Guru Honorer Tertua di Sukabumi Pingsan di Tempat Rapat, Diduga Kelelahan setelah 3 Jam Naik Motor
Seorang guru honorer berusia 68 tahun tiba-tiba pingsan saat menghadiri sebuah acara. Pria tersebut diduga kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh.
Editor:
Miftah
Laporan Kontributor Kota Sukabumi, Fauzi Noviandi
TRIBUNNEWS.COM - Seorang guru honorer berusia 68 tahun tiba-tiba pingsan saat menghadiri sebuah acara.
Pria tersebut diduga kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh.
Pria bernama Yayat Supriatna itu ternyata menempuh perjalanan sepeda motor selama 3 jam untuk sampai tempat tersebut.
Yayat Supriatna (68) sempat mengagetkan sejumlah guru honorer karena tiba-tiba tidak sadarkan diri alias pingsan, saat tiba di Gedung Disen, Kecamatan Cisaat, untuk menghadiri Rakerda Front Pembela Guru Honorer Indonesia (FPHI) Kabupaten Sukabumi.
Pria sepuh asal Kampung Bojong RT 07/06 Desa Tegalpanjang, Kecamatan Cidolog, tersebut tidak sadarkan diri, diduga kelelahan seusai perjalanan selama tiga jam dari Cidolog ke Cisaat menggunakan sepeda motor, Kamis, (17/9/2020)
Yayat yang berprofersi sebagai guru honorer itu pun langsung dibawa ke Puskesmas terdekat untuk diperiksa. Setelah beberapa saat terbaring di Puskesmas itu, ia pun kembali menghadiri Rakerda tersebut.
Baca: Video Viral Guru Doakan Muridnya Mati saat Mengeluh Belajar Online, Polisi Diminta Usut Kasusnya
Baca: Video Ibu-ibu Gunting Bendera Merah Putih Viral, Ikuti Saran dari Guru Les, Ternyata Ini Motifnya

"Kata petugas Puskesmas saya cuma kelelahan, karena perjalanan jauh dari Cidolog ke Cisaat selama tiga jam diboceng di motor," katanya pada Tribunjabar.id.
Meskipun berjarak puluhan kilometer dari tempat tinggalnya, pria yang terkenal dengan sapaan Abah Yayat tersebut mengaku harus mengadiri acara Rakorda FPHI karena untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai guru honorer.
Diketahui Abah Yayat merupakan seorang guru honorer tertua di Kabupaten Sukabumi dan sudah hampir selama 30 tahun mengabdi menjadi tenaga pengajar di SDN Cukangbatu, Desa Mekarjaya.
"Iya saya bersama teman-teman seperjuangan mengadakan acara ini demi menyuarakan hak-hak para guru honorer yang kesejahteraannya masih kurang diperhatikan pemerintah," katanya dengan nada penuh harap.
Abah Yayat merupakan lulusan Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Bogor sekitar tahun 1980. Saat ini hanya mendapatkan upah Rp 900 ribu per bulan padahal sudah puluhan tahun jadi guru.
Selain Abah Yayat masih terdapat ribuan guru honorer yang mendapatkan upah dari Rp 300 ribu hingga Rp 900 ribu per bulan.
"Kalau upah dari sekolah asal saya mengajar itu hanya sebesar Rp 300 ribu per bulan, namun bila disatukan dengan tunjangan lain termasuk dari BPJS itu mencapai Rp 900 ribu perbulan," ucapnya sambil tersenyum
Meskipun diupah hanya Rp 900 per bulan, Abah Yayat yang sering menggunakan topi itu mampu menghidupi tiga orang anak dan seorang istrinya. Untuk menambah pendapatan, istrinya terpaksa berjualan sayur keliling.
Abah Yayat yang memiliki dua orang cucu tersebut mengisahkan, sebelum berangkat ke sekolah untuk mengajar muridnya, ia mengantarkan sang istri terlebih dulu untuk berjualan sayuran ke setiap rumah di perkampungan sekitar kediamannya.
"Meskipun tempat saya mengajar jauh dari rumah, saya menyempatkan diri untuk mengantar istri berjualan sayuran ke setiap rumah di sekitar desa. Lumayalah buat tambah-tambah makan keluarga di rumah," kata Abah Yayat.
Abah Yayat sempat mengajar di Bogor selama beberapa tahun, namun sekitar tahun 2000 ia kembali ke Sukabumi dan berpindah-pindah mengajar diberbagai sekolah di Kecamatan Cidolog.
Pria yang hampir berusia 70 tahun itu tidak berharap lebih kepada kepada pemerintah soal kesejahteraanya.
Namun ia dan beberapa guru honorer seusianya berharap pemerintah bisa memiliki kebijakan lebih dalam memperhatikan nasib honorer yang lebih muda dari mereka agar tidak senasib dengannya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul "Guru Honorer Tertua di Sukabumi Itu Pingsan, Saat Tiba di Tempat Rapat, Kelelahan 3 Jam Naik Motor"