reynalfi mengaku mendapat siksaan selama bekerja mengarungi lautan bersama awak kapal WNI lainnya.

Editor: Hendra Gunawan
Alija Magribi/Tribun Medan
Sugiarto dan Henriyanto, orangtua ABK Indonesia menceritakan perjalanan kerja anaknya sebelum dikabarkan mengalami aniaya di Kapal China 

TRIBUNNEWS.COM, PEMATANGSIANTAR - Dua Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal China yang terjun ke laut karena tak tahan siksaan di dalam kapal hingga kini masih di periksa oleh Polda Kepri.

Dua ABK itu Reynalfi, warga Kota Siantar, berenang bersama temannya, Juniansyah, warga Utan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Reynalfi mengaku mendapat siksaan selama bekerja mengarungi lautan bersama awak kapal WNI lainnya.

Sabtu (6/6/2020), ia bersama Juniansyah nekat melompat ke laut, karena tidak tahan menghadapi siksaan di kapal berbendera Cina, Lu Qing Yuan Yu 213.

Keduanya pun berhasil mencapai daratan di Tanjungbalai Karimun, Kepulauan Riau usai dievakuasi nelayan setelah terombang-ambing berjam-jam.

Orangtua Reynalfi di kampung, Heriyanto yang ditemui, menyampaikan saat ini anaknya sedang dalam kondisi sehat walafiat.

Baca: Terungkap Arti Maria Eleanor, Nama Baru Pesinetron Lidya Pratiwi Setelah Bebas dari Penjara

Baca: Soal & Jawaban TVRI SMP, Jumat 12 Juni 2020: Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan

Baca: Prabowo Diisukan Maju Pilpres 2024, PKS: Kami Akan Usung Kader Sendiri 

Baca: Ibu Muda di Solo Gantung Diri, Diduga Karena Tidak Percaya Diri Ada Jahitan Usai Melahirkan

Anak laki-lakinya itu masih dibutuhkan dalam pemeriksaan di Polda Kepri.

"Kabarnya sekarang sehat-sehat. Sekarang masih di Polda Kepri. Masih proses memberi keterangan.

Cuma saya belum dapat perkembangan terbaru proses hukumnya di sana," ujar Heriyanto, Kamis (11/6/2020) dari kediamannya di Jalan Sumber Jaya I, RT 003, RW 002 LK II Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar.

Heriyanto, pria berusia 50 tahun ini tampak bersyukur kabar keselamatan sang anak telah diterima.

Ia berjanji, sekembalinya sang anak ke rumah, akan mengabarkan dengan awak wartawan.

"Nanti kita cerita-cerita kalau dia (Reynalfi) pulang. Saya kabari kawan kawan wartawan ya," katanya.

Pernah Polda Kepri menelponnya beberapa hari lalu menyampaikan anaknya tengah dimintai keterangan.

Saat itu kepolisian menelpon via kakaknya, sehingga Heriyanto tak menyimpan nomor telepon anaknya itu.

Sepengetahuan Heriyanto, anaknya memiliki administrasi lengkap untuk bekerja di luar negeri.

Karena Reynalfi yang saat ini berusia 22 tahun, memiliki paspor, SKCK dan dilengkapi dengan sejumlah dokumen lainnya.

Dikisahkan Heriyanto, Reynalfi berangkat dari rumah, karena ingin bekerja di kapal.

Untuk mewujudkannya, bulan September 2019 yang lalu, anak kedua dari 4 bersaudara itu berangkat ke Jakarta.

Selama di Jakarta, Reynalfi sempat menjalani pelatihan sebagai anak buah kapal (ABK) selama dua pekan.

Selanjutnya, pada bulan November 2019, Reynalfi mengabarkan kepada mereka, kalau ia telah bekerja di kapal.

Hanya saja ketika itu, Reynalfi menyebutkan mengarungi laut di bawah bendera kapal Thailand.

November 2019 itu juga merupakan terakhir kalinya Reynalfi memberikan kabar kepada keluarganya, sebelum ditemukan nelayan terombang-ambing di laut Line STS Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Diduga karena Reynalfi tidak diperbolehkan menggunakan handphone (HP) untuk menghubungi keluarganya.

Menurut Heriyanto, ia bersama istri dan anaknya mengetahui kabar Reynalfi, pasca aparat kepolisian dari Polres Karimun, Sabtu (6/6/2020), sekira jam 22.30 WIB.

Polisi menghubungi dirinya melalui handphone.

"Pihak Polres Karimun mengabarkan, kalau Reynalfi melompat ke laut di perairan Karimun, bersama seorang temannya.

Hanya saja dilanjutkan pihak kepolisian tersebut, kalau Reynalfi selamat dan dalam kondisi sehat," katanya.

Heryanto menyampaikan, malam itu Reynalfi sempat berbicara melalui sambungan telepon dari pihak Polres Karimun.

Dikatakan Heriyanto, pasca lompat dari kapal, Reynalfi dan temannya sempat terombang-ambing dilautan sekira 7 jam lamanya.

Hingga kemudian diselamatkan nelayan Karimun.

Menurut cerita Reynalfi kepadanya, Kapal.Berbedera China, Lu Qing Yuan Yu 213, tempatnya bekerja hanya memberi makan dua hari sekali.

Itupun hanya nasi putih tanpa lauk-pauk.

“Dua hari sekali baru dikasih makan,” sebut Heriyanto.

Ditambahkan Heriyanto, anaknya sering mendapatkan siksaan di kapal ini.

Yang mana, bila lambat di saat bekerja, langsung dipukul. Pun demikian, Heriyanto masih bersyukur, karena kondisi anaknya saat ini dalam keadaan sehat.

Heriyanto belum tah kapan Reynalfi kembali ke Kota Siantar. Kabar yang ia terima, anaknya berencana ke NTB

“Katanya mau ke NTB, tempat kawannya itu. Cuma gak tahu," jelasnya.

Atas peristiwa yang dialami anaknya ini, Heryanto meminta pihak perusahaan kapal Cina, Lu Qing Yuan Yu 213, segera membayarkan seluruh gaji anaknya.

Karena itu merupakan hak anaknya dan hasil kerja keras Reynalfi selama berbulan-bulan.

“Agar dibayarkan gaji gajinya. Itukan keringatnya dan kerja keras dia,” tandas Heriyanto yang menyampaikan iming iming gaji Rp 8-10 juta per bulan.

(tri bun-medan.com/Alija Magribi)

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul ABK WNI Kabur dari Penyiksaan di Kapal China Masih di Batam, Ini Pengakuan Orangtuanya di Siantar

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan