Kamis, 21 Agustus 2025

Tujuh Pria Tersesat di Objek Wisata Sibolangit, Ini Kejadian Aneh yang Mereka Rasakan

Mereka adalah Yansen seorang guru privat yang membawa enam muridnya yang memaksa masuk lokasi wisata tanpa pemandu.

Editor: Hendra Gunawan
istimewa
Petugas Basarnas Medan berfoto dengan tujuh orang pria yang tersesat di Hutan Sibolangit. Para wisatawan ditemukan Minggu (16/5/2021) pagi. 

Laporan Wartawan Tribun Medan, Aqmarul Akhyar

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Tujuh orang turis lokal di Hutan Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara yang tersesat akhirnya bisa diselamatkan oleh tim Basarnas, pada Sabtu (15/5/2021) malam.

Ketujuh pria tersebut tersesat saat tamasya di Air Terjun Dua Warna dan tidak bisa menemukan jalan pulang.

Mereka adalah Yansen seorang guru privat yang membawa enam muridnya yang memaksa masuk lokasi wisata tanpa pemandu.

Yansen mengaku rombongannya telah diberi peringatan oleh wanita penjual di situ, namun mereka tetap memutuskan tetap masuk ke lokasi wisata.

Baca juga: Akses Pangandaran dan Ciwidey Ditutup, Ridwan Kamil Imbau Pemudik dan Wisatawan Putar Balik

Wanita tersebut mengatakan lokasi wisata Air Terjun Dua Warna tutup dan tidak ada pemandu.

Waktu itu masih sekitar pukul 10 pagi.

Perempuan itu tidak melarang mereka masuk, namun mengaku tidak bertanggungjawab jika terjadi hal tak diinginkan pada mereka.

"Ibu pemilik warung tempat kami parkir memang tak mengutip uang. Tapi, ibu itu hanya bilang sama kami, kalau ia tak bertangungjawab atas kejadian apapun jika kami tetap pergi ke Air Terjun Dwi Warna," katanya.

Baca juga: Perahu di Waduk Kedung Ombo Boyolali Terbalik Diduga Kelebihan Muatan, 5 Wisatawan Hilang 

Yansen mengakui, sebagian dari mereka agak ragu setelah mendengar peringatan dari pemilik warung.

Namun setelah berdiskusi, mereka memutuskan melanjutkan perjalanan tanpa pemandu.

Yansen mengaku beberapa kali berkunjung ke Air Terjun Dua Warna pada tahun 2010 dan tahun 2011.

Enam muridnya tidak pernah sekalipun masuk ke dalam lokasi wisata tersebut.

Ia pun menceritakan keanehan yang terjadi, hingga membuat mereka tersesat.

Baca juga: Anjungan Sumatera Barat Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan yang ke TMII

"Tetapi, kali ini aku heran, rutenya sudah berubah total. Bahkan, bebatuan yang dahulunya tersusun masih rapi sekarang sudah berserak serta ada bebatuan besar.

Walaupun begitu, kami pun tetap lanjutkan perjalanan kami ke air terjun," katanya.

Setelah berjalan selama empat jam, sekitar pukul 15, mereka pun sampai di Air Terjun Dua Warna. Di sana tidak ada orang selain mereka.

Setelah bermain air dan berfoto-foto selama sekitar 30 menit, mereka pun pulang.

Yansen mengaku menempuh jalan yang sama saat hendak pulang.

Namun, ia tidak menemukan sungai yang mereka lintasi saat mereka datang.

"Jadi ketika jalan pergi kita nemukan sungai, tetapi saat jalan pulang kami tidak temukan lagi," tuturnya.

Setelah istirahat dan diskusi untuk menemukan jalan keluar, mereka memutuskan untuk kembali lagi ke air terjun.

"Kami coba melanjutkan ke jalan yang setapak lagi. Anehnya, kami kembali lagi ke titik yang sama saat pertama nyasar. Jadi kami sempat diputar balik dua kali di tengah hutan sibolangit itu," katanya.

Seorang murid menyarankan untuk memakai Google Maps mencari jalan keluar. Meskipun jaringan internet tidak ada, tetapi ia dan enam muridnya berpatokkan pada arah panah yang ditunjukkan Google Maps.

"Jadi dengan Google Maps yang offline kami menerka-nerka sajasampai kami menemukan jurang dengan sungai yang dalam. Lalu kami ikuti bantaran sungai itu, terus dapatlah pinggiran sungai dengan debit air yang rendah," katanya.

Jadi, ia dan enam muridnya pun menyebrang sungai tersebut.

Karena, dari petunjuk google maps, untuk jalan keluar harus menyeberangi sungai. Ketika, sampai di seberang sungai, mereka melintasi hutan untuk menemukan jalan keluar.

Dalam perjalanan itu mereka sepakat untuk menjaga baterai handpone.

"jadi dua handphone untuk flash penerangan jalan dan satu handphone untuk jaga-jaga baterai.

Kemudian, pukul 20.30 WIB kami memutuskan untuk istirahat di dalam hutan karena kondisi jalan yang tak memungkinkam untuk ditempuh," katanya.

Sekitar pukul 21.15 WIB, ponsel mereka menangkap jaringan telepon dan langsung mencari bantuan.

"Jadi aku bilang, kami sedang tersesat di Hutan Sibolangit, jadi enggak pulang hari ini. Saya juga suruh murid-murid tersebut untuk hubungi orangtuanya," ujarnya.

Saat menunggu pertolongan di hutan, mereka kehujanan selama sekitar satu jam. Ia dan muridnya kedinginan hingga menggigil.

Pukul 06.15 WIB , ia dan muridnya pun melanjutkan perjalanan hingga pakaian basah yang melekat pun mengering.

Kemudian, pada pukul 08.00 WIB, ia mendengar suara teriakan. Ternyata, suara itu adalah suara salah satu personil Basarnas Medan.

"Jadi teriakan woy kedua kalinya, kami sambut dengan teriakan woy dan kami bilang kami di sini. Lalu kami pun dievakuasi oleh Rescuer Basarnas Medan untuk keluar dari hutan itu.

Setelah satu jam kami bisa keluar dari hutan tersebut," katanya.

Yansen mengaku bersyukur dapat selamat bersama enam orang muridnya.

"Saya berpesan, kalau bisa mendaki atau menyelusuri hutan harus memakai pemandu dan bekal yang cukup," pungkasnya. (cr22/tribun-medan.com)

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Kesaksian Guru yang Tersesat Bersama 6 Siswa di Hutan Sibolangit: Kami Kedinginan Sampai Menggigil

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan