4 Oknum Guru dan 9 Pelajar Bully Seorang Siswi SMA di Bengkulu: Korban Ternyata Pengidap Autoimun
9 pelajar yang merupakan teman sekelas korban tersebut, sering mengata-ngatai korban, dengan kata-kata yang kurang pantas.
Penulis:
Erik S
TRIBUNNEWS.COM, BENGKULU- Seorang siswi SMA Negeri di Bengkulu diduga menjadi korban perundungan (bully) oleh 4 orang oknum guru dan 9 pelajar.
Orangtua korban, Hermika Media Sari mengatakan saat ini anaknya ketakutan pergi ke sekolah dan bertemu teman-temannya.
Pasalnya perundungan yang dialami oleh korban bukan hanya sekali terjadi, namun sudah berkali-kali, bahkan sejak korban masih duduk di bangku kelas X SMA.
Dirundung guru dan siswa
Hermika Media Sari mengatakan 9 pelajar yang diduga melakukan perundungan, tidak merundung secara fisik.
Baca juga: Siswa SMAN 7 Banjarmasin Tusuk Temannya di Kelas hingga Koma: Pelaku Diduga Korban Bully Sejak SMP
9 pelajar yang merupakan teman sekelas korban tersebut, sering mengata-ngatai korban, dengan kata-kata yang kurang pantas.
Sedangkan 4 oknum guru yang diduga juga terlibat melakukan aksi perundungan, dengan melakukan fitnah terhadap korban.
Oknum guru tersebut mengatakan bahwa korban mendapatkan juara di kelas bukan karena kepintarannya.
Melainkan karena orangtua korban memberi sejumlah uang kepada wali kelas, maupun guru mata pelajaran yang memberi nilai.
Ternyata hal tersebut sempat didengar oleh korban, dan membuat keadaan korban menjadi semakin tertekan.
"Selain itu ada beberapa guru yang bilang anak saya sakit mental atau psikisnya," kata Hermika Media Sari.
Dibully selama dua tahun
Hermika Media Sari mendatangi sekolah anaknya terkait aksi perundungan tersebut.
Kedatangan orang tua korban tersebut untuk meminta pertanggungjawaban pihak sekolah atas apa yang terjadi pada anaknya.
Selain itu orang tua korban juga meminta sekolah meminta maaf atas perbuatannya yang telah dilakukan.
Serta menindak para pelaku yang diduga telah melakukan perundungan terhadap anaknya, selama 2 tahun terakhir.
Terpisah Kepala SMA Negeri 9 Kota Bengkulu, Basuki Dwiyanto mengakui bahwa benar ada peristiwa perundungan yang dialami oleh salah satu muridnya.
Hari ini sebagai tindak lanjut, dirinya sudah memfasilitasi pertemuan antara orangtua korban dan oknum guru maupun oknum pelajar yang diduga menjadi pelaku perundungan.
"Hari ini kita sudah fasilitasi, kita pertemukan antara siswa maupun guru yang diduga melakukan perundungan, yang disampaikan keluarga korban, dan diakhiri dengan permintaan maaf," kata Basuki.
Atas kejadian tersebut, Basuki mengatakan, secara kelembagaan pihaknya pasti sangat menghindari adanya perbuatan perundungan.
Namun tentunya hal tersebut memang merupakan tugas yang berat apalagi mengingat para pelajar juga bukan hanya dididik di sekolah, namun juga dilingkungan tempat tinggalnya.
Baca juga: Menkes Beberkan Bentuk Bully di Lingkungan Dokter: Disuruh Antar Laundry hingga Urus Parkir
"Tapi secara kelembagaan kita tidak menginginkan ini terjadi. Anak kita ini butuh bimbingan, bukan hanya mengajar tapi dididik juga. Namun namanya manusia mungkin dia memiliki keinginan yang baik, namun penyampaiannya yang nggak pas," ungkap Basuki.
Penderita autoimun
Siswi tersebut ternyata menderita penyakit autoimun.
Korban merupakan pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 2021.
Karena korban diketahui menderita penyakit autoimun, dan bahkan saat ini masih mengkonsumsi obat secara rutin.
Penyakit autoimun sendiri yaitu ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri.
Bahkan akibat dampak dari penyakit tersebut korban sudah beberapa kali di rawat di rumah sakit, bahkan belum lama ini korban juga sempat dirawat di Rumah Sakit Tiara Sella selama 1 minggu lebih.
Baca juga: Sosok Siswa SMP di Temanggung yang Bakar Sekolahnya karena Di-bully Teman, Bukan Anak Nakal
"Padahal anak saya adalah pasien di RSCM sejak 2021 dan masih konsumsi obat rutin sampai saat ini, karena menderita autoimun. Bayangkan, anak yang sakit malah dirundung, ini pelajaran bagi kita semua, saya sudah tahan anak saya sejak kelas X dirundung, jadi jangan sampai ada korban lainnya," kata Hermika.
Sekolah tidak beri sanksi
Pihak sekolah tidak memberi sanksi terhadap 4 orang oknum guru dan 9 pelajar tersebut.
Usai kedatangan orangtua korban, sekolah hanya memfasilitasi orang tua korban bertemu dengan oknum guru dan pelajar yang diduga melakukan perundungan.
Semua warga sekolah mulai dari guru maupun pelajar, sempat dikumpulkan di lapangan sekolah.
Selanjutnya sebanyak 4 oknum guru dan juga 9 pelajar tersebut diminta untuk meminta maaf secara langsung kepada korban dan juga orang tuanya.
Usai permintaan maaf, pihak sekolah berharap agar hal tersebut dapat menjadi pelajaran agar tidak terulang kembali.
"Secara kelembagaan kami pasti menghindari artinya mengajak pada warga sekolah untuk menghindari perbuatan perundungan. Hari ini kita sudah fasilitasi, kita pertemukan antara siswa maupun guru yang diduga melakukan perundungan, yang disampaikan keluarga korban, dan diakhiri dengan permintaan maaf," kata Kepala Sekolah SMA Negeri di Kota Bengkulu.
Baca juga: 5 Fakta Siswa SMP Bakar Sekolah di Temanggung: Sakit Hati Di-bully hingga Kepsek Sebut R Caper
Sementara itu usai pelaksanaan permintaan maaf di lapangan sekolah, orang tua korban juga meminta pihak sekolah untuk memanggil orang tua para pelajar yang diduga telah melakukan perundungan.
Pasalnya menurut orang tua korban, para wali murid dari para pelajar tersebut harus mengetahui apa yang telah dilakukan oleh anaknya.
"Jadi kita minta agar orang tua anak-anak ini dipanggil, agar orang tuanya tau apa yang telah diperbuat anak-anaknya," kata HMS, yang merupakan orang tua korban, Senin (31/7/2023).
Penulis: Beta Misutra
Artikel ini telah tayang di Tribunbengkulu.com dengan judul Ada 4 Oknum Guru dan 9 Pelajar yang Diduga Lakukan Bully Terhadap Siswi SMA di Bengkulu
Sekolah Tak Beri Sanksi Terhadap Oknum Guru dan Pelajar yang Diduga Lakukan Perundungan
dan
Siswi SMA Korban Perundungan Oknum Guru dan Pelajar di Bengkulu Ternyata Penderita Autoimun
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.