Jumat, 12 September 2025

Ayah Tiri Pembunuh 2 Bocah Dicurigai Punya Ilmu Hitam, Mertua Temukan Kafan hingga Tanah Kuburan

Rahmadsyah, ayah tiri pembunuh dua bocah, Ikhsan Fatahilah (10) dan Rafa Anggara (5) di Medan, Sumatera Utara, dicurigai belajar ilmu hitam.

Penulis: Ifa Nabila
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Petugas kepolisian menghadirkan tersangka Rahmadsyah saat gelar pra rekontruksi kasus pembunuhan di Jalan Brigjen Katamso, Kota Medan, Senin (22/6/2020). Ramadsyah memperagakan 17 adegan pembunuhan kedua anak tirinya saat pra rekontruksi. 

TRIBUNNEWS.COM - Rahmadsyah, ayah tiri pembunuh dua bocah, Ikhsan Fatahilah (10) dan Rafa Anggara (5) di Medan, Sumatera Utara, dicurigai belajar ilmu hitam.

Hal ini diungkapkan oleh kakek kedua bocah itu, Zainal Abidin (65) yang pernah menemukan benda mencurigakan seperti kain kafan hingga tanah kuburan.

"Kalau kita lihat sepintas lalu, anak ini (Rahmadsyah) berdukun atau nuntut ilmu," ungkap Zainal, dikutip Tribunnews.com dari Tribun-Medan.com.

Baca: Ayah Tiri Pembunuh 2 Bocah dalam Parit di Medan Sakit Hati Dibilang Pelit hingga Ngaku di Facebook

Baca: Soal 2 Bocah Tewas dalam Parit yang Diduga Dibunuh Ayah Tiri, Arist Merdeka Sirait Turun Tangan

Zainal mencurigai benda-benda aneh milik Rahmadsyah saat masih tinggal seatap dengan sang mertua.

Setelah sempat tinggal di rumahnya, Zainal pun mengusir menantunya hingga ia mendapati benda-benda diduga berbau mistis tersebut.

"Karena ada yang tinggal di rumah itu, sesudah dia saya usir dari rumah ada satu benda kita dapatkan," ungkap Zainal.

"Setangkai atau sekumpulan bunga, sepotong kain kafan, tanah kuburan, dan taring. Itulah yang dapat," paparnya.

Zainal mencurigai menantunya itu menyimpan rencana jahat untuk keluarganya hingga ia membakar benda-benda aneh itu.

"Jadi bisa saya ketahui bahwasanya itu dia megang itu perencanaannya ingin membunuh anak saya dan istri saya, makanya saya bakar itu," kata Zainal.

Bukan tanpa dasar, Zainal sudah bertanya mengenai benda mencurigakan itu kepada orang pintar.

Kenalan Zainal itu disebut bisa tahu ketika kakek dua bocah itu membakar benda-benda aneh temuannya.

"Itu saya tahu karena ada teman anak saya yang lagi kuliah, dia mungkin orang yang bisa memantau," kata Zainal.

"Dia nanya aku bakar apa tadi, jangan bohong katanya. Dia pikirkan lagi, oh ternyata bapak bakar ini," imbuhnya.

Kenalan Zainal itu juga sudah mengungkap siapa sebenarnya sasaran yang diduga akan dicelakai Rahmadsyah, yakni istri Zainal dan putrinya.

Dua bocah kakak beradik, Ikhsan Fatahilah (10) dan Rafa Anggara (5) ditemukan tewas di dalam sebuah parit sudut bangunan gedung sekolah Global Prima, Jalan Brigjen Katamso, Medan.  (Minggu 21/6/2020).
Dua bocah kakak beradik, Ikhsan Fatahilah (10) dan Rafa Anggara (5) ditemukan tewas di dalam sebuah parit sudut bangunan gedung sekolah Global Prima, Jalan Brigjen Katamso, Medan. (Minggu 21/6/2020). (Tribun-Medan.com/HO)

Alasan Membunuh

Dalam pernyataannya, Rahmadsyah mengaku sakit hati disebut pelit saat tidak memberi uang jajan kepada Ikhsan dan Rafa.

Rahmadsyah juga sempat mengakui tindakan kejinya itu melalui pesan Facebook kepada sang istri, Fathulzanah, alias ibu kandung dua bocah itu.

Dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com, tersangka mengaku peristiwa pembunuhan itu diawali saat korban menonton televisi di rumah kontrakannya, Jumat (19/6/2020).

“Mereka (korban) nonton televisi bersama bapak tirinya. Pukul 20.00 WIB, si anak ini minta ke bapaknya dibelikan es, tapi bapaknya bilang tak punya uang," ujar Kepala Polrestabes Medan Kombes Riko Sunarko, Senin (22/6/2020).

"Ini baru pengakuan awal dari tersangka ya,” imbuhnya.

Dari penyelidikan polisi, pelaku yang sakit hati dibilang pelit kemudian menganiaya dua bocah itu hingga tewas.

Rahmadsyah kemudian diduga kabur dari rumah kontrakannya di Gang Abadi, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun.

Setelah kabur, Rahmadsyah mengirim pesan melalui Facebook kepada sang istri bahwa ia sudah membunuh dua bocah itu.

Ia juga menyebut bahwa dua bocah itu sudah ia buang jasadnya ke dalam parit sekolah.

Hingga kini, pihak kepolisian masih menyelidiki motif sebenarnya pembunuhan sadis ini.

“Sementara masih didalami motifnya. Apakah betul karena dia marah dikatakan pelit dan minta Ibunya cari bapak baru. Motifnya sakit hati dan dendam sama anak tersebut. Itu keterangan dari tersangka,” papar Riko.

Baca: Terungkap Cara Pria di Medan Habisi 2 Anak Tiri, Mengaku Sakit Hati Disebut Pelit

Baca: Motif Ayah Tiri di Medan Bunuh 2 Anaknya, Sakit Hati dengan Permintaan Korban, Singgung Ayah Baru

Komnas PA Turun Tangan

Dikutip Tribunnews.com dari Tribun-Medan.com, Ketua Umum Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, menyebut pelaku, yang diduga kuat adalah ayah tirinya, bisa dihukum seumur hidup.

Arist mengungkapkan betapa sadisnya pembunuhan yang menimpa kedua bocah malang itu.

Ia juga menyayangkan respons ayah tiri yang bukannya membelikan permintaan es krim dua bocah itu, namun malah diduga melakukan tindak kekerasan.

Arist menjelaskan, apapun status si pelaku pembunuhan, maka hukum yang menjerat akan sama saja.

Pelaku pembunuhan terhadap anak terancam hukuman penajra 20 tahun hingga seumur hidup.

"Atas kasus pembunuhan sadis ini tidak ada alasan bagi siapapun yang melakukan tindak kekerasan terhadap anak sekalipun statusnya sebagai ayah tiri maupun non ayah tiri," ujar Arist.

Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sitait
Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sitait (Dokumentasi Komnas Perlindungan Anak)

"Sesuai dengan Pasal 80 dan 81 dari UU RI Nomor 35 MA Tahun 2014 tentang perubahan atas UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak serta komitmen Indonesia terhadap pelaksanaan seluruh konten International Konvensi PBB tentang hak anak."

"Maka siapapun yang melakukan tindak kekerasan terhadap anak merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan dijerat dengan ancaman 20 tahun pidana penjara bahkan seumur hidup," paparnya.

Komnas PA pun mendesak Polrestabes Medan untuk segera mengusut tuntas kasus ini agar keluarga bisa mendapat keadilan.

Pihak Arist juga sudah menggandeng beberapa instansi terkait untuk ikut serta dalam penyelesaian kasus ini.

"Atas nama hukum dan keadilan hukum, saya percaya Polrestabes akan memberikan atensi yang serius terhadap perkara ini," ujar Arist.

"Untuk kepastian aksi ini, saya mimta LPA Provinsi Sumut dan Kadis PPPA Sumut untuk seheta memberilan layanan dampingan sosial bagi keluarga dan orangtua korban," tambahnya.

Tak hanya itu, Komnas PA juga membentuk tim investigasi dan rehabilitasi sosial anak untuk menyuarakan gerakan perlindungan anak.

"Guna mengawal kasus pembunuhan sadis ini, dan menggunakan momentum ini sebagai gerakan anti kekerasan terhadap anak dan gerakan perlindungan anak menghadapi dampak pandemi Covid-19," kata Arist.

"Komisi Nasional Perlindungan Anak akan membentuk Tim investigasi dan Rehabilitasi Sosial anak bersama dengan LPA Sumatera Utara. Kasus ini harus diurus dengan serius dan tidak boleh dibiarkan mengambang tetapi," imbuhnya.

Komnas PA berharap kasus pembunuhan sadis ini bisa segera dilimpahkan ke kejaksaan.

"Dan harapan Komnas Perlindungan ada tim Jaksa Penuntut Umum yang akan dibentuk memberikan perhatian lebih," tandasnya.

(Tribunnews.com/ Ifa Nabila) (Tribun-Medan.com/ Muhammad Anil Rasyid/ Muhammad Fadli Taradifa) (Kompas.com/ Dewantoro)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan