Selasa, 16 September 2025

Fakta Bentrok Warga dan Polisi di Rempang Batam: Kronologi hingga Anak Sekolah Kena Gas Air Mata

Ini fakta-fakta bentrok warga dengan aparat di Rempang Batam. Mulai kronologi kejadian hingga anak sekolah terkena gas air mata lalu kabur ke hutan.

Kolase Tribunnews.com
Ini fakta-fakta bentrok warga dengan aparat di Rempang Batam. Mulai kronologi kejadian hingga anak sekolah terkena gas air mata lalu kabur ke hutan. 

TRIBUNNEWS.COM - Bentrok warga dengan polisi pecah di Pulau Rempang Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau pada Kamis (7/9/2023) pagi.

Polisi membubarkan masa dengan menembakkan gas air mata dan water canon.

Bentrokan diketahui dipicu dari warga yang memblokade jembatan buntut aksi protes pembangunan pembangunan Rempang Eco City.

Polda Riau melaporkan situasi di Pulau Rempang telah berangsur kondusif.

Berikut fakta-fakta bentrok warga dengan polisi di Rempang Batam, dirangkum Tribunnews.com, Jumat (8/9/2023):

Baca juga: Kisah Heroik Seorang Ayah Selamatkan Bayinya yang Nyaris Tewas Saat Warga Rempang dan polisi Bentrok

Kronologi kejadian

Kabid Humas Polda Kepri, Kombes Pol Zhwani Pandra Arsyad, membeberkan kronologi bentrokan.

Semua bermula dari warga yang melakukan blokade fasilitas umum di sejumlah tempat pada Kamis pagi.

Aksi warga tersebut kemudian dilaporkan ke Polres Barelang untuk selanjutnya dilakukan penertiban.

"Pemblokiran (terjadi) di tempat-tempat sentra perlintasan masyarat, baik orang maupun barang, tepatnya di Jembatan Barelang dimana di salah satu jembatan ada massa menduduki serta melakukan swiping kepada masyarakat yang hendak melintas," kata Zhwani, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Jumat.

Zhwani melanjutkan, aksi massa tersebut tidak lepas dari rencana proyek strategis pemerintah yakni Rempang Eco City.

Proyek tersebut, katanya, bertujuan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah Kepulauan Riau.

Sementara aksi protes warga sudah dilakukan beberapa kali untuk menolak pembangunan Rempang Eco City.

Zhwani melanjutkan, ada sebagaian warga yang melepaskan lahannya untuk pembangunan proyek ini.

Namun, ada sebagian warga hingga kini masih ada tak setuju dengan rencana pemerintah Buntutnya mereka menggelar aksi blokade di fasilitas umum.

Baru pertama kali

Zhwani menegaskan, aksi protes berujung bentrokan baru kali ini terjadi.

Polisi sebelumnya telah melakukan tindakan pencegahan secara humanis guna menghindari bentrok dengan warga.

Akan tetapi di lapangan, ada provokator yang memperkeruh suasana sehingga polisi membubarkan massa dengan tegas terukur.

"Kita dapat perlawan dari sekelompok masyarakat yang memprovokasi pada masyarakat lain."

"Ada 7 orang sudah kita amankan dengan barang bukti bukti pecahan batu, ketapel, bom molotov dan senjata tajam," tambah Zhwani.

Zhwani dalam kesempatannya membenarkan polisi menggunakan gas air mata dan water canon untuk membubarkan massa.

Baca juga: Kapolri Soal Bentrok Polisi vs Warga di Pulau Rempang Batam: Musyawarah Jadi Prioritas

Langkah tersebut dinilai perlu dilakukan karena massa semakin anarkis dengan melakukan pelemparan.

"Sehingga dapat membahayakan polisi dan warga sekitar," tegas dia.

Terakhir, Zhwani mengimbau agar masyarakat tidak termakan berita hoaks pasca-bentrokan.

"(Masyarakat) harus tenang. Kondisi di lokasi sudah kondusif, arttinya warga sudah bisa beraktivitas seperti biasa."

"Dan jangan lagi ada warga berita hoaks dan foto yang membahayakan. Seperti hoaks anak kecil meninggal. Dan siswa sekolah terkena gas air mata kini dalam kondisinya sehat," tutup Zhwani.

Pengakuan guru sekolah

Delia menceritakan upaya menyelamatkan siswa SMPN 22 Batam saat ruang kelas terkena uap gas air mata, Kamis (7/9/2023).
Delia menceritakan upaya menyelamatkan siswa SMPN 22 Batam saat ruang kelas terkena uap gas air mata, Kamis (7/9/2023). (TRIBUNBATAM/BERES)

Video detik-detik saat anak sekolah terkena gas air mata saat terjadi bentrok warga dan polisi di Rempang Batam, sempat viral di media sosial setelah diunggah akun Instagram @kabarnegri.

Siswa dan guru menyelamatkan diri setelah asap gas air mata masuk ke dalam kelasnya.

Delia SMP N 22 Tanjung Kertang Cate, Batam membenarkan kejadian tersebut.

“Kami sangat kaget, gak tau awalnya gimana pass saat saya mengajar tiba-tiba udara tak sedap memekik pernapasan,” katanya, Kamis, dikutip dari TribunBatam.id.

Delia melanjutkan ceritanya, ia bersama murid-muridnya seketika panik untuk menyelamatkan diri.

Mereka keluar kelas menghindari asap gas air mata.

"Tadi gak terbayangkan. Banyak juga anak anak siswa yang sampai lompat pagar, masuk hutan bersembunyi,” tuturnya.

Baca juga: Kapolri Soal Bentrok polisi vs Warga di Pulau Rempang Batam: Musyawarah Jadi Prioritas

Anak 5 tahun jadi korban

Seorang bocah berumur 5 tahun ikut jadi korban saat asap dari gas air mata masuk ke rumahnya.

Herman dibuat panik melihat sang anak jatuh pingsan ketika bentrokan pecah.

"Dia terkena gas air mata di rumah," kata dia, dikutip dari TribunBatam.id.

Herman menggendong bayinya yang pingsan di tengah bentrokan warga Rempang dan aparat gabungan di Jembatan 4 Barelang, Batam, Kamis (7/9/2023). Bayinya pingsan karena gas air mata masuk ke dalam rumahnya lewah jendela yang terbuka. (TribunBatam.id/Aminudin)
Herman menggendong bayinya yang pingsan di tengah bentrokan warga Rempang dan aparat gabungan di Jembatan 4 Barelang, Batam, Kamis (7/9/2023). Bayinya pingsan karena gas air mata masuk ke dalam rumahnya lewah jendela yang terbuka. (TribunBatam.id/Aminudin) (Tribun Batam)

"Angin mengarah ke jendela rumah. Kebetulan anak saya berada di dalam ayunan. Dia langsung terkena gas air mata," tambah Herman.

Herman bersyukur kondisi anaknya baik-baik saja setelah ditolong anggota Brimob

Korban mendapatkan bantuan oksigen dan diberikan air minum.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(TribunBatam.id/Beres Lumbantobing/Eko Setiawan)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan