Gempa Berpusat di Cianjur
Warungnya Hancur, Warga Kampung Salaeuri Ini Mengais Reruntuhan Cari Makanan, Tangannya Sampai Sakit
Warga kesulitan memcari makanan. Mereka hanya mengandalkan bantuan yang dipasok.
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Gempa Cianjur, Jawa Barat, dengan magnitudo 5,6 menewaskan ratusan orang dan menghancurkan banyak bangunan.
Ditambah lagi gempa susulan yang terus menerus terjadi membuat warga Kampung Salaeuri, Desa Cugenang, Kabupaten Cianjur, hidup dalam kecemasan.
Tak ada lagi warga yang bertani dan berdagang. Anak-anak juga tidak lagi sekolah.
Aktivitas perekonomian praktis terhenti.
Baca juga: Pengungsi di Desa Cibulakan Terisolir, Sempat Tinggal Setenda dengan Jenazah, Anak-anak Trauma
Seorang warga yang memiliki usaha warung, Dedeh (40) mengungkapkan, bangunanya hancur akibat bumi yang berguncang.
Dedeh bersama suami dan dua anaknya harus mengungsi di tenda pengungsian bersama ratusan korban lainnya.
Bahkan, disaat anaknya yang masih berusia tiga tahun ingin cemilan, ia bingung harus berbuat apa.
Di satu sisi warungnya hancur, di sisi lain tak ada harta yang terselamatkan saat gempa terjadi.

Warung-warung hancur akibat gempa bumi yang mengguncang wilayah Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
Ia harus mengorek-ngorek puing reruntuhan, tak ada yang bisa diberikan olehnya karena warungnya sudah hancur.
"Semuanya warung juga hancur, sekarang kalau pengin ngambilin makanan sampai harus dikerukin dulu, sampai tangan sakit," katanya.
Baca juga: Populer Regional: Bayi 4 Tahun Selamat dari Reruntuhan Gempa | 8 Kejanggalan Tewasnya Prada Indra
Selain itu, di wilayah tersebut sangat sulit mencari rumah makan.
Para pengungsi hanya bisa menunggu pasokan makanan dari bantuan logistik yang datang atau menunggu dapur umum selesai menyiapkan makanan.
Jika ingin membeli makanan atau mencari kebutuhan di warung, maka warga harus menempuh perjalanan kurang lebih 8 kilometer.
Namun, jika kondisi normal 8 kilometer itu maka akan terasa dekat, akan tetapi, di tengah kondisi darurat saat ini, untuk menempuh jarak tersebut bisa membutuhkan waktu hingga satu jam perjalanan.