Senin, 29 September 2025

DBD Masih Mengancam, Gerakan Bebas Nyamuk Digencarkan di Yogyakarta dengan Edukasi 3M Plus

Kemenkes mencatat tahun 2024 saja tercatat sebagai puncak kasus DBD di Indonesia, dengan lebih dari 1.400 kematian

Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Eko Sutriyanto
HO
GERAKAN BEBAS DBD - Indonesia mewujudkan target nol kematian karena Demam Berdarah Dengue (DBD)Sebagai upaya mewujudkan target ini, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meluncurkan program “Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD”. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA  - Demam berdarah dengue (DBD) masih jadi penyakit yang berbahaya.

Penyakit ini berujung kematian jika tidak segera ditangani, terutama jika sudah masuk fase syok atau terjadi pendarahan berat.

DBD masih menjadi ancaman global dengan lebih dari 3,9 miliar orang di dunia termasuk Indonesia.

Kemenkes mencatat tahun 2024 saja tercatat sebagai puncak kasus DBD di Indonesia, dengan lebih dari 1.400 kematian.

Pemerintah terus berupaya menargetkan zero dengue death pada tahun 2030.

Sebagai upaya mewujudkan target ini, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meluncurkan program “Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD”.

Tak mandiri, upaya ini didukung sektor swasta. 

Baca juga: Wamenkes Sebut Kasus Demam Berdarah Perlu Perhatian! Sampai April 2025, Ada 182 Kematian

Enesis Group melalui brandnya Soffell, Pemda DIY melakukan upaya mewujudkan kesehatan publik dengan program ini.

Program ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat Yogyakarta tentang pentingnya pencegahan DBD.

Upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dilakukan melalui penerapan metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pendekatan 3M Plus, serta penguatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).

Program ini tak sekadar kampanye seremonial, melainkan intervensi terukur, terstruktur dan menyentuh langsung ke tingkat rumah tangga.

Program ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah DIY dan secara resmi dibuka oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Senin, 19 Mei 2025, di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta.

Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa program ini menjadi model ideal bagi sinergi lintas sektor yang mengakar, membumi, dan berdampak.

“Program ‘Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD’ adalah bentuk nyata kolaborasi sektor swasta dan pemerintah dalam menghadapi tantangan penyakit akibat nyamuk, khususnya DBD. Melalui edukasi, pemberdayaan kader jumantik, dan gerakan 3M+, program ini menjadi bagian penting dari upaya menciptakan lingkungan yang sehat dan masyarakat yang berdaya. Kami mengapresiasi dukungan swasta dalam memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat DIY.”

Program ini menyasar lebih dari 50.000 warga yang tersebar di wilayah Kota Yogyakarta (Kemantren Umbulharjo), Kabupaten Sleman (Kapanewon Prambanan) dan Kabupaten Gunung Kidul (Kapanewon Wonosari) dengan melibatkan 270 kader Jumantik. 

Kegiatan ini dilaksanakan secara door to door untuk mengedukasi masyarakat, memeriksa jentik nyamuk dan memberikan pemahaman langsung mengenai penerapan PSN 3M Plus.

Kepala Dinas Kesehatan DIY, drg. Pembajun Setyaningastutie, M.Kes, menyampaikan bahwa perubahan besar tidak akan terjadi tanpa perubahan pola pikir dan perilaku. 

Ia menekankan, penkanan utama dalam penanggulangan penyakit seperti DBD adalah perilaku. 

"Perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kunci utama”.

Ia menyambut baik kolaborasi dengan sektor swasta ini dan menyebutnya contoh nyata sinergi dalam mendukung kesehatan masyarakat. Ke depan, diharapkan kolaborasi ini dapat meluas ke berbagai sektor

Dari Ide Kecil Menjadi Gerakan Nasional

Dalam sambutannya yang reflektif dan menginspirasi, CEO Enesis Group, Aryo Widiwardhono mengangkat kembali sejarah berdirinya perusahaan yang berawal dari kegelisahan seorang pemudah asal Jawa Barat yang terganggu oleh gigitan nyamuk di rumah kosnya.

“DBD bukan sekedar penyakit, ini soal keberlangsungan hidup dan ketahanan keluarga. Dari pengalaman pribadi itu, lahirah Soffell. Dan hari ini, kami tidak hanya mengedukasi. Inilah komitmen kami: membangun kesadaran dari rumah ke rumah, karena kami percaya keluarga adalah benteng pertama kesehatan.” Ujar Aryo.

Beliau juga menegaskan bahwa pendekatan ini bukan retorika. Simulasi program sebelumnya mencatat peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) dari 95 persen ke 99?n penurunan rumah positif jentik hingga 80% - indikator efektivitas yang berbicara sendiri.

Edukasi sebagai Investasi Sosial

Sebagai representasi komunikasi publik Enesis Group, RM Ardiantara, Head of HR & PR, menekankan bahwa program ini adalah bentuk investasi sosial jangka panjang.

“Kami meyakini penanggulangan DBD tidak cukup hanya pengobatan, tetapi harus dimulai dari kesadaran dan edukasi mengenai penerapan PSN 3M Plus serta penggunaan lotion anti nyamuk sebagai langkah preventif yang sederhana namun berdampak besar. Harapan kami, edukasi ini membentuk kebiasaan baru yang berakar dalam kesadaran kolektif masyarakat” ungkapnya. 

“Kami percaya bahwa edukasi kesehatan bukan sekadar informasi, tetapi investasi. Investasi dalam membentuk generasi yang lebih sadar, lebih tanggap dan lebih siap menghadapi ancaman penyakit seperti DBD. Melalui program ini kami ingin membuktikan bah a perubahan bisa dimulai dari rumah, dari satu keluarga, dari kader jumantik yang mengetuk pintu, menyapa dan mengedukasi” tutup RM Ardiantara.

caption HOGERAKAN BEBAS DBD - Indonesia mewujudkan target nol kematian karena Demam Berdarah Dengue (DBD)Sebagai upaya mewujudkan target ini, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meluncurkan program “Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat, dan Bebas DBD”.   
 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan