OTT KPK di Universitas Lampung
Plt Rektor Unila Sebut Mahasiswa 'Jalur Suap' Diterima di Fakultas Kedokteran
Plt Rektor Unila mengatakan belum bisa menformasikan terkait mahasiswa jalur suap di fakultas lainnya.
Editor:
Erik S
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG- Mahasiswa yang lolos di Universitas Lampung (Unila) usai memberikan uang suap ternyata diterima di Fakultas Kedokteran.
Pelaksana tugas (Plt) Rektor Unila Muhammad Sofwan Efendi mengatakan belum bisa menginformasikan terkait mahasiswa jalur suap di fakultas lainnya.
Baca juga: Kemendikbudristek Tunjuk Mohammad Sofwan Effendi Sebagai Plt Rektor Unila
"Kami masih dalami terkait status mahasiswa-mahasiswi itu, jadi belum bisa dibicarakan lebih lanjut. Soal berapanya juga saya belum paham," kata Sofwan di Unila, Senin (22/8/2022).
Hal ini termasuk sanksi ataupun tindak lanjut jika mahasiswa jalur suap itu teridentifikasi.
Menurut Sofwan, hal itu juga menunggu keputusan atau hasil pemeriksaan KPK, baru berkoordinasi dengan Kemendikbud Ristek.
"Menunggu keputusan dari KPK, kan yang ditetapkan oleh KPK baru beberapa orang, baru rektor, wakil rektor, dan ketua senat, dan lainnya belum. Jadi kita masih menunggu dari KPK," kata Sofwan.
"Jadi selama belum ada keputusan dari KPK kita belum bisa mengambil sikap terhadap para mahasiswa yang diduga suap itu," kata Sofwan.
Sofwan juga memastikan penerimaan mahasiswa baru harus mengikuti aturan yang ditetapkan Dirjen Dikti.
Baca juga: KPK Telisik Kemungkinan Penerapan Pasal TPPU di Kasus Rektor Unila
"Jadi hanya ada dua jalur resmi, jalur reguler dan jalur mandiri tapi yang diizinkan secara regulasi oleh kementerian," kata Sofwan.
Rektor diduga terima ratusan juta
Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap rektor Unila Prof Karomani.
OTT terkait kasus dugaan suap seleksi penerimaan mahasiswa baru lewat jalur mandiri.
Rektor Unila diduga menerima Rp100 sampai Rp350 juta untuk "membantu" meluluskan calon mahasiswa.
Baca juga: Terjaring OTT KPK, Kemendikbudristek Berhentikan Karomani dari Jabatan Rektor Unila
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron mengatakan pada tahun 2022, Universitas Lampung (Unila) sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri yant ikut menyelenggarakan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selain SNMPTN, kata dia, Unila juga membuka jalur khusus yaitu seleksi mandiri masuk Universitas Lampung yang disebut dengan Simanila untuk tahun akademik 2022.
Karomani yang menjabat sebagai Rektor Universitas Lampung periode 2020-2024, kata dia, memiliki wewenang salah satunya terkait mekanisme dilaksanakannya Simanila atau Sistem Mandiri Masuk Universitas Lampung.
Selama proses Simanila berjalan, kata dia, Karomani diduga aktif untuk terlibat langsung dalam menentukan kelulusan para peserta Simanila.
Hal tersebut, kata Ghufron, di antaranya dilakukan dengan memerintahkan Heryandi selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Budi Sutomo selaku Kepala Biro Perencanaan dan Hubungan Masyarakat dan Muhammad Basri selaku Ketua Senat.
"Untuk menyeleksi secara personal terkait kesanggupan orang tua mahasiswa yang apabila ingin dinyatakan lulus, maka dapat dibantu dengan persyaratan menyerahkan sejumlah uang selain uang resmi yang dibayarkan sesuai mekanisme yang ditentukan oleh pihak Universitas," sambung Ghufron saat konferensi pers.di Gedung Merah Putih KPK pada Minggu (21/8/2022).
Baca juga: Rektor Unila Terjaring OTT KPK, Muhammadiyah: Musibah Memalukan untuk Dunia Pendidikan
Selain itu, kata dia, Karomani diduga juga memberikan peran dan tugas khusus kepada Heryandi, Muhammad Basri, dan Budi Sutomo untuk mengumpulkan sejumlah uang yang disepakati dengan pihak orang tua peserta yang sebelumnya telah dinyatakan lulus berdasarkan penilaian yang sudah diatur oleh KRM.
"Terkait besaran nominal, uang yang disepakati antara KRM (Karomani) diduga jumlahnya bervariasi berkisar antara Rp100 juta sampai Rp350 juta untuk setiap orang tua peserta seleksi yang ingin diluluskan," kata dia.
Karomani, kata dia, juga diduga memerintahkan Mualimin untuk turut mengumpulkan sejumlah uang dari para orang tua peserta seleksi yang ingin dinyatakan lulus oleh Karomani.
Andi Desfiandi, kata dia, sebagai salah satu keluarga calon peserta seleksi Simanila diduga menghubungi Karomani untuk bertemu dengan tujuan untuk menyerahkan sejumlah uang karena anggota keluarganya dinyatakan lulus Simanila atas bantuan Karomani.
"Mualimin (ML) selanjutnya atas perintah KRM (Karomani) mengambil titipan uang sejumlah Rp150 juta dari AD di salah satu tempat di Lampung," kata dia.
Ia pun mengatakan seluruh uang yang dikumpulkan Karomani melalui Mualimin (ML) yang berasal dari calon mahasiswa diluluskan berjumlah Rp603 juta dan telah digunakan oleh saudara KRM sebesar Rp 575 juta.
Selain itu, kata dia, KPK juga menemukan adanya sejumlah uang yang diterima Karomani melalui Budi Sutomo dan Muhammad Basri yang berasal dari pihak orang tua calon mahasiswa yang diluluskan Karomani
"Yang juga atas perintah KRM uang tersebut telah dialihkan untuk menjadi tabungan, deposito, emas batangan, dan juga masih tersimpan dalam bentuk uang tunai yang totalnya senilai Rp4,4 miliar," sambung dia.
Baca juga: Rektor Unila Cs Terjaring OTT KPK, Bagaimana Nasib Mahasiswa Jalur Suap?
Untuk itu KPK menetapkan empat orang sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap. tersebut.
Pertama, Rektor Universitas Lampung Periode 2020-2024 yakni Karomani.
Kedua, Heryandi yang merupakan Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Universitas Lampung.
Ketiga, Muhammad Basri yang merupakan Ketua Senat Universitas Lampung.
Keempat, Andi Desfiandi yang merupakan pihak swasta.
Sebagian berita ini telah tayang di Kompas.com