Aplikasi
Aplikasi Presisi Makin Jitu, Kabur dari Karantina Langsung Terlacak dan Ditangkap
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ingin memastikan serangkaian pengawasan terhadap wisatawan, ABK maupun PPLN yang tiba di Bali melalui Pelabuhan.

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Kepolisian Republik Indonesia menyiapkan sebuah aplikasi Presisi untuk monitoring karantina para wisatawan maupun Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) di Pelabuhan Benoa, Denpasar.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ingin memastikan serangkaian pengawasan terhadap wisatawan, ABK maupun PPLN yang tiba di Bali melalui Pelabuhan Benoa.
Orang kini tidak bisa lagi kabur karantina karena Polri kini bisa melacak keberadaan orang yang menjalani karantina melalui aplikasi bernama Aplikasi Karantina Monitoring Presisi itu.
Kapolri juga ingin menjaga bahwa yang melalui Pelabuhan Benoa juga dalam kondisi melalui standar SOP terkait dengan proses pemeriksaan protokol kesehatan sebelum masuk ke karantina.
Sebagaimana disampaikan Kapolri seusai meninjau kesiapan menyambut kedatangan wisatawan penumpang PPLN di Posko Presisi Pelabuhan Benoa, Denpasar, Sabtu (15/1).
"Dan kami tempatkan petugas aplikasi yang bisa memonitor bagi masyarakat ataupun wisatawan, ABK yang dikarantina dan apabila kabur kemudian dengan aplikasi ini kami bisa segera melakukan pencarian dan membawa kembali masuk," tegas Kapolri.
Aplikasi karantina monitoring Presisi merupakan aplikasi yang dirancang untuk membantu memastikan bahwa masyarakat yang melaksanakan karantina itu betul-betul bisa terawasi dengan baik.
Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur-fitur yang bisa digunakan untuk berbicara langsung atau live chat.
"Kemudian juga sedang kita lengkapi dengan aplikasi Find People sehingga pada saat masyarakat keluar kami juga bisa melakukan pencarian, pengejaran dan kemudian kita berikan syarat khusus sehingga kemudian di handphone orang yang kabur tersebut juga berbunyi," paparnya.
Aplikasi tersebut begitu sudah keluar dari area tertentu akan muncul notifikasi akan bunyi sirine yang memudahkan polisi untuk mencari.
"Karena di situ akan muncul di titik mana masyarakat yang keluar dari tempat karantina itu berada itu muncul ini bagian dari upaya kita untuk meyakinkan bahwa proses karantina selama 7 hari atau 10 hari yang ditetapkan oleh pemerintah ini betul-betul bisa berjalan dengan baik yang jelas," katanya.
Baca juga: Sandi: Pariwisata Bali Jangan Terlalu Fokus ke Wisatawan Nusantara, Bisa Makan Waktu Lama
Upaya Pencegahan
Aplikasi Monitoring Karantina Presisi tersebut terus melakukan penyempurnaan yang terkait dengan fitur-fitur tertentu yang akan ditambahkan.
"Namun untuk saat ini aplikasi tersebut sudah bisa berjalan untuk melakukan pencarian, namun tentunya akan kami lengkapi fitur-fitur. Sehingga sebagai contoh, kami juga tidak bisa terus-menerus mengandalkan posisi dengan menggunakan aplikasi. Kadang kala kami juga harus melakukan pemeriksaan manual. Hal tersebut tentunya sedang kita lakukan peningkatan dan perbaikan," jelasnya.
Menurut Kapolri, rangkaian dari bagaimana melaksanakan proses pengawasan karantina penting guna memastikan bahwa pelaksanaan karantina tetap bisa dilaksanakan secara disiplin.
"Ini tentu menjadi bagian yang terus kami awasi. Memastikan seluruh rangkaian proses dan proses karantina berjalan dengan baik. Ini semua untuk menjaga agar masyarakat masyarakat kita tetap terjaga laju Covid-19 tetap bisa kita kendalikan dan kita bisa mengelola agar varian baru varian omicron yang saat ini sudah mulai masuk juga kita bisa awasi," jelasnya.
"Dan kita lakukan pencegahan optimal mungkin sehingga tidak berkembang dalam posisi yang tentunya kemudian akan meningkatkan lonjakan seperti beberapa waktu yang lalu," imbuhnya.
Jenderal Listyo Sigit menyampaikan, untuk menekan laju Covid-19 perlu sinergitas dan soliditas seluruh stakeholder dan seluruh masyarakat.
"Untuk kemudian kembali waspada. Walaupun sudah vaksin sudah 2 kali, tetap laksanakan protokol kesehatan. Pemerintah juga sudah memberikan ruang untuk booster terhadap yang sudah vaksin lebih dari 6 bulan dimanfaatkan sehingga kita yakin bahwa seluruh masyarakat terjaga imunitasnya, terjaga kekebalanya dari ancaman terhadap varian baru ataupun varian lama karena kondisi dari imunitasnya yang mungkin tentu harus diperkuat kembali dengan booster," kata Kapolri.
Baca juga: Moseli 888 Hadir di Bali Buka Peluang Jadi Sub-Dealer dengan Modal 20 Juta, Berminat?
Cek Alur
Di Posko Presisi, Kapolri mengecek simulasi penggunaan aplikasi monitoring Presisi dengan sampling karantina dan peragaan wisatawan, ABK, maupun PPLN yang terlihat di sebuah layar monitor. Kapolri bersama Gubernur Bali I Wayan Koster dan unsur Forkopimda juga melakukan audiensi dengan petugas dan melihat papan informasi posko.
Di Dermaga, Kapolri pun melihat alur kedatangan penumpang mulai dari atas kapal. Kemudian mengecek operasional barcode aplikasi monitoring Presisi dan Peduli Lindungi.
Di samping itu, Kapolri meninjau kesiapan tenaga kesehatan, peralatan kesehatan dan mobil ambulans.
"Kami melaksanakan pengecekan secara langsung untuk mengetahui bagaimana alur masuknya ABK dan juga ada beberapa wisatawan yang menggunakan yacht yang masuk lewat Pelabuhan Benoa," kata Kapolri Listyo Sigit usai peninjauan
"Dari proses masuknya kami ingin mengetahui bagaimana proses pemeriksaan, khususnya terkait dengan masalah protokol kesehatan karena memang kami harus betul-betul ketat dalam pengawasan titik-titik yang digunakan untuk pintu masuk pelaku perjalanan luar negeri," sambungnya.
Kapolri mengikuti alur pemeriksaan terhadap ABK dan wisatawan dengan terlebih dulu diperiksa dengan melalui proses antigen pada saat di atas kapal.
"Tadi ada beberapa penyesuaian kami minta pada saat sebelum turun. Kemudian mengunduh aplikasi karantina monitoring Presisi. Kemudian dalam proses selanjutnya kami lihat dilaksanakan beberapa pemeriksaan, swab PCR dan kemudian setelah itu ada ruang khusus yang dipersiapkan apabila ditemukan ABK atau wisatawan yang mungkin ada keluhan terkait dengan kondisi kesehatannya," paparnya.
Baca juga: Stefano Lilipaly Pecah Telur, Diawali Jual Beli Serangan, Bali United Digdaya
Siaga Ambulan
Kapolri menyebutkan, bagi yang memiliki keluhan penyakit, diperiksa di salah satu ruang kesehatan dan setelah itu dipersiapkan mobil ambulans untuk dibawa ke rumah sakit rujukan.
Demikian juga bagi wisatawan ataupun ABK yang sudah melaksanakan swab PCR selanjutnya dibawa ke tempat karantina yang sudah dipersiapkan oleh Gubernur Bali I Wayan Koster.
"Secara umum saya lihat bahwa prosesnya, khususnya terkait dengan pemeriksaan protokol kesehatan dan kemudian proses menuju ke tempat karantina semuanya berjalan dengan baik. Tentunya ada beberapa penyesuaian yang tentunya akan kami minta untuk lebih disempurnakan," jelasnya.
Terpisah, Ketua Dewan Pengurus Daerah Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (DPD ASITA) Bali, Putu Winastra menanggapi terkait Bali akan dijadikan tempat entry point.
Sebelumnya seluruh stakeholder pariwisata berharap Bali dibuka untuk jadikan entry point bukan hanya untuk turis asing, namun juga WNI yang baru saja tiba dari luar negeri.
"Jadi ini PMI ataupun warga negara yang tinggal di sana terus dia ke Bali. Sebenarnya memberikan manfaat terhadap Bali ini, terutama, satu, akomodasi, tentu mereka akan butuh tempat karantina. Jadi teman-teman PHRI bisa bergeraklah untuk itu," katanya, Sabtu.
Dia menyatakan, dengan Bali dijadikan tempat entry point airline akan lebih semangat untuk membawa penumpang ke Bali. Karena tidak hanya yang leissure, tidak hanya yang liburan, tetapi juga yang bisnis, pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) WNI, dapat diangkut secara bersamaan ke Bali, walaupun tujuannya berbeda.
"Kemudian, dengan adanya entry point PPLN ini kan menjadikan aturannya tidak hanya yang 19 negara itu bisa ke Bali, tetapi negara-negara lain yang sekiranya menjadi negara yang sudah low risk country, yang mana persentase vaksinasinya sudah tinggi. Kan otomatis akan berdampak. Jadi Bali ini akan bergeliat," tambahnya.
Ia juga mengusulkan agar karantina ini tidak dilakukan di kamar. Karantina ini justru diusulkan menjadi karantina wilayah atau di green zone.
Baca juga: Gubernur Bali Puji Setinggi Langit Bupati Bangli, Langsung Kucurkan Bantuan Rp 50 Miliar
Green Zone
Pemerintah sebelumnya sudah membuat green zone dari awal, yang melibatkan beberapa wilayah seperti Nusa Dua, Sanur, Ubud, dan sampai saat ini green zone ini belum pernah di-trial.
Menurutnya saat ini adalah waktu yang tempat untuk melakukan trial di green zone.
"Sehingga wisman yang datang ke Bali ini tidak merasa jenuh dikarantina karena mereka ada di green zone tersebut. Green zone kan sudah CHSE, pelaku pariwisatanya sudah vaksin lengkap. Sehingga ini bisa menggeliatkan perekonomian, karena restoran dan sebagainya bisa buka," imbuhnya.
Dan karena wisatawan yang datang ke Bali sudah melewati tahapan-tahapan yang sudah semestinya harus dilakukan, Bali menurutnya lebih baik dijadikan karantina wilayah.
Diharapkan Bali nantinya memiliki aturan premium. Seperti 3x24 jam hasil PCR negatif, vaksinasi lengkap, dan sertifikat non Covid, asuransi, dan lain-lain.
Artinya, wisman sudah memenuhi persyaratan premium saja yang diberlakukan.
"Bali sendiri kan herd immunity-nya sudah baik. Yang mana, persentase vaksinasi tahap I sudah 100 persen, vaksinasi tahap II sudah di atas 90 persen. Ditambah lagi vaksin booster ini kan pemerintah segera lalukan secara bertahap. Artinya kita selalu berbuat yang terbaik untuk Bali. Kita berharap entry point PPLN ini akan menjadi momentum agar pariwisata Bali ini mulai bisa bergeliat. Dua tahun lho, bulan depan ini sudah dua tahun kita berdarah-darah ini," katanya. (ian/sar)
Baca juga: Pendapatan Rp 3,25 Triliun, Cilacap Sekarang Memiliki Etalaseu dan Fokus Bangun Infrastruktur