Selasa, 9 September 2025

Kasus Kepala Sekolah di Palembang Hukum Siswa Berujung Operasi: Akui Injak Siswa di Bagian Ini

Faril mengakui mengakui memberikan hukuman push up kepada para siswanya karena bolos

Editor: Erik S
DOK KELUARGA
Seorang siswa SMP swasta di Palembang, Sumatera Selatan inisial H (15) terpaksa harus terbaring lemah di rumah sakit. Ia mengalami sakit di bagian perut dan harus dioperasi diduga usai diberi hukuman oleh kepala sekolahnya. 

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Faril Iskandar (61) seorang kepala sekolah swasta di Palembang Sumatera Selatan membantah telah menganiaya siswanya hingga berujung operasi.

Walau demikian, Faril mengakui mengakui memberikan hukuman push up kepada para siswanya karena bolos. Saat push up tersebut Faril juga mengakui telah menginjak bokong siswanya.

Bagaimana kejadian sebenarnya?

Faril membantah jadi penyebab siswanya berinisial HN (15) sampai harus mendapat perawatan intensif.

"Tidak ada seperti itu," ujarnya dengan didampingi kuasa hukumnya, Septalia Furwani, Welly anggara dan Antoni, Sabtu (12/2/2022).

Baca juga: UPDATE Kerangkeng Milik Bupati Langkat: Polisi Bongkar 2 Kuburan Diduga Korban Penganiayaan

Meski begitu, Faril tidak menampik adanya bentuk hukuman fisik yang sudah dia berikan terhadap siswanya tersebut.

Menurutnya, hukuman itu diberikan sebagai penerapan disiplin sebab HN bersama lima siswanya yang lain kedapatan bolos dari jam sekolah.

Faril Iskandar (dua dari kiri) kepala sekolah SMP di Palembang yang disebut melakukan tindakan kekerasan menganiaya ke salah seorang siswanya, Sabtu (12/2/2022).
Faril Iskandar (dua dari kiri) kepala sekolah SMP di Palembang yang disebut melakukan tindakan kekerasan menganiaya ke salah seorang siswanya, Sabtu (12/2/2022). (TRIBUN SUMSEL/SHINTA DWI ANGGRAINI)

"Mereka kedapatan bolos ke taman dekat sekolah. Jaraknya sekitar 500 meter dari sekolah, makanya saya hukum push up. Memang saya bilangnya ke mereka harus 100 kali push up. Tapi pelaksanaannya tidak sampai segitu, semampu mereka saja. Ada yang sepuluh, ada yang sebelas kali. Hanya sekitar itu, tidak mungkin saya paksakan sampai 100 kali. Saya juga tahu batasannya," kata dia.

Saat posisi muridnya melakukan push up, Faril juga mengakui telah menginjak bagian bokong siswa-siswanya tersebut.

Baca juga: Riza Syah Cerita Kronologi Penganiayaan yang Dialaminya, Singgung Pelaku Temperamental

Akan tetapi, injakan itu menurutnya tidak sekuat tenaga sebab hanya ingin membenarkan posisi bokong yang salah saat melakukan push up.

"Memang ada saya injak, tapi dengan terukur. Itu di bagian bokong, satu kali. Enam-enamnya dapat semua," ucapnya.

Faril tidak menyangka hukuman tersebut akan berbuntut panjang.

Sebab dikatakannya, hukuman itu berlangsung pada 16 November 2021 lalu.

Sedangkan HN baru menjalani operasi pada 9 Januari 2022.

Dari informasi yang beredar, HN menjalani operasi di bagian perut tepatnya di bagian usus.

"Jadi memang jarak waktunya cukup lama ini. Padahal sebelumnya, setelah mendapat hukuman, dia (HN) masih bisa sekolah seperti biasa. Itu di bulan November kejadiannya. Sedangkan dia dioperasi baru di Januari kemarin," ujarnya.

Atas apa yang terjadi, Faril dan tim kuasa hukumnya menduga ada campur tangan oknum-oknum tak bertanggungjawab yang ingin memperkeruh suasana.

"Saya dengar dari Pak Kepala Dinas, ada yang minta beliau untuk menekan supaya saya ini dipanggil dan dimediasi. Itu oknum mengatasnamakan LSM. Saya juga ditelepon oleh oknum mengatasnamakan LSM juga, menekan saya. Saya tanya, substansinya apa sehingga jadilah seperti ini kabar yang beredar," jelas dia.

Ada peran oknum

Tim kuasa hukumnya juga menilai, ada dugaan unsur eksploitasi anak selain dugaan upaya pemerasan dalam persoalan ini.

Baca juga: Menteri PPPA: Stop Victim Blaming kepada Korban Kekerasan Seksual

"Paling penting, memang kami melihat ada dugaan unsur eksploitasi anak. Dikarenakan anak yang sudah sakit lama, malah dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu baik itu pribadi atau pihak-pihak tertentu," ujar kuasa hukum Faril, Welly Anggara SH didampingi Septalia Furwani SH dan Antoni SH dalam keterangannya dihadapan awak media, Sabtu (12/2/2022).

Menurutnya, tidak ada bukti yang menyatakan kliennya bersalah.

Untuk itu mereka menunggu itikad baik dari pihak terlibat untuk memberi kejelasan dihadapan umum perihal kabar yang sudah beredar.

"Apabila tidak ada itikad baik dari pihak-pihak itu, pasti akan kami tempuh jalur hukum ke depannya," ujar dia.

Penjelasan keluarga

Sebelumnya H (15) terbaring lemah di rumah sakit karena mengalami sakit di bagian perut dan harus dioperasi diduga usai diberi hukuman oleh sekolahnya.

Diketahui kini H hendak menjalani operasi kedua di RSUD Bari Palembang karena mengalami luka di bagian perut.

Kakak kandung H, Lestari (17) menceritakan awal mula adiknya mendapat luka yang mengakibatkan harus dioperasi bermula ketika H telat ke sekolah karena lupa membeli masker.

Baca juga: Oknum TNI Terlibat Penganiayaan Lansia hingga Tewas, Suami Korban Dituding Tukang Santet

"Kejadiannya bulan November 2021 lalu. Waktu dia masuk sekolah lupa beli masker, jadi beli masker dulu kemudian saat datang ke sekolah rupanya sudah telat. Ada kepala sekolahnya nunggu, adik saya dihukum sama empat siswa lain disuruh push up 100 kali," kata Lestari ketika diwawancarai via telpon, Jumat (11/2/2022).

Dia melanjutkan, karena sang adik punya penyakit mag dan tidak sanggup melanjutkan hukuman, akhirnya H meminta izin berhenti setelah melakukan push up beberapa kali.

"Adik sudah tidak kuat lagi tapi dipaksa sampai seratus kali push up, kemudian bagian belakang tubuhnya diinjak oleh kepala sekolahnya waktu itu, " ujarnya.

Setelah kejadian itu, Menurut Lestari, Hendri mulai merasakan sakit dan lama kelamaan sakitnya bertambah parah hingga di bagian pinggang itu dia mengalami luka.

Saat ini Hendri telah menjalani operasi pertama, dan dalam waktu dekat akan kembali menjalani operasi ke dua, karena lambung berada di luar. Sebelum kejadian ini, Hendri disebut tidak ada riwayat penyakit parah.

Operasi kedua Hendri direncanakan pada hari Sabtu besok.

"Dia ini luka campur sakit di perutnya usai kejadian itu makanya dia langsung di operasi, ini ususnya luka ususnya keluar. Kondisinya sangat parah dan dirawat di RSUD Bari. Kami sudah buat laporan di Polrestabes Palembang," tutupnya.

(Shinta Dwi Anggraini)

Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Pengakuan Kepsek SMP di Palembang Disebut Lakukan Kekerasan ke Siswa Angkat bicara

dan

Tak Sanggup Pushup, Siswa SMP di Palembang Diduga Dianiaya Oknum Kepsek, Terpaksa Operasi Perut

Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan