Minggu, 17 Agustus 2025

Harga Minyak Goreng

Selain Stok Masih Minim, Simpang-siur Harga Minyak Goreng Bikin Masyarakat Menjerit

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali, Agung Agra Putra, stok minyak goreng di toko-toko ritel di Bali masih minim.

Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS/JEPRIMA
Pengunjung membeli minyak goreng kemasan di sebuah supermarket di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (18/3/2022). Stok minyak goreng di pasaran kini mulai kembali melimpah seiring dengan dicabutnya aturan harga eceran tertinggi (HET). Pemerintah mencabut HET minyak goreng sejak Rabu (16/3) menyusul adanya kelangkaan barang yang terjadi belakangan ini. Beberapa merk minyak goreng kemasan terkenal pun mulai memenuhi rak-rak supermarket. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Simpang siurnya stok dan harga minyak goreng ini membuat masyarakat menjerit.

Pemerintah telah mencabut peraturan mengenai kebijakan harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng kemasan, Rabu (16/3) lalu.

Ketika HET dicabut, Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Bali, Sudadi Murtadho mengatakan, harga minyak goreng kemasan langsung naik.

Ia pun mengakui memang telah mendengar kabar terbaru soal pencabutan kebijakan HET minyak goreng.

“Siap, aman, per kemarin (pasokan ada di pasar tradisional) dan harga naik karena subsidi sudah dicabut untuk kemasan,” jelasnya, Sabtu (19/3).

Namun, pasokan berbanding terbalik di toko-toko ritel. Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali, Agung Agra Putra, stok minyak goreng di toko-toko ritel di Bali masih minim.

“Untuk pasokan, minggu ini kami  cukup kesulitan mendapatkan pasokan, karena distributor meng-hold pengirimannya karena isu perubahan kebijakan dari pemerintah ini,” imbuhnya.

Sementara terkait aturan terbaru, pihaknya sebagai retailer hanya bisa mengikuti kebijakan yang telah diambil.

Karena, kata dia, kembali lagi bahwa retailer merupakan industri yang berada di hilir dalam rantai pasokan. Pihaknya hanya menerima barang dengan jumlah dan harga yang telah ditentukan oleh pemasok.

Ia juga menjelaskan, retailer bukan penentu harga komoditi. Harga barang di toko tergantung dengan harga yang retailer peroleh dari pemasok.

Dalam menetapkan margin untuk harga jual itu, pihaknya harus hati-hati, terutama untuk barang-barang bapokting (bahan pokok penting), seperti minyak goreng ini.

Sebab, jelas dia, jika retailer terlalu tinggi mengambil margin, yang mengakibatkan harga eceran ke konsumen menjadi tinggi, bisa-bisa konsumen enggan berbelanja ke toko.

“Jika seperti itu tentunya malah menjadi kerugian bagi ritel yang bersangkutan. Tidak hanya kehilangan sales di kategori minyak goreng, tetapi juga bisa berdampak negatif terhadap sales secara keseluruhan. Seperti yang selalu saya sampaikan sebelumnya, bahwa minyak goreng itu adalah lokomotive product, yang menentukan keputusan konsumen untuk datang berbelanja. Untuk itu kami sebagai retailer harus menjaga ketersediaan stok dan harga yang kompetitif,” ujarnya.

Berdasarkan informasi yang ia peroleh, untuk saat ini harga baru rata-rata di atas Rp 20 ribu per liter.

Kemungkinan jika pasokan baru tersedia banyak, harga baru akan mulai normal kembali.

Sementara untuk stok minyak dengan HET sebelumnya saat ini sudah kosong atau stoknya sudah tidak ada di retailer.

“(Harga baru akan diterapkan) Setelah kami mendapatkan barang dengan harga terbaru. Karena stok barang sesuai HET sebelumnya juga sudah habis,” katanya. (sar)

Baca juga: Brimob Lumpuhkan 46 Drone Liar di Sirkuit MotoGP

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan