Selasa, 26 Agustus 2025

Wakapolres Karanganyar Diserang

Penyerang Wakapolres Karanganyar Ternyata Mantan Napi Teroris, Pemakamannya Ditolak Warga

Karyono Widodo (46), pelaku penyerangan Wakapolres Karanganyar, Kompol Busroni

Editor: Hendra Gunawan
istimewa
Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni menunjukkan alat untuk menangkis serangan aksi OTK yang sempat mengenai ajudannya secara mambabi buta, Minggu (21/6/2020). 

TRIBUNNEWS.COM, MADIUN - Karyono Widodo (46), pelaku penyerangan Wakapolres Karanganyar, Kompol Busroni, ternyata baru keluar dari penjara pada Juli 2019 atas kasus terorisme.

Selama ini, pelaku tinggal di rumah milik orangtuanya di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun.

"Terduga sejak kecil ya tinggal di sini. Ini rumah orangtuanya. Tetapi, bapaknya sudah
meninggal dunia. Sedangkan ibunya sudah sepuh dan sekarang tinggal bersama adik Widodo," kata petugas keamanan RT setempat, Didit Naryanto, Senin(22/6).

Didit merupakan petugas keamanan di perumahan, sekaligus tetangga terduga pelaku
penyerangan.

Rumahnya persis berada di samping rumah Karyono Widodo. Didit  mengatakan,  Karyono yang biasa dipanggil Widodo memang jarang pulang ke rumah. Informasi yang dia dapat, Widodo pergi ke Kalimantan dan Sumatera.

Baca: Bupati Karanganyar Angkat Suara Soal Penyerangan yang Menimpa Wakapolres

Baca: Mengungkap Misteri Secarik Kertas Milik Pelaku Penyerangan Wakapolres Karanganyar

Baca: Wakapolres Karanganyar Diserang, Pelaku Tewas Ditembak, Buku dan Kertas di Lokasi Jadi Misteri

Pada Juli 2019 lalu, Widodo keluar dari penjara dalam kasus terorisme. Widodo pulang diantar petugas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Sejak itu, Widodo tinggal di rumah orangtuanya di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun.

"Juli 2019 setelah lepas dari Lapas. Widodo ini pulang ke sini, yang mengantar petugas BNPT," ujarnya.

Namun, Widodo hanya beberapa bulan tinggal bersama ibunya di rumah tersebut. Pada akhir tahun 2019, Widodo kembali menghilang dan pergi dari rumah.

Sejak saat itu, para tetangga tidak mengetahui keberadaan Widodo. Hingga akhirnya ramai diberitakan bahwa Widodo baru saja melakukan penyerangan terhadap polisi di Karanganyar.

Didit menuturkan, Widodo dikenal sebagai sosok yang pendiam dan agar tertutup dengan tetangganya. Tidak banyak tetangga yang akrab dengan Widodo.

"Yang sering berbincang dengan Widodo ya saya, karena memang rumahnya dekat. Kalau sama orang lain, kalau enggak ditanya ya diam," katanya.

Ia mengatakan, Widodo sempat bekerja sebagai penjaga kolam ikan di dekat rumah.

Namun tidak lama karena Widodo kerap bepergian ke luar pulau. Didit menambahkan, sejumlah warga berharap agar jenazah Widodo tidak dimakamkan di Madiun, karena saat ini masih masa pandemi Corona.

Polisi berjaga di sekitar garis police line di depan Pos Pendakian Gunung Lawu Cemoro Kandang, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Minggu (21/6/2020) pasca penyerangan yang menyasar rombongan Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni.
Polisi berjaga di sekitar garis police line di depan Pos Pendakian Gunung Lawu Cemoro Kandang, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Minggu (21/6/2020) pasca penyerangan yang menyasar rombongan Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni. (TribunSolo.com/Adi Surya)

Ia juga sudah menfapat informasi, jenazah Widodo akan dimakamkan di Jawa
Tengah.

"Baru saja saya dapat informasi, jenazahnya akan dimakamkan di Jawa Tengah. Tidak di Madiun," ujarnya.

Rumah Ibu

Tim Densus 88 Mabes Polri dibackup oleh Tim Inafis dan Satreskrim Polres Madiun mendatangi rumah di Perumahan Mojopurno, Kelurahan Munggut, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, pada Minggu (21/6) sore.

Rumah tersebut merupakan rumah milik keluarga terduga pelaku 
penyerangan polisi di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Tim Densus 88 mendatangi rumah di Perumahan Mojopurno untuk mengambil sampel darah dari ibu terduga pelaku, untuk dicocokkan dengan Karyono Widodo.

Kedatangan Tim Densus 88 Mabes Polri untuk mengambil sampel darah ibu terduga pelaku.

Tim Inafis mengambil sampel darah ibu terduga pelaku bernama Pratiwi (74), untuk dicocokkan dengan Karyono Widodo.

"Kami hanya backup saja, yang memiliki kewenangan dari Densus," kata Kapolres Madiun, AKBP Eddwi Kurniyanto.

Sementara itu, adik kandung Karyono Widodo, bernama Rohman, juga membenarkan
rumahnya didatangi polisi dan mengambil sampel darah ibunya.

Polisi sekaligus driver atau sopir Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni yakni Bripda Hanif Ariyono meninggalkan RSUD Karanganyar di Jalan Laksda Jalan Yos Sudarso, Jengglong, Kelurahan Bejen, Kecamatan/Kabupaten Karanganyar sekira pukul 17.06 WIB, Minggu (21/6/2020).
Polisi sekaligus driver atau sopir Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni yakni Bripda Hanif Ariyono meninggalkan RSUD Karanganyar di Jalan Laksda Jalan Yos Sudarso, Jengglong, Kelurahan Bejen, Kecamatan/Kabupaten Karanganyar sekira pukul 17.06 WIB, Minggu (21/6/2020). (Tribunsolo.com/Agil Tri)

Ia mengaku memiliki empat saudara kandung dan satu di antara kakaknya bernama Karyono Widodo.

"Iya, ibu dimintai (sampel darah) oleh tim inafis, untuk mencocokan DNA," kata Rohman.

Ia mengaku sudah lama tidak berkomunikasi dengan kakaknya tersebut. Ia mengaku terakhir bertemu dengan kakaknya itu sekitar akhir tahun 2019.

Bupati Karanganyar, Juliyatmono mengapresiasi langkah cepat kepolisian saat melumpuhkan pelaku penyerangan rombongan Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni.

"Kalau apa yang kita lihat kemarin kami melihat itu sebagai prestasi Kapolres dan jajaran kepolisian, tindakannya cepat dan terukur," ujar Juliyatmono.

"Mereka bisa cepat melumpuhkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membuat orang lain menjadi sangat berisiko," tambahnya.

Menurutnya, apabila tindakan itu tidak dilakukan keselamatan orang di sekitaran bisa terancam.

"Kalau tidak dilakukan tindakan cepat-terukur, orang lain menjadi sangat berisiko, risiko keselamatan orang lain lebih tinggi bila tidak dilumpuhkan," kata Juliyatmono.

Juliyatmono menilai peran orang tua menjadi penting guna menekan adanya kasus
penyerangan serupa.

"Benteng utamanya adalah orang tua, mari orangtua, bapak/ibu cek betul
anak-anak apalagi saat ini sedang belajar di rumah," ujar Juliyatmono.

"Itu bisa membuat kedekatan anak dengan orang tua jauh lebih intens, orang tua bisa
memahami cara berpikir anak-anak generasi sekarang," papar dia.

"Orangtua harus yakin ke depan anak-anak mereka tidak punya pemikiran yang berbeda dengan pemikiran yang berlaku di negara kita," tutupnya.

Jaringan Thamrin

Pengamat radikalisme dan terorisme, Tayyip Malik menduga pelaku penyerangan Wakapolres Karanganyar Kompol Busroni dan rombongan yang menyebabkan dua orang terluka sabetan senjata tajam semacam celurit termasuk dalam jaringan bom Thamrin.

"Prediksinya, mantan residivis (napiter) yang terlibat kasus bom Thamrin yang pernah ditangkap di Malang," tutur Tayyip.

"Kalau memang benar, ia pernah ditangkap setelah bersembunyi di sebuah makam pada tahun 2016," tambahnya.

Namun Tayyip masih belum mengetahui motif pelaku melakukan penyerangan terhadap rombongan Wakapolres Karanganyar itu.

"Saya belum tahu, melihat di beberapa aksi terbaru, target masih pihak kepolisian," ucap dia.

"Target yang lain apa? belum terlalu signifikan, memang semua dialihkan ke situ (polisi)," tambahnya.

Menurutnya, itu dipicu lantaran beredarnya foto-foto yang melibatkan personel kepolisian saat giat di pintu masuk jalur pendakian via Cemoro Kandang, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar tersebut.

"Selama ini masih ada, misalnya beredar foto kepolisian, itu membuat semangat tinggi mereka melakukan balas dendam," kata Tayyip.

"Maka penting untuk tidak menyebarkan foto-foto itu, kalau sampai disebarkan itu bisa memunculkan potensi agitasi baru," papar dia.

"Mereka bisa semakin semangat melakukan aksi balas dendam," tutupnya.(Tribun
Network/adi/gus/wly)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan